"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Raina sudah memulai kesibukannya di hari pertama syuting. Ini pertama kalinya dia menjadi pemeran utama di sebuah film. Dia berharap rating filmnya bagus agar karirnya semakin cemerlang di kemudian hari.
Apalagi sekarang dia ditemani Aldi yang selalu sigap membantunya. Selain merasa aman, dia juga mempunyai teman mengobrol di saat bosan dan lelah mulai melanda.
"Kamu minum dulu." Aldi memberikan minuman isotonik untuk Raina.
Raina segera mengambil sebotol minuman isotonik yang telah terbuka sealnya itu lalu meneguknya hingga habis setengahnya.
"Satu jam lagi ada jadwal syuting iklan di taman kota. Lima belas menit lagi kita langsung ke sana saja, agar tidak terlambat." Aldi juga sudah mengatur semua jadwal Raina dengan rapi.
"Setelah selesai syuting iklan, kita makan dulu di restoran ya."
"Oke." Aldi kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Aldi, apa sekarang ada seseorang yang kamu sukai?" tanya Raina. Sampai sekarang dia masih saja terpesona dengan ketampanan Aldi dan masih mengharapkannya.
Aldi hanya menggelengkan kepalanya. "Free," jawab Aldi. "Oiya, kamu sendiri sudah punya pacar? Jangan sampai pacar kamu salah paham dengan hubungan kita."
Raina menggelengkan kepalanya. "Aku belum menemukan pria yang tepat."
"Memang tipe pria kamu seperti apa?"
"Seperti kamu," jawab Raina sambil tersenyum kecil. Kemudian dia berdiri dan berjalan menuju tempat parkir.
Di belakang Raina, Aldi berjalan sambil membawa tas Raina. Dia nampak berpikir, lalu dia tersenyum miring dan membukakan pintu untuk Raina. Setelah Raina masuk ke dalam mobil, dia segera duduk di kursi pengemudi, lalu mulai melajukan mobil itu menuju taman.
"Rain," panggil Aldi dengan pandangan yang sesekali menatap Raina.
"Iya."
"Apa kamu masih punya perasaan sama aku?" tanya Aldi.
Raina terdiam beberapa saat. "Kamu sendiri, apa masih punya perasaan pada Vivi?" Raina justru balik bertanya pada Aldi.
Seketika Aldi menghentikan mobil itu di tepi jalan dekat pohon. Dia semakin menatap Raina. "Dia sudah menikah, aku tidak mungkin mengharapkannya lagi."
"Kalau begitu, apa aku boleh mengharapkanmu?"
Aldi semakin mengembangkan senyumnya. "Tapi aku hanya assistant dan bodyguard kamu."
"No problem."
"Oke, mungkin kita bisa memulai hubungan baru."
Raina mengangguk pelan. Akhirnya setelah sekian lama, dia bisa dekat dengan Aldi. Seseorang yang telah dia kagumi sejak lama.
...***...
"Pak Rey, ada masalah di tim accounting. Coba Pak Rey cek lagi laporan keuangannya," kata Farid sambil menyerahkan sebendel berkas yang berisi laporan keuangan bulan itu.
Reynan yang telah memakai jasnya dan akan pulang ke rumah, seketika urung. Dia kembali duduk dan memeriksa laporan keuangan dengan serius. "Selisih banyak sekali. Kita harus cek semua rincian biaya, atau mungkin ada yang sengaja menggelapkan uang itu."
Reynan menutup map itu lalu berdiri dan keluar dari ruangannya. "Vivi, sepertinya aku pulang malam. Kamu pulang dulu sama Anton. Nanti aku pulang sama Farid."
"Butuh bantuan? Mungkin aku bisa bantu," tawar Vivi.
"Tidak usah, kamu pulang dan istirahat di rumah." Reynan mengusap puncak kepala Vivi lalu membisikkan sesuatu di telinga Vivi. "Tunggu aku pulang."
Vivi hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Kemudian dia mengemasi barang-barangnya. Sedangkan Reynan kini menuju ruang staff accounting untuk menyelesaikan semua masalahnya.
Setelah mengemasi barang-barangnya, Vivi keluar dari ruangannya dan masuk ke dalam lift. Biasanya setiap hari dia pulang bersama Reynan, tapi kali ini sendiri dan rasanya sangat beda.
Hingga dia masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah yang dikemudikan oleh Anton, dia merasa kesepian. Sepanjang perjalanan, Vivi hanya menatap jalanan yang dia lalui.
Beberapa saat kemudian, mobil itu berhenti di dekat gerbang rumah Reynan karena gerbang itu tertutup rapat.
"Biar aku buka gerbangnya." Kemudian Vivi turun dan mendorong gerbang itu.
"Nyonya, maaf saya dari belakang," kata satpam di rumahnya yang kini menggantikan Vivi mendorong gerbang yang baru setengah.
"Rumah sepi, Mama sama Papa kemana?"
"Tuan besar dan nyonya sedang kondangan. Non Raina juga belum pulang."
"Ya sudah." Kemudian Vivi masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamarnya. "Benar-benar sepi gak ada Kak Rey."
Setelah masuk ke dalam kamarnya, dia segera mandi dan membersihkan dirinya. Setelah badannya segar dan berpakaian santai, dia keluar dari kamar dan menuju ruang makan karena perutnya sudah sangat lapar.
"Makan dulu sajalah, nanti kalau Kak Rey minta temani makan, ya makan lagi." Vivi tersenyum kecil. Masalah makan dia tidak membatasi diri karena meskipun banyak makan badannya tetap segitu saja tidak bertambah gemuk.
Dia kini mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan juga lauk. Sebelum makan, dia mengirim pesan pada Reynan.
Kak Rey, aku lapar. Aku makan dulu. Kak Rey jangan lupa makan.
Beberapa saat kemudian ada balasan dari Reynan.
Jangan lupa nanti malam pakai gaun tidur merah.
Baru makan sesuap, dia tersenyum membaca pesan dari Reynan. Ya, meskipun sejak pagi dia sudah memikirkannya dengan matang tapi nyatanya keadaan tak berpihak pada Reynan.
Aku lagi dapet. Pending dulu.
Vivi semakin tertawa saat Reynan mengirim emoticon menangis.
Yah, gagal malam pertamanya.
Vivi hanya membacanya tak membalasnya.
Ya udah, kamu tidur duluan saja, soalnya aku sampai larut malam.
Oke.
Vivi menyudahi berbalas pesan dengan Reynan, dia segera menghabiskan makanannya. Setelah selesai, dia kembali ke kamarnya.
"Kunci gak ya pintunya? Kunci ajalah, takut ada orang lain masuk soalnya tidak ada Kak Rey." Vivi mengunci pintu kamarnya lalu dia merebahkan dirinya di atas ranjang. Awalnya hanya bermain ponsel saja tapi lama kelamaan dia tertidur.
Hingga malam telah larut, saat Reynan pulang ke rumah, dia akan membuka pintu kamarnya tapi terkunci dari dalam.
"Vi..." Reynan mengetuk pintu itu tapi Vivi tak juga membukanya. "Kayaknya Vivi ketiduran."
Reynan menghubungi Vivi lewat ponselnya tapi Vivi tak mengangkatnya. Akhirnya Reynan duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya. "Aku capek sekali, masak iya aku tidur di sini."
Reynan menguap panjang dan mencoba menghubungi Vivi lagi tapi Vivi tak juga mengangkatnya. Akhirnya dia merebahkan dirinya di sofa.
💞💞💞
Like dan komen ya ..
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor