NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Pria Beristri

Jerat Cinta Pria Beristri

Status: tamat
Genre:Tamat / Showbiz / One Night Stand / Konflik etika / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Tak terima lantaran posisi sebagai pemeran utama dalam project terbarunya diganti sesuka hati, Haura nekat membalas dendam dengan menuangkan obat pencahar ke dalam minuman Ervano Lakeswara - sutradara yang merupakan dalang dibaliknya.

Dia berpikir, dengan cara itu dendamnya akan terbalaskan secara instan. Siapa sangka, tindakan konyolnya justru berakhir fatal. Sesuatu yang dia masukkan ke dalam minuman tersebut bukanlah obat pencahar, melainkan obat perang-sang.

Alih-alih merasa puas karena dendamnya terbalaskan, Haura justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Ervano hingga membuatnya terperosok dalam jurang penyesalan. Bukan hanya karena Ervano menyebalkan, tapi statusnya yang merupakan suami orang membuat Haura merasa lebih baik menghilang.

****

"Kamu yang menyalakan api, bukankah tanggung jawabmu untuk memadamkannya, Haura?" - Ervano Lakeswara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 - Kalah Strategi

Sementara itu, Haura berucap "Oh." dengan begitu singkatnya.

"Jelas?" tanya Abimanyu memastikan, khawatir otak Haura yang memang tidak seberapa itu tidak mampu menangkap maksudnya.

"Iya, sangat-sangat jelas." Haura mengangguk mantap.

Tampaknya sangat memahami ucapan Abimanyu hingga pria itu meninggalkannya dengan tenang.

Selepas kepergian mereka, Haura masuk tanpa memedulikan Ervano di sebelahnya. Setelah tadi bersandiwara dan berusaha terlihat manis, Haura kembali ke setelan pabrik di hadapan suaminya.

Tanpa sadar, Ervano mengekor dan masuk di kamar yang sama hingga Haura berteriak sekuat tenaga tatkala hendak menutup pintu kamar.

"Ma-mau ngapain?"

"Tidur, memangnya apalagi?" Ervano balik bertanya dengan wajah tanpa dosa andalannya itu.

Haura yang melihatnya sontak tak kuasa menahan diri untuk tidak berteriak di hadapan sang suami "Di sebelah, ini kamarku!!"

Alih-alih marah atau tersinggung walau telinganya sampai sakit, Ervano menerobos masuk tatkala teriakan Haura telah mereda.

"Dih, ternyata memang tuli ya? Aku bilang ini kamarku!! Sana balik ke kamarmu," usir Haura setelah berhasil merentangkan tangan di hadapan Ervano sebagai upaya untuk menghalangi pergerakan suaminya.

Sontak saja tingkah Haura yang tak ubahnya bak anak 15 tahun itu membuat Ervano tertawa kecil. "Kita sudah menikah, Haura," ucapnya kemudian.

"Ya terus?" tanya Haura berlagak bodoh, padahal harusnya orang dewasa bisa mengerti tanpa perlu diperjelas lagi.

"Kalau sudah menikah, maka tidak ada istilah kamarmu atau kamarku ... kamu istriku dan dimana ada kamu di situ ada aku, titik!!"

"Ih? Kenapa begitu?" tanya Haura masih saja tak terima dengan penegasan Ervano yang dia nilai tak sejalan dengannya.

Ervano yang agaknya malas berdebat memilih diam dan mengabaikan Haura. Jangan ditanya sekesal apa hati Haura, tapi yang pasti tangannya sampai mengepal sempurna.

Mata tajamnya masih memerhatikan Ervano yang duduk di tepian ranjang sembari memeriksa ponselnya. Entah membalas pesan siapa, mungkin dari istri pertamanya Haura tidak peduli juga.

Cukup lama Haura berdiri sembari memandangi Ervano. Dia mulai berpikir tentang langkah selanjutnya karena jujur saja, Haura belum bersedia untuk tidur di ranjang yang sama.

"Sampai kapan kamu berdiri di sana? Tidak pegal?" tanya Ervano tanpa menatap ke arah Haura.

Pandangannya masih terfokus ke layar ponsel hingga Haura tidak mengira bahwa Ervano sadar tentang kegiatannya.

Tidak ingin benar-benar tertangkap basah, Haura memalingkan muka dan menatap jauh ke luar jendela. Seolah jadi objek untuk mengalihkan pusat perhatian, Haura melangkah maju dan memandangi hamparan laut yang tak begitu jauh dari sana.

Berawal dari sekadar melihat, perlahan langkahnya terbawa untuk semakin mendekat. Hingga jemarinya menyentuh kaca jendela seakan ada yang di utarakan dalam diamnya.

Sang Dewi Malam tampak menebar pesona paras indahnya hingga langit tampak cerah. Haura menatap jauh ke atas sana, tak dia duga bulan purnama kali ini harus dia saksikan sendiri.

Sreg

"Ih?"

Merusak suasana saja, Haura berdecak kesal tatkala pandangannya kini terhalang gorden tanpa aba-aba.

Siapa lagi pelakunya jika bukan Ervano yang kini bersedekap dada si hadapannya. "Sudah malam, ada baiknya bersihkan wajahmu, ganti baju lalu kita tidur."

Tanpa menjawab, Haura berlalu dari hadapan Ervano dan naik ke atas tempat tidur begitu saja. Masih dengan kebaya dan kain yang dia gunakan untuk akad nikah, Haura seakan tidak peduli andai besok wajahnya berjerawat atau semacamnya.

Sengaja mencari cara agar Ervano tidak macam-macam karena Haura yakin cukup sulit untuk Ervano membuka pakaiannya.

"Tahu gini, coba minta Mama pakein siger atau suntiang sekalian ... cuma di-make-up doang tanggung." Dia yang tadi bahkan mengomel lantaran dipoles dengan make-up, di saat seperti ini justru berinisiatif memakai sesuatu yang lebih istimewa lagi.

"Ehem!!" Ervano berdehem, Haura memicingkan mata dan menunggu pria itu hendak mengatakan apa.

"Apaan?"

"Serius kamu tidur begitu?"

"Iya, kenapa memangnya?"

"Aneh saja, apa tidak risih? Itu lipstiknya lumayan berat kalau aku lihat-lihat," ucap Ervano mengungkap keresahannya.

Mendengar ucapan Ervano yang justru terlihat geli, Haura tiba-tiba terpikirkan satu hal di otaknya. "Dia pasti menyukai cewek rapi dan bersih, berarti kalau aku jorok dia tidak akan tertarik."

Haura bergumam dan kembali mengatur strategi demi menyelamatkan diri. "Ehm, iya aku biasanya tidur begini, harus pakai make-up yang tebal, ini malah kurang loh ... kamu sih pakai diculik segala, semua perlengkapanku ketinggalan di hotel jadi sekarang seadanya pakai product yang mama punya," ucapnya mengarang bebas dan sama sekali tidak sesuai fakta.

"Serius?" Dahi Ervano berkerut disertai kedipan mata yang tak terbaca itu.

Dengan penuh semangat, Haura mengangguk berkali-kali seakan ingin membuka jati diri di hadapan sang suami. "Iya, kalau tidak pakai make-up berasa ada yang aneh."

"Baiklah, tidur sana ... aku keluar sebentar," ucap Ervano sebelum kemudian pamit keluar.

Haura yang ditinggal seketika berseru yes, merasa rencananya ini berhasil dan mulai menemukan kelemahan Ervano.

"Heeuh kalau begini kan enak, bisa tidur nyenyak ... semoga saja dia tidak tertarik tidur denganku, walau lengket-lengket begini tidak apa ... tahan sebentar, Haura!!"

.

.

Seyakin itu Haura bahwa rencananya berhasil dan Ervano benar-benar tidak ingin didekatnya lagi. Jauh di luar dugaan, Ervano yang sejatinya tahu maksud Haura dan memang risih melihat wanita tidur dengan make-up di wajahnya justru pergi ke pusat perbelanjaan terdekat untuk membeli sesuatu yang dia butuhkan.

Kebetulan dia tidak punya, hanya tahu beberapa karena pernah melihat product skincare Sofia. Entah cocok atau tidak untuk kulit Haura, Ervano juga tidak tahu pastinya.

Sebenarnya dia bisa meminta orang-orang untuk melakukan hal semacam ini. Akan tetapi, dia memilih untuk menjalani sendiri karena dia merasa berguna saja sebagai suami.

Padahal Haura tidak meminta, tapi Ervano semangat sekali memilih barang-barang untuk Haura. Meski ada opsi kembali ke hotel dan mengambil kopernya, Ervano malas dan memilih mengeluarkan uangnya.

Tidak begitu lama waktu yang dibutuhkan Ervano untuk berbelanja. Selain kapas, micellar water dan juga cleansing balm yang digunakan untuk menghapus make-up Haura, Ervano juga membeli beberapa set pakaian tidur di sana.

Begitu tiba, dia bergegas masuk ke kamar dan Haura sudah tertidur pulas dengan kaki terbuka dan sama sekali tidak ada anggun-anggunnya. Berbanding terbalik dengan keadaannya sewaktu Ervano tinggalkan, padahal yang Haura kenakan saat ini adalah kain.

Tanpa memiliki pikiran picik untuk memanfaatkan kesempatan, Ervano memperbaiki posisi kaki Haura yang memang cukup menantang jiwanya.

Kembali kepada tujuan awal, Ervano mulai membersihkan make-up Haura pelan-pelan. Penuh kehati-hatian lantaran takut orangnya mengamuk dan tidak terima.

Selesai membersihkan wajah, Ervano beralih membuka pakaian sang istri. Celotehan Haura sebelum tidur terus terbayang hingga Ervano lucu sendiri.

"Dasar, kamu segininya karena takut kusentuh, Ra?" Dia tertawa, tapi di sisi lain juga terluka karena sadar Haura sampai mencari banyak cara demi melindungi dirinya.

.

.

- To Be Continued -

1
Lianarose
gue curiga ervano sama temen haura yg ngasih obat itu udah bersekongkol
Tri Oktifatun
Laahh dah bolot ketemu bolot.. kacian amat sih suami istri bolot semua /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Irma Wangsa
the best udah baca semua ini tinggal aneet
Ika Lely Zulkifli
mas Varo😭
airadwi Rahayu
ya iyalah gk marah secara dia yg dapat keperawanannya
airadwi Rahayu
aku merasa ada sesuatu yang di pendam di hati vano, sampai² setelah dapat guaass pooool karena ingin merasakan sesuatu itu.
qinara vio
bisa aja c arvano modusin Haura /Facepalm/
qinara vio
ada"aja si haura/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ummu Faliha
Luar biasa
Reni Noviana
doa mu dikabulkan oleh kak othor ra... mas abim sama janda(maura)
tina nana
cipung...abubu jgan ngeyel ya..
Miryam Toressy
Haaa,..berarti sadar dong Elvano,...
Asma Rani
Luar biasa
Ummu Inani
mba kapan bahagianya?
Ummu Inani
lucu komentar neng ima a /Grin//Grin//Grin/
Ikatin Khoiroh
Kecewa
Ikatin Khoiroh
Buruk
Dewi Mashita
Luar biasa
Reeka Rsm
luar biasa
Reeka Rsm
terimakasih author cerita yg indah... mungkin aku akan membaca seluruh novelmu dr awal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!