Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Pesan terakhir
Maharani dan Nilam melihat mobil Hendra yang berhenti di tepi jalan, mereka tidak punya firasat apa pun karena perkiraan Nilam masih ada waktu tiga hari untuk Andini di sembuhkan oleh Purnama. maka mereka pun segera menghampiri untuk sedikit mengintip, dugaan nya mereka sedang istirahat dan sesikit mesraan lah karena pasangan yang bisa di bilang masih baru.
Namun betapa kaget nya setan dua ini setelah melihat bagian dalam mobil yang penuh dengan darah segar, serta Hendra yang terdiam dengan pandangan kosong sembari memeluk tubuh istri nya yang terbaring dengan perut hancur akibat meledak tadi. Maharani ngeri sendiri melihat lintah yang sangat banyak menggerogoti perut Andini, sedangkan wanita hamil tersebut sudah tidak bernafas lagi.
"Aaaaagkkkk!"
Nilam menjerit keras dan keluar dari mobil begitu melihat keadaan Andini, dia berjongkok di pinggir jalan sembari menutupi telinga nya dengan wajah yang sangat ketakutan. menyesali bahwa dugaan dia malah meleset, padahal bisa dia rasakan masih ada waktu tiga hari untuk Andini bertahan.
Tapi sekarang dia malah meninggal dengan cara yang sama seperti Nilam alami, sudah pasti Andini juga sangat kesakitan karena perut besar yang akan meledak tersebut. milik Nilam dulu tidak ada lintah nya, sedangkan milik Andini banyak lintah dengan ukuran yang sangat besar besar karena banyak makan darah.
"Bagai mana ini? astaga aku harus bagai mana sekarang!" Maharani bingung mau apa.
"Hendra! sadar lah, ayo hubungi seseorang agar menolong kalian di sini." Maharani mengguncang pundak Hendra.
Yang di guncang cuma diam saja dengan pandangan yang benar benar kosong, air mata masih mengalir di pipi nya karena dia memang menangis. tangan Hendra bersatu dengan Andini, tergenggam erat satu sama lain.
"Nilam sadar lah! kita harus bagai mana ini sekarang?" Maharani sangking bingung nya sampai tidak tau harus bagai mana.
"A-aku...Ran, akuuuu....
Nilam pun mengalami trauma yang begitu berat setelah melihat Andini, hal yang dia takut kan malah terjadi sekarang. padahal dia sudah berusaha untuk menghibur hati nya bahwa Andini akan selamat, namun sayang nya semua sia sia.
"Ku mohon kuasai dirimu, ayo kita bantu mereka dulu!" Maharani mengguncang bahu Nilam.
"Aku lemas melihat dia, Ran!" Nilam menangis sekarang.
"Jangan melihat nya, kau hanya perlu pergi agak kedepan sana untuk memanggil Nana yang sedang menunggu juga." Maharani menguatkan besty nya.
"Ya allah, Ya allah!" Nilam sampai gelagapan karena tangis.
"Ayo kita bergerak, kasihan dia." bujuk Maharani karena mereka butuh bantuan.
"I-iya! iya aku pergi, aku pergi cari Nana di depan sana." Nilam langsung berkelebat.
Karena mereka hanya lah arwah yang punya keterbatasan, tentu nya tak akan bisa membawa mobil Hendra sampai di desa. kecuali ada orang yang bisa melihat wujud mereka dan menolong, sedangkan Hendra yang di harap kan untuk menghubungi orang saja tidak bisa bergerak.
"Hen, buka lah ponsel mu dan hubungi keluarga." bujuk Maharani.
Yang di bujuk tetap diam dengan pandangan yang amat kosong, karena jiwa Hendra sungguh terguncang atas apa yang sudah terjadi pada istri nya. pernikahan yang di harapkan sampai tua, namun malah terhenti di tengah jalan hanya dalam waktu dua tahun lebih, tentu saja dia amat terguncang dengan semua ini.
Karena Hendra juga tidak bisa di harapkan kesadaran nya, Maharani duduk bersila untuk terhubung dengan Purnama. hanya itu salah satu cara agar mereka dapat bantuan, karena di sini yang manusia hanya Hendra saja, tapi dia tidak bisa mau di harapkan.
"Apa?!"
Purnama kaget bukan kepalang sehingga suara nya menggelegar memenuhi mobil mereka yang sedang dalam perjalanan pulang, mereka masih jauh sehingga tidak mungkin mau cepat kecuali Purnama berubah wujud.
"Mas aku harus berubah, boleh ya?" Purnama meminta izin suami nya.
"Ya pergi lah, hati hati." Zidan tau kalau kondisi nya mendesak.
"Anak anak Arya satu mobil saja sama kamu ya, Mas? soal nya Arya akan ku ajak juga." pinta Purnama.
"Iya, itu mobil dia ada di belakang kita." Zidan selalu patuh bila untuk kebaikan.
Melihat mobil Kakak nya yang berhenti di depan, Arya pun menghentikan mobil nya juga karena dia tahu ada masalah. Fatma pun sudah cemas, sejak berangkat pulang dia sudah tau ada yang tidak beres.
"Ada apa, Kak?!" Arya cepat menyambut Purnama.
"Anak anak mu satu mobil saja sama aku, Arya! Fatma di depan dan aku mengiringi." Zidan yang menjawab.
"Terjadi sesuatu?" Arya menatap Kakak nya.
"Ya!"
"Kalian hati hati, aku yang akan pindahkan anak anak kemobil Mas Zidan." Fatma bergerak cepat.
"Kalian berdua juga hati hati, maaf ya aku meninggalkan kamu." Arya mencium istri nya dan segera masuk kedalam hutan bersama Purnama.
Zidan membuka pintu mobil dan anak anak Arya di taruh mobil Zidan saja agar mereka tidak bosan karena ada Zahra, sedangkan Fatma mengemudi di depan agar Zidan juga bisa memantau dari belakang.
...****************...
Salsa membuka pintu karena ada yang mengetuk pintu nya berulang kali, dia agak terkejut melihat Andini datang tanpa memberi kabar. namun langsung girang dan mengajak masuk kedalam rumah, Andini duduk di sofa sambil menatap Salsa yang begitu manja bila pada sang Kakak.
"Kakak kapan datang? kok enggak ngabarin dulu sih!" Salsa mengambil air minum.
"Tidak sempat, Sa." Andini menjawab lirih dan pandangan nya juga kosong.
"Wong tinggal chat saja, ini Mas Davin lagi keluar." ujar Salsa memberikan air minum pada Kakak nya.
Andini cuma diam saja dan menatap Salsa yang nampak senang, wajah nya Andini sangat datar sehingga membuat Salsa agak curiga bahwa Kakak nya sedang sakit. dia tidak punya pikiran lain, karena sejak Zahira pergi dari tubuh nya maka dia tak punya kemampuan ghaib lagi.
"Saaa."
"Apa? Kakak mau makan ya." Salsa cepat menjawab.
"Kamu harus baik baik sama suami dan jaga anak kamu juga, Kakak sebentar lagi tidak akan bisa menjaga mu lagi." ucap Andini.
"Pasti dong, Kakak juga baik baik ya karena mau melahirkan." angguk Salsa cepat.
"Maafkan Kakak yang belum bisa membuat mu senang, bahkan Kakak juga sering membuat mu repot." ujar Andini lagi.
"Ngomong apa sih? aku bahagia kalau sama Kakak!" rutuk Salsa sambil bangkit karena ponsel nya berbunyi di kamar.
"Jaga diri ya, Dik." Andini berkata lagi namun tidak di jawab Salsa.
"Hallo Assalamualaikum, Mas." Salsa mengangkat panggilan Davin.
Davin menjelaskan bahwa Andini mengalami nasib malang dan sekarang dia sedang menuju lokasi, Salsa menyangkal ucapan suami nya karena merasa Davin hanya bercanda namun bercanda nya tidak lucu sama sekali.
Terima kasih up nya untuk hari ini. Semangat terus ka 💪
Sehat selalu 😄
kesal kali kalau part kau ni muncul ,pengen bungkam mulut kau dengan sambal setan .
Heh! dengar cinta bisa hilang asal gak kau pelihara,asal kau niat melupa, waktu akan menenggelamkan rasamu asal kau mau dan tidak bersua dengan Hendra 😡 .
dasar ndableg,belegug, ah serah manehna. Laila semoga othor gak ngabulin doamu ...