seorang pemuda berusia 18 tahun bernama Dylan Hopkins, adalah seorang dokter magang yang rajin, berwajah tampan dan berkharisma. ditengah kesibukannya, dia tiba-tiba mendapat telpon dari orang yang tak dikenal untuk menginformasikan bahwa
wanita yang dia pacari selama tiga tahun tiba-tiba melangsungkan pertunangan dengan pria lain.
wanita itu mengkhianatinya hanya karena dia miskin dan bukan dari keluarga kaya.
Yang lebih menyakitkan lagi, ditengah rasa sakit hati karena dikhianati sang kekasih,
Dia malah dipecat dari pekerjaannya.
namun suatu ketika, dia tiba-tiba mendapat kekuatan misterius dari cincin yang pernah dia berikan pada mantan pacarnya sebagai hadiah.
cincin tersebut merupakan cincin peninggalan yang ditinggal oleh orang tua kandungnya.
sejak saat itu kehidupan Dylan mengalami peningkatan baik ekonomi, ilmu medis, bela diri dan kekuatan super lainnya. bagaimana kisah selanjutnya nongkrong terus ya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Denny Kembali Berulah
Orang-orang mengatakan bahwa setidaknya dibutuhkan seratus hari untuk menyembuhkan tulang yang patah.
Dia mengalami patah kaki yang parah lima belas hari yang lalu, tapi sekarang sudah sembuh total.
Ini seperti sebuah keajaiban. Saat Cindy sedang memikirkan hal itu, Dylan berkata, "Ikut aku!"
Setelah itu, Dylan memegang tangan Cindy dan berjalan menuju meja rias.
Cindy bisa melihat wajahnya ditutupi salep warna hijau yang berlendir di cermin, salep itu, tampak seperti masker cair. Dylan mengambil handuk dari wastafel untuk membersihkan lendir itu dari wajahnya.
Setelah salep itu dibersihkan, bentuk wajah Cindy yang sebenarnya mulai terlihat.
Ketika Cindy melihat wajahnya dicermin, dia begitu tercengang dia seperti sedang dihantam oleh palu raksasa, saat itu dia hanya bisa menatap cermin.
Apakah ada bekas luka atau garis darah diwajahnya?
Wajah itu adalah wajah yang sempurna dan halus, kulitnya begitu halus dan tanpa ada kerutan sedikitpun. Orang sama sekali tidak bisa melihat kekurangan dari wajah itu.
Sekarang wajah Cindy sudah sembuh sepenuhnya, terlebih lagi, kulitnya seperti kulit bayi, halusnya sangat sempurna.
Rasanya seperti memiliki wajah baru!
Cindy berpikir, dia sedang bermimpi saat dia menatap wajahnya dicermin, dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat, dadanya naik turun seolah-olah kedua gunung kembarnya akan meledak.
Dylan, apa aku sedang bermimpi? Cindy mencubit dirinya dengan keras lalu berkata, "Baiklah, aku sedang bermimpi, aku tidak merasakan sakit dan aku sudah mengetahuinya. Hal-hal baik seperti itu tidak akan terjadi."
"Aduh ... Kamu tidak akan merasakan sakit, sayang! Kamu mencubit tanganku, maka kamu akan merasa kesakitan jika sedang bermimpi."
Dylan menelan ludahnya dengan ekspresi aneh.
"Apa?"
Kemudian Cindy tersadar, bahwa dia baru saja mencubit tangan Dylan sangat kuat. Dylan hanya memegang tangannya yang memerah akibat dicubit.
Cindy buru-buru meminta maaf, "Maaf, maafkan aku." untung kulitnya lumayan tebal, jika tidak mungkin kulitnya akan terlepas dari tubuhnya.
Dylan masih lembut seperti biasanya, dia mengetuk kepala Cindy dengan lembut sambil Tersenyum dan menatap wajahnya dicermin sambil berkata, "semua yang kamu lihat adalah kebenaran sayang, ini bukanlah mimpi, apa kamu percaya sekarang?"
Setelah merasakan sakit di keningnya, Cindy terdiam lama, dia selalu mengalami mimpi buruk setelah mengalami kecelakaan itu.
Dia tahu betul seperti apa penampilannya saat itu, wajah jeleknya diunggah di media sosial, orang-orang membicarakan penderitaannya, bahkan beberapa dari mereka menertawai wajahnya.
Sesaat kemudian dia berkata, "Dylan, aku ingin sendiri dulu, aku mohon!" Cindy meminta permohonan sederhana sambil meneteskan air mata.
"Baiklah!"
Dylan meninggalkan kamar dan menutup pintu.
Saat pintu tertutup, suara tangisan terdengar dari kamar, Dylan melihat dengan mengunakan mata tembus pandangnya, dia menyaksikan Cindy sedang berdiri didepan cermin sambil terisak, air matanya membasahi pipinya.
Memeng dia adalah wanita hebat, yang tidak ingin orang lain melihatnya ketika menangis. Dylan tersenyum Getir dan menarik kembali mata tembus pandangnya. Lalu duduk tenang disofa. Tiba-tiba terdengar bunyi ponselnya berdering, yang menelpon ternyata adalah bibinya.
Selama masa magang, dia tinggal dirumah bibinya, sudah sepuluh hari lamanya dia tidak kembali lagi kesana, Dylan mengatakan pada bibinya, saat ini dia sedang dirumah sakit dan terlalu sibuk untuk kembali.
"Kamu dimana?"
Ketika Dylan mengangkat teleponnya terdengar suara yang tidak asing, yang menelpon bukan paman ataupun bibinya, melainkan Clara putri paman dan bibinya, juga sepupu Dylan yang berusia dua puluh satu tahun dan sedang belajar di universitas pertanian white Bear.
"Aku lagi dirumah sakit, kenapa?" jawab Dylan dengan kebingungan.
"Berhenti berbohong, Dylan. Kamu telah dipecat, bagaimana bisa kamu masih dirumah sakit? Sebaiknya beritahu kami, siapa yang kamu sakiti dan mengapa kedua orang tuaku juga ikut dipecat? Ayahku bahkan diblokade dan ditendang dengan keras tadi malam, dan para penyerang itu mengatakan, kalau kamu tahu alasannya."
"Hentikan, Clara ... " Suara teriakan seorang wanita paru baya terdengar, Dylan Tahu bahwa itu suara bibinya.
"Tidak, aku tidak!" Kata Dylan dengan kesal.
"Dylan, kamu dari keluarga miskin, sejak kamu datang ke kota white Bear, keluarga saya telah membantu hidupmu tanpa meminta imbalan apapun, kenapa kamu malah membuat masalah, siapa yang telah kamu Singgung?"
Kata Clara sambil menangis.
Dylan sudah bisa menebak apa yang terjadi dan siapa yang melakukan itu.
Ini tidak lain pasti perbuatan Denny! Pasti bajingan itu.
Denny tidak hanya membuat Dylan dipecat tapi juga menyulitkan paman dan bibinya.
Dylan berpikir, dia perlu bicara dengan Denny.
"Aku tidak menyinggung siapa pun! Itu tidak benar."
Aku akan menemukan pekerjaan yang lebih baik untuk paman dan bibi, perusahaan temanku kekurangan staf, lalu dia bicara dengan managernya.
Para penyerang itu pasti salah paham. Dylan menjelaskan persoalannya agar menghilangkan kekhawatiran bibinya, "Tenanglah, aku akan menelpon temanku setelah ini dan dia akan menelpon paman dan bibi nanti.
"Teman? Berhentilah bercanda denganku,kamu baru setahun disini! bagaimana kamu bisa memiliki teman seperti itu?"
"Orang tuaku bekerja di perusahaan besar dengan gaji tinggi, apakah kamu bisa menemukan mereka pekerjaan yang lebih baik buat mereka? Kamu benar-benar memilik keberanian besar."
"Itu benar, percaya padaku Clara, kamu boleh. Memarahiku jika aku berbohong padamu, aku menyuruh temanku untuk menghubungi paman dan bibi." setelah selesai bicara Dylan langsung menutup telponnya.
Sudah setahun ini dia tinggal dirumah bibinya, bibinya baik-baik saja padanya, tapi paman dan Clara tidak menyukainya.
Orang harus rendah hati saat membutuhkan pertolongan, memang benar mereka membantu Dylan, terutama ibunya selalu dibantu oleh bibinya, biasa dikatakan, Dylan akan selalu mengingat kebaikan mereka.
Tanpa basa-basi, Dylan Langsung menelepon Martin, dia memberi tahu Martin bahwa dua anak buahnya sedang mencari pekerjaan. Setelah diskusi singkat, tanpa sedikitpun keraguan, Martin berjanji untuk menanganinya.
"Dan tolong jangan sebut apa-apa tentang diriku!"
Dylan mengingatkan Martin, sebelum menutup telponnya.
"Baiklah, aku paham tuan Hopkins, jangan khawatir!" Martin berjanji dengan sungguh-sungguh lalu melanjutkan, "Beri aku waktu satu menit!"
Belum sampai sepuluh menit, ponsel Dylan kembali berdering, yang menelpon bukan Clara, melainkan bibinya, dia lalu berkata, "Dylan maafkan aku ya, Clara mengambil ponselku tadi. tolong jangan Dimasukan kehati."
"Tidak apa-apa, ngomong-ngomong, apa temanku sudah menghubungimu dan bilang padamu soal pekerjaan itu?" tanya Dylan.
"Ya!"
Jawab bibinya dengan suara yang senang sambil berkata, "Mereka menawarkan gaji 85 juta, pamanmu juga! Siapa dia sebenarnya? Kok sangat murah hati."
"Dia pernah jadi pasienku, dan aku menyelamatkan nyawanya dan sekarang dia lagi kekurangan staf, kata Dylan dengan ekspresi serius.
"Oh ya, tolong rahasiakan dari ibuku tentang aku dipecat dari rumah sakit, aku sama sekali tidak ingin dia khawatir. Kamu tahu, mereka memecat aku agar bisa mendapatkan hal yang lebih besar, mereka memberiku posisi lain, "Tenang saja, aku percaya padamu!"
**********