Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CINTA TERSELUBUNG
Gomesh masih mode ngambek pada Terra. Pria raksasa itu juga tak menyangka jika sarapan yang disiapkan oleh Terra ada obat tidurnya.
"Apa kau ikut andil memasukkan obat ke makanan sayang?" tanyanya pada sang istri.
Maria menatap suaminya. Gomesh paham jika Terra melakukannya sendirian.
"Kak ... aku sudah minta maaf loh!' Terra merengek pada Gomesh.
"Padahal tinggal bilang loh Nona," ujar Gomesh kesal.
"Emang dibolehin?" tanya Terra bodoh.
Gomesh berdecak, pria raksasa itu memang tak akan membiarkan nona mudanya seperti kemarin.
"Sayang," peringat Maria pada suaminya.
Gomesh akhirnya menyerah, sudah terjadi ya sudah. Di sana semua anak tengah bermain bersama.
"Apah ... Apah!" panggil Faza pada Gomesh.
"Apah beulipin Zaza seslim don!" pinta bayi itu.
"Mih wuwanna!" lanjutnya menyerahkan dua lembar daun.
Gomesh gemas, pria itu mengangkat tinggi-tinggi bayi cantik itu hingga tergelak.
Kini semua anak menikmati es krim yang dibelikan Zack. Bahkan Kean juga dapat.
"Makasih Papa!" ujar Arimbi sambil menikmati es krim cone.
"Bawu ladhi!" ujar El Bara yang habis es krimnya.
"Ini baby ... punya Mama," Azizah memberikan es krim miliknya.
"Mama?"
"Mama nggak kuat makan dingin sayang," jelas Azizah.
El Bara pun kembali menikmati es krim milik Azizah. Para ibu memberikan es krim mereka pada anak-anak yang masih kurang.
"Pancake udah siap!" seru Seruni membawa napan besar berisi makanan tepung itu.
"Wah ... mestinya makan pake es krim tadi!" sahut Kean yang baru saja menghabiskan makanan dingin itu.
"Mama nggak mau!" tolak Gino es krimnya tak habis.
"Eh ... sayang ... kamu kenapa?" tanya Zack.
"Tenggorokan Gino sakit," keluh bocah itu.
"Coba mama liat sayang," Arimbi meminta Gino membuka mulut.
"Oh amandelnya bengkak. Berarti Gino alergi es krim. Jadi nggak bisa banyak," jelas Arimbi.
"Padahal enak," keluh Gino.
Zheinra yang menghabiskan es krim Gino. Setelah makan-makan ringan.
"Ngantuk banget ya! Kekenyangan ini!" ujar Calvin mengelus perutnya yang buncit.
"Besok kita pulang ya," ajak Herman.
"Iya Yah!" sahut semua anak setuju.
"Tempat ini indah tapi kok lebih senang di rumah ya?" tanya Ditya.
"Karena rumah kita adalah surga kita kak," sahut Gino.
"Mumah pita sulda?" celetuk Aaima.
"Iya baby," jawab Ditya.
"Pemana pita budah menindhal?" tanya Arsyad tak percaya.
"Bukan gitu baby. Maksudnya rumah kita selayak surga yang membuat kita tenang, nyaman dan aman," jelas Ditya lagi.
"Oh beudithu!" sahut semua bayi kompak.
"Peulalti pita balaitat!" sahut Arsh.
"Atuh bawu sadhi balaitat beunsabut mawa!" lanjutnya.
"Atuh balaitat Widwan!" tunjuk Maryam.
"Balaitat eundat lada beulenpuwan!" ujar Fatih memberitahu.
"Basa?" Maryam tak percaya.
"Muma?" bayi cantik itu menatap ibunya.
"Iya baby ... semua malaikat adalah laki-laki. Sedang yang perempuan Allah jadikan bidadari," jawab Saf.
"Atuh bawu sadhi balaitat yan tasih lezeti banusia Muma," ujar Maryam sedih.
"Malaikat Ridwan menjaga pintu surga Baby," ujar Harun.
"Yang menyebar rejeki itu malaikat Mikail," lanjutnya.
"Atuh bawu sadhi balaitat buntal nantil!" seru duo Bara semangat.
"Baby, kalian jadi penghuni surga saja ya. Malaikat itu tugasnya berat loh!" ujar Layla.
"Iya enakan jadi penghuni surga," sahut Kean.
"Mau es krim, mau buah tersedia semua sebelum keinginan itu terlontar!" lanjutnya santai.
Usai makan siang semua anak diharuskan tidur siang. Sebagian menyusun pakaian mereka karena besok semua pulang kembali ke rumah.
"Papa," Lino melihat ayahnya melamun.
Santo terkisap, pria itu menoleh. Untuk pertama kalinya, sang putra memanggilnya.
"Apa yang papa pikirkan?" tanya bocah itu duduk di sisi sang ayah.
Semenjak kejadian kemarin, memang Santo jarang mengikuti tiga anak kembarnya.
"Papa hanya memikirkan kesalahan Papa," jawab pria itu lemah.
"Papa meninggalkan Tante Neima begitu saja. Papa jahat kan?" kekeh pria itu.
"Kenapa papa begitu juga pada Tante Neima. Wanita yang telah mengangkat papa dari kemiskinan?" tanya Lino.
"Papa melihat kamu di sebuah stasiun televisi. Kamu memperjuangkan karya kamu ...."
"Jadi papa kembali karena melihat aku pintar?" tanya Lino kecewa.
"Bukan nak ... bukan!" sanggah Santo cepat.
"Lalu apa?" tanya Lino sedih.
"Papa tertekan. Tante Neima menghina papa ...."
"Bukankah itu pantas untuk papa? Papa kan memang hanya numpang hidup sama dia?" sinis Lino.
"Papa bekerja ... pekerjaan papa tak berarti di mata dia ...."
"Memang harusnya kan begitu. Papa menikmati kekayaan Tante Neima, papa harus bekerja untuknya. Papa mau penghargaan apa dari beliau?" desis Lino menyakiti Santo.
"Setidaknya pekerjaan papa dihargai," Santo membela diri.
"Papa juga menyelamatkan mukanya karena hamil di luar nikah!" lanjutnya.
"Lalu papa mau Tante Neima perawan?" decak Lino marah.
"Papa ingin kaya kan secara instan?" lanjutnya meledek.
"Itulah yang papa dapat!" sambungnya menatap remeh pria di depannya itu.
"Papa meninggalkan Tante Neima seperti papa meninggalkan mama," lanjutnya.
"Papa tak punya anak dari dia ...."
"Tapi anak itu hanya tau papa adalah ayahnya!" teriak Lino.
"Dia anak haram ...."
"Aku kecewa sama papa!" bentak Lino.
"Dia tak mau dilahirkan secara demikian. Tapi Allah menguji dia lahir tanpa status halal!" teriak Lino.
"Nak ...."
"Papa jahat sekali mengatakan anak itu anak haram!" geleng Lino.
"Nak ...."
Lino meninggalkan Santo dengan segudang kekecewaan. Santo menangis, ia menyesal sekali.
Zack baru bergabung di keluarga ini. Dua tahun ia mengurus perusahaan shelter batubara di Kalimantan.
Lino menangis di sebuah taman. Bocah itu melampiaskan kekecewaannya pada sebuah batu.
"Kau jahat ... kau jahat ... kau jahat!" teriaknya sambil memukuli batu.
"Sayang ...," Zack memeluk Lino yang seperti ingin memecahkan batu itu.
"Batu itu tidak salah sayang," ujarnya menenangkan bocah yang tengah kecewa berat.
"Lalu siapa yang salah Pa ... siapa? Kenapa Lino punya ayah seberengsek itu?!"
"Sayang!"
Lino menangis di dada Zack. Akhirnya bocah itu terlelap karena kelelahan. Zack mengusap wajah tampan Lino.
"Kau akan mengerti nanti nak," ujarnya bergumam.
Pria itu membawa Lino ke kamarnya. Di sana dua saudaranya sudah tertidur.
"Kisah kalian luar biasa. Termasuk Gino dan anak-anak lainnya. Papa yakin kalian akan tumbuh kuat dan sangat luar biasa!"
Zack perlahan keluar kamar. Di sana ia menatap Maisya. Gadis manis yang baru berusia delapan sembilan belas tahun.
Desir halus merebak di seluruh tubuhnya. Ia menggeleng, ia merasa tak pantas bersanding dengan sosok Dougher Young.
"Tapi Langit berhasil mendapatkan Pratama," ujarnya lirih.
"Ah ... Langit adalah anak sah ... apalah aku yang tak tau siapa ayah dan ibuku?" lanjutnya merendah.
Di sana sepasang mata cantik menatap kegalauan Zack. Lalu ia menatap sosok yang ditatap pria yang menggetarkan pandangannya pertama kali.
"Aku mana pantas bersaing dengan nona Mai?" gumamnya lirih.
Bersambung.
Ah ... ada apa ini.
Cinta terselubung.
Next?
pesot tamih pupa..
zah malah pd popo memuana,g' zadhi gosib don.😁😁😁😁😁😁