Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Zhafira hari ini pergi ke kampus seperti biasa. meskipun ada rasa takut pada hatinya, dia mencoba untuk menghadapinya.
Eric pun yang terlihat acuh, dapat merasakan ketakutan pada zhafira.
"Jangan khawatir, saya akan selalu mengawasi mu, fira." sahut Eric menenangkan dan memegang erat tangan zhafira.
Zhafira yang merasa takut pun, tersenyum setelah mendapatkan perlakuan manis dari Eric.
"Terima kasih, Eric." balas zhafira tulus.
Di kampus zhafira pun berjalan beriringan dengan Eric. tanpa sengaja, mereka pun bertemu dengan anggara yang akan menuju ke ruangannya.
Anggara menatap tajam zhafira, yang terlihat ketakutan. sementara Eric, dia justru membalas tatapan tajam anggara, seakan tidak suka dengan sikapnya pada zhafira.
"Zhafira ikut saya, sekarang juga!" ujar anggara dengan nada dinginnya.
Zhafira menatap Eric, yang berada di sampingnya. meminta pendapat, apakah dia harus menuruti perintah anggara atau tidak.
"Maaf ada apalagi ya, pak?" tanya zhafira, cemas.
"Ada yang mau saya bicarakan dengan mu, zhafira. Dan sekarang saya minta kamu keruangan saya, secepatnya." jawab anggara tanpa ingin di bantah.
Zhafira merasa khawatir, pikirannya tiba-tiba saja teringat pada kejadian kemarin.kini dia bertambah cemas, sebenarnya apa yang akan di katakan oleh anggara kepadanya.
"Tapi pak, sebentar lagi kelas akan di mulai.Apa tidak sebaiknya kita, berbincangnya nanti saja." tolak zhafira, halus.
"Tidak bisa!" Ujar anggara tegas. Melihat ke arah jam tangan. "Lima menit saya tunggu kamu, di ruangan saya." Pergi dari. hadapan zhafira.
Zhafira hendak melayangkan protes, namun segera di cegah oleh Eric
"Tidak apa-apa, fira. Saya akan antar kamu ke sana." ucap Eric, menatap zhafira.
Anggara yang masih bisa mendengar perkataan Eric, sontak menggeram kesal.
Dia pun penasaran, ada hubungan apa Eric dengan zhafira. dengan perasaan marah, anggara pun pergi dari sana.
Zhafira dan Eric pun mengikuti langkah anggara. melihat zhafira dan Eric berjalan berdua, membuat semua mata tak berhenti menatap ke arah mereka.
Terlihat dari kejauhan Arabella yang marah, ketika melihat semua itu. hatinya memanas, saat melihat Eric yang begitu tenang bersama zhafira.
Dengan perasaan marah, Arabella pun menghampiri zhafira dan menampar keras wajah zhafira.
"PLAAAK!"
"Dasar ja**ng! Gue peringatkan sama lo. Jangan pernah ganggu pacar, gue!" Arabella menatap tajam zhafira, yang memegangi pipinya yang terasa sakit.
Eric berada di samping zhafira sangat terkejut, dengan serangan tiba-tiba dari Arabella. dia pun marah, karena melihat istrinya sendiri di perlakukan kasar seperti itu.
"Apa yang kamu lakukan, Arabella!" bentak Eric marah.
"Eric kamu marahin, aku." sahut Arabella penuh kekecewaan. "Seharusnya kamu sadar Eric, jika wanita kampung ini, punya niatan jahat pada mu." ucap Arabella menggebu-gebu.
"Tutup mulut lancang mu itu, Arabella. Saya lebih suka wanita kampung, yang mempunyai etika. Tidak seperti mu, yang terlihat seperti bitch!" ucap Eric tegas, dengan pandangan melihat penampilan Arabella, dari atas sampai bawah.
Arabella terdiam, hatinya sakit saat mendengar perkataan kasar dari laki-laki yang dia cintai.
Eric tersenyum mengejek, lalu dia pergi dari sana dengan memegang tangan zhafira.
Arabella pun seketika marah, saat melihat perlakuan Eric pada zhafira yang begitu perhatian.
Rasa cemburu pun, kini menghampiri benaknya. "Lihat saja, Eric. Aku akan membuat mu, bertekuk lutut memohon cinta pada ku." gumam Arabella, penuh penekanan.
Arabella pun pergi dari sana, dengan perasaan marah. hatinya kecewa saat tidak mendapatkan pembelaan dari Eric.
Setelah mengalami perdebatan kecil,zhafira dan Eric segera pergi ke ruangan dosen. mereka pun masuk ke ruangan anggara.
Terlihat anggara memang sepertinya menunggu kedatangan zhafira . mereka berdua pun masuk ke sana.
"Selamat pagi, pak." sapa zhafira, sopan.
Mendengar suara zhafira, membuat anggara tersenyum tipis.
"Selamat siang, zhafira." balas anggara lembut.
Namun sayang senyuman tipis anggara, tiba-tiba saja luntur, setelah melihat keberadaan Eric yang berada di samping zhafira.
"Saya sudah bilang, kamu datang kesini tidak perlu bersama dia." sahut anggara dingin. Menatap Eric penuh kebencian.
"Maaf Pak, tadi bapak tidak bilang seperti itu. Jadi tidak apa-apa kan, jika Eric ikut bersama saya."
Anggara menatap tajam Eric, yang tersenyum mengejek. "Bukan kah kamu harus mengikuti kelas hari ini, Eric?" tanyanya dingin.
"Saya akan kembali ke kelas, setelah kekasih saya menyelesaikan urusannya dengan mu, pak anggara." jawab Eric, santai.
Mendengar pengakuan Eric sebagai kekasih zhafira, membuat hati anggara marah. wajahnya tampak memerah, karena merasa tidak terima dengan ucapan Eric.
Zhafira tertunduk takut, saat melihat raut wajah anggara yang terlihat marah. dia juga tidak menyangka, jika Eric akan mengakuinya sebagai kekasih di depan anggara.
"Bagaimana pak? Apa anda akan melanjutkan pembahasan dengan kekasih saya," tanya Eric,mengejek.
Anggara menghela nafas kasar. "Baiklah. Silahkan kalian duduk." ucapnya pasrah.
Tidak ingin dipermalukan, anggara pun mempersilahkan zhafira dan Eric untuk duduk di kursi, yang berhadapan dengan kursinya.
Anggara pun mulai membuka pembicaraan, dengan mata yang lekat menatap zhafira, yang berada di depannya.
Eric yang melihat hal itu, merasakan cemburu pada hatinya. dia tidak rela jika istrinya, di tatap begitu dalam oleh laki-laki lain.
Dengan perasaan gelisah, Eric ingin segera pergi dari sana. merasa jengah dengan sikap anggara yang sengaja memanasi nya.
"Baiklah, itulah hal yang ingin saya sampaikan pada mu, fira. Saya harap, jika nanti saya panggil kamu, datanglah sendiri." ucap anggara, sekilas menatap ke arah Eric yang menatapnya tajam.
"Baik pak. Kalau begitu terima kasih. Saya permisi dulu pak." Zhafira mengangguk hormat, dan pergi dari ruangan itu.
Sebelum keluar, Eric dan anggara saling memperlihatkan tatapan tajam mereka,seakan ingin membunuh satu sama lain.
Eric tersenyum miring. "Ingat anggara, urusan kita belum selesai. Aku harap kamu tidak lupa dengan apa yang sudah kamu lakukan pada ku waktu itu." ucapnya, penuh penekanan.
"Aku kira kau sudah mati Eric. Aku berharap kau menyusul kedua orang tua, mu." balas Anggara, tersenyum mengejek.
Eric mengepalkan tangan, perkataan anggara membuat dirinya teringat pada kematian tragis kedua orang tuanya.
Namun dia berusaha kuat dan tidak ingin terlihat lemah, di hadapan orang yang mencoba menghancurkan hidupnya.
"Justru aku yang berharap, kau segera mati menyusul kekasih mu yang sudah pergi, anggara.
Anggara terkejut, mendengar perkataan Eric yang seolah tahu tentang kekasihnya. Anggara yang hendak berkata harus terhenti, saat mendengar zhafira memanggil Eric.
"Eric. Apa kamu masih di dalam?" teriak zhafira,melihat ke arah ruangan.
Eric tidak menjawab, namun sebelum dia keluar dari ruangan anggara. dia menatap tajam anggara penuh dengan kebencian.
"Aku peringatkan kamu anggara, jangan pernah mengganggu kehidupan ku. Dan kamu juga harus sadar, jika zhafira bukanlah Aletta." Tersenyum sinis.
Setelah mengucapkan hal itu, Eric pun segera keluar dari ruangan itu. meninggalkan anggara yang terlihat sangat marah sekali.
"Jangan senang dulu Eric. Aku akan membuat mu mati mengenaskan, seperti kedua orang tua mu!" gumam anggara penuh penekanan.