Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03
Pagi tiba, Ayana sudah mulai bergerak meninggalkan kediaman rentenir baik hati itu. Tentu baik hati menurut Ayana, apa lagi dirinya yang di perlakukan dengan sangat baik di rumah itu. Walau hanya sebentar saja mereka bertemu, terlihat pula dari cara wanita paruh baya itu memperlakukan pekerja rumahnya dengan baik.
"Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu, Nak."
Ucapan doa tulus itu di terucap setelah sang rentenir mengantarkan kepergian Ayana yang mulai tidak terlihat dari rumahnya.
"Saatnya mengeksekusi mertua jahatmu itu," lanjutnya lagi sembari berjalan masuk ke dalam rumah.
Walau seorang rentenir, wanita paruh baya itu tidak akan berbuat kejam kalau peminjam uangnya tertib membayar dan tidak berulah. Tapi jika yang si peminjam selalu mangkir dalam pembayaran, maka sisi kejam seorang rentenir tetap akan keluar.
Ayana sendiri yang sudah bertekat untuk pergi jauh dari sana memilih untuk ke pusat kota dan akan memulai semuanya di sana.
Saat melalui jalanan yang sepi hendak memasuki daerah perkotaan. Ayana melihat sebuah sesuatu yang membuatnya teringat dengan kejadian yang membuatnya harus menjadi sebatang kara.
Ya, kejadian yang di lihat oleh Ayana adalah sebuah kecelakaan. Di mana sebuah mobil sedan yang terbalik dengan bagian depan sedikit terganjal oleh pembatas jalan.
Ayana gelagapan melihat hal itu, ia mencoba mendekat setelah turun dari motornya. Apa lagi saat terdengar suara tangisan yang kencang, seperti tangisan bayi.
Dengan mengumpulkan segenap keberanian yang di milikinya demi melihat apa yang terjadi. Ayana menundukkan tubuhnya untuk melihat bagian dalam mobil.
Alangkah terkejutnya wanita itu kala mendapati seorang pria dan wanita dalam keadaan tak sadarkan diri. Ada pula seorang bayi yang dapat di perkirakan Ayana kalau bayi itu baru lahir.
Posisi si bayi sangat mengerikan, terjepit tangan si ibu yang sepertinya memeluk dan berusaha menyelamatkan bayi itu.
Walau gemetaran karena ia sedikit trauma setelah kecelakaan yang menimpanya saat itu. Ayana tidak mungkin meninggalkan bayi tidak berdosa itu begitu saja.
Dengan susah payah Ayana berusaha mengeluarkan si bayi dari dekapan sang ibu yang salah satu tangannya menghimpit karena dalam posisi terbalik namun terikat seatbelt.
"Syukurlah, Nak. Akhirnya kamu bisa keluar juga, tenang ya sayang kita akan cari klinik terdekat supaya kamu segera di periksa ya." Ayana berjalan meninggalkan mobil yang mulai mengeluarkan bau terbakar itu.
Karena takut mobilnya meledak, Ayana membawa si bayi naik motornya dan menjauhi mobil. Benar saja, tak lama kemudian mobil itu meledak.
Ayana semakin gemetaran melihatnya, sekuat tenaga ia membuka tas yang berisi perlengkapan bayinya lalu mengambil kain panjang. Setelah menggendong si bayi dengan tenang sembari menenangkan bayi itu, Ayana meraih ponselnya.
"Po Polisi, ada... Ada kecelakaan di jalan yang sepi," ucap Ayana setelah Polisi menyahut.
"Jalan sepi bagian mana, Ibu? Sekarang posisi anda di mana?" Suara dari seberang menyahut lagi.
"I itu... Km 10 yang anu... Yang jalan mau ke ko... Kota itu. Ta tadi saya lewat dan... Dan melihatnya, sekarang sudah... Sudah meledak mo... Mobil itu."
Ayana berusaha menjelaskan sebisanya kepada polisi dengan kondisi yang sangat ketakutan. Setelah sambungan telpon terputus, Ayana yang sudah tak mampu lagi bergerak memilih duduk sejenak di pinggir jalan sembari menenangkan bayi di gendongannya.
"Tenang ya, Nak. Kamu haus ya? Iya?" Ayana menimang bayi itu pelan dengan tubuh gemetar.
Teringat dengan dirinya yang juga sempat menyusui sang anak walau sebentar dan saat itu ASI nya belum lancar. Ayana memberanikan diri memberikan ASI kepada bayi yang wajahnya muali terlihat membiru karena kelamaan menangis dan kehausan itu.
"Kamu lapar? Haus? Ini ini, Nak. Kamu mau ini?" Ayana menyodorkan payudaranya kepada bayi itu agar tenang.
Seperti ada keajaiban di sana, bayi itu langsung menyusu kepada Ayana dan terdiam. Dan bersyukurnya Ayana karena air ASI nya yang ternyata masih keluar dan bisa membuat bayi itu tenang.
"Apa mereka orang tuamu? Mereka sudah gak ada, Nak. Sekarang kamu ikut Tante, ya. Nanti Tante akan menjadi Ibu buat kamu," ucap Ayana berusaha menenangkan diri dari trauma dan gemetar yang di rasakannya demi bayi di dekapannya.
Tak berapa lama datanglah suara sirine mobil polisi dan ambulans bersamaan. Ayana bernapas lega mendengar hal itu, tapi juga takut di salahkan.
"Selamat siang, Mbak. Apa Mbak yang menghubungi pihak kepolisian tadi?" Tanya seorang pria berseragam.
"Be benar, Pak. Tapi bukan saya pelakunya, saya hanya kebetulan lewat tadi," jelas Ayana.
"Bisa Mbak ikut dengan kami untuk di mintai keterangan?"
Ayana mengangguk kaku lalu mencoba berdiri. Melihat Ayana yabg kesusahan berdiri karena gemetar dan pucat, Polisi itu membantu memapah Ayana dan membawanya menggunakan mobil Polisi agar lebih aman.
Sedangkan motor Ayana di bawa oleh salah satu Polisi lainnya. Di dalam mobil Polisi, bayi yang di dekapan Ayana tertidur pulas setelah kenyang meminum ASI dari Ayana. Untung saja tadi Ayana menutupi bayi yang sedang mengASI itu, jadi tidak terlihat Polisi apa yang di lakukan bayi laki-laki itu.
"Anaknya, Mbak?" Tanya Polisi yang menyetir mobil di depan. Ayana yang duduk di belakang mengangguk kaku. Ia sudah terlanjur ketakutan akan di salahkan.
Sebagai orang yang sedang dalam kondisi bingung dan ketakutan, Ayana tidak bisa lagi berpikir jernih. Takut di salahkan juga karena menggendong bayi dari korban kecelakaan, Ayana mengakui saja bayi itu.
"Umur berapa, Mbak?" Tanya Polisi itu lagi.
"Baru 4 hari, Pak." Ayana menjawab sembari mendekap bayi itu erat.
"Memangnya mau kemana, Mbak? Kok jauh banget sampai di tempat itu? Sedangkan klinik itu ada sekitar hampir 1km dari sini."
"Saya di usir mertua, Pak. Karena suami sudah meninggal jadi saya harus pergi dari rumah itu," jelas Ayana singkat.
"Waduh, ada ya modelan mertua begitu. Mana bawa bayi naru lahir lagi, gak kasihan apa sama cucu sendiri. Aneh banget mertua Mbak itu," gumam si Polisi sembari geleng kepala.
Ayana hanya mengangguk sembari tersenyum kaku saja. Tidak menanggapi lagi supaya ia tidak kelepasan bicara nantinya tentang siapa si bayi.
Setelah tiba di kantor Polisi, Ayana di mintai sedikit keterangan tentang laporannya tadi. Ayana menceritakan dengan jujur apa yang di ketahuinya kecuali tentang bayi di gendongannya.
Setelah di persilahkan pergi, Ayana segera keluar dari kantor Polisi dan mencari klinik terdekat untuk memeriksakan kondisi anaknya. Ya anaknya, Ayana sudah bertekat akan mengasuh anak itu sebagai anaknya sendiri. Biarlah dia di bilang jahat atau kejam karena tak jujur mengenai bayi itu.
Pasti keluarga korban masih ada dan akan mencari bayi itu. Tapi dia sudah terlanjur menyayangi bayi di dekapannya seperti anak sendiri. Apa lagi bayi itu sudah terikat dengan ASI nya.
Sembari menunggu bayinya di periksa oleh tim medis, Ayana segera membongkar ponselnya dan membuang kartu yang di gunakannya. Ayana tidak mau nanti ibu mertuanya menghubunginya dan menuntutnya atas rumah yang sudah di jualnya.
Ya, Ayana menjual rumah yang di belinya bersama sang suami saat menikah dulu. Ayana yang baru saja menjual rumah peninggalan orang tuanya, menggunakan uang itu untuk beli rumah baru bersama suaminya. Itu sebabnya sertifikat atas nama dirinya.
"Di kota ini aku akan memulai semua lagi bersama anakku, Abian."
Ayana menamakan anak tersebut Abian, mirip seperti nama anaknya yang sudah meninggal yang juga berjenis kelamin laki-laki. Anak Ayana yang sudah meninggal bernama Abisan, Ayana hanya menghilangkan satu huruf saja untuk nama anaknya itu.