Pernahkah kamu menyatakan cinta pada seseorang, yang kamu sukai di depan umum?
Celine Ainsley, pernah menyatakan cintanya pada seorang lelaki, kakak seniornya, saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
Joseph Scott, menolak pernyataan cinta Celine dengan dingin, membuat Celine jadi bahan tertawaan semua teman sekolahnya.
Peristiwa yang sangat memalukan!
Momen itu terjadi, lima tahun yang lalu, dan sekarang tanpa di duga, mereka bertemu lagi di reunian lima tahun sekolah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.
Akhirnya Celine malam ini tinggal untuk sementara di rumah Joseph, dan Ibu Joseph yang begitu ramah, membuat Celine merasa nyaman dekat dengan Ibu Joseph yang cantik itu.
"Anggap seperti rumah sendiri, jangan sungkan, selesai mandi dan berpakaian, datanglah ke ruang makan, untuk makan bersama, oke?" ujar Pamela tersenyum hangat, saat akan meninggalkan Celine di kamar pink tersebut.
"Baik, Tante!" Celine menganggukkan kepalanya.
Pamela menutup pintu kamar pink dengan pelan, ia tersenyum senang di luar pintu, lalu menautkan ke dua tangannya penuh rasa bahagia.
Akhirnya kamar yang ia idamkan, akan di tempati seorang gadis cantik terwujud sudah. Membuat wajahnya terlihat berseri-seri, dan ia akan berencana menahan Celine lebih lama di Mansion Scott.
"Mama kenapa?" tanya James, adik Joseph, melihat Ibunya yang senyum-senyum sembari berjalan menuju lantai bawah.
"Oh, putraku sayang.. Mama senang sekali!" Pamela meraih James, lalu memeluk putra ke duanya itu dengan erat.
James merasakan tubuhnya begitu tertekan di peluk Pamela, sampai ia merasa sesak dada tidak dapat bernapas.
"Mama.. lepaskan aku!" ujarnya dengan suara yang terdengar sulit keluar dari kerongkongan nya.
"Oh.. oh.. maafkan Mama!" Pamela melepaskan pelukannya, dan menepuk-nepuk pelan dada putra ke duanya tersebut, "Mama terlalu senang, karena Celine akhirnya mau menginap di rumah kita!"
"Ehem! kak Celine lebih baik di jodohkan padaku, Ma!" ujar James memandang Pamela yang menepuk dadanya.
Pamela menghentikan tepukan nya, "Tidak sayang.. tidak boleh! Celine jodoh kakak mu, kami sudah janji dengan Mama Celine, kalau Joseph yang akan menjadi suami Celine, kau masih kecil.. masih panjang perjalanan masa pertumbuhan mu ke saatnya untuk menikah!"
"Aku suka sama kak Celine!" James tidak perduli dengan penjelasan Pamela, "Kak Joseph sepertinya pernah menyakiti perasaan kak Celine, jadi kak Celine tidak begitu suka pada kak Joseph!"
"Nak, kau belum mengerti, itu biasa bagi orang yang sedang jatuh cinta, akan ada pertengkaran kecil, untuk membuat mereka agar bisa lebih dekat lagi!"
"Itu tidak mungkin! Mama dan Papa tidak pernah bertengkar selama ini aku lihat! Mama jangan bohongi aku!" kata James dengan wajah yang serius.
Pamela terdiam memandang putra ke duanya itu. Dia tidak menyangka, James terlihat dewasa saat bicara membahas tentang perasaan.
Pamela mengedipkan matanya, kemudian ia tersenyum cerah memeluk wajah James dalam kedua telapak tangannya.
"Papa dan Mama beda, nak! Papa selalu menurut apa yang Mama katakan, itu karena dia selalu setuju dengan pendapat Mama!"
Wajah datar James terlihat biasa saja, mendengarkan apa yang di katakan Ibunya. Ia melepaskan tangan Pamela dari mendekap wajahnya.
Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga, dan Pamela kembali tersenyum ceria. Ia sudah biasa melihat wajah datar putra ke duanya tersebut.
"Putraku.. tunggu Mama!" Pamela mengejar James yang sudah hampir sampai ke anak tangga paling bawah.
Pamela merangkul bahu James, begitu ia berhasil menyusul langkah James, lalu mengacak-acak rambut James sembari tertawa kecil.
"Ck!" James menyingkirkan tangan Pamela yang mengacak rambutnya.
Pamela semakin tertawa dan semakin mengacak rambut James. Ia tidak memperdulikan James yang kesal, karena ia tahu seperti itulah sifat putra keduanya.
Mereka menuju ruang makan, dan di sana telah duduk di kursi makan, Joseph dan Aldrich.
"Mana Ruben?" tanya Pamela, melepaskan rangkulannya pada bahu James.
"Dia lupa menaruh belanjaannya ke dalam kulkas, karena terburu-buru melihat rumah mereka, malam ini ia akan tidur di restoran bersama Asisten nya!" jawab Aldrich.
"Oh, berarti kita makan hanya berlima saja!" Pamela menarik kursinya.
"Iya!" jawab Aldrich.
"Kalau begitu kita menunggu Celine selesai mandi dan berpakaian!" kata Pamela seraya duduk.
Tidak berapa lama kemudian, tampak Celine masuk ke ruang makan, dan Joseph serta James bersamaan berdiri.
Mereka menarik kursi di samping mereka masing-masing, untuk mempersilahkan Celine duduk di sebelah mereka.
"Eh..!" Pamela tersenyum lucu, melihat ke dua putranya bersamaan menarik kursi.
"Kak Celine duduk di sampingku saja!" sahut James memandang Celine, yang seketika menghentikan langkahnya ke meja makan.
Semua menoleh ke arah James, memandang anak lelaki dua belas tahun itu, dengan tatapan berbagai pandangan yang berbeda.
Bersambung......
cellinenya juga , ya bner sih dia sakit hati .. what aja kalo mati rasa sama Joseph ..