Mendapatkan batu roh ungu dan bertemu dengan seorang Dewi. Wan Tian yang tidak memiliki akar spiritual pun menjalani pelatihan keras dari Yang Yue, Dewi Alkemis dari batu roh ungu.
Menjadi kuat bukanlah masalah, ketika menghadapi kejamnya dunia. Bukankah ada guru seorang Dewi membantunya? Ketika mendapatkan kekuatan dan mengalahkan musuh kuat, para wanita cantik di dunia juga datang sendiri memperebutkannya.
Menjadi kultivator maupun alkemis hebat, semua dilaluinya dengan kerja keras. Jalan menuju abadi dan menjadi dewa, menginjak orang jahat, melindungi jalan kebenaran.
Tingkatan Ranah Kultivasi Manusia : Manusia Pejuang, Manusia Sakti, Manusia Luar Biasa, Tubuh Emas, Tubuh Berlian, Manusia Suci dan Manusia Tertinggi.
Tingkatan Ranah Kultivasi Abadi/Immortal : Darah Abadi, Janin Abadi, Tulang Abadi, Tubuh Abadi, Jiwa Abadi dan Setengah Dewa.
Tingkatan Ranah Kultivasi Dewa : Kelahiran Dewa, Dewa Abadi, Dewa Suci, Dewa Agung dan Dewa Tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanto Trisno 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekalahan Telak
Penghadangan yang dilakukan orang suruhan Tuan Chu itu pun sudah ada di depan mata. Baik Wan Tian maupun Su Menglan sudah bersiap untuk melakukan pertarungan. Pertarungan melawan suruhan Chu Yao, akan segera berlangsung.
"Wan Tian, aku tidak yakin bisa menghadapi mereka. Tapi kita harus segera tinggalkan kota ini. Aku tidak kuat berada di luar terus." Su Menglan menghunus pedangnya.
"Sayang sekali, kita malah diperintahkan untuk membunuh anak-anak ini. Mereka sangat lemah dan tak berdaya. Namun gadis itu lumayan cantik. Hahaha!"
"Kalian tidak tahu malu! Beraninya melawan orang yang lebih lemah. Apakah kalian sangat lemah? Sampai membawa banyak orang?"
Enam pria dengan kultivasi Manusia Pejuang tahap Menengah sampai tahap Akhir, tengah memainkan senjata mereka. Keenam orang yang melakukan pekerjaan kotor itu telah dibayar oleh Chu Yao untuk membunuh orang yang menjual kulit piton dengan harga tinggi. Sehingga menimbulkan kemarahan besar pebisnis licik tersebut.
Wan Tian bersama Su Menglan bertarung dengan mereka dengan susah payah. Jurus pedang Wan Tian tidak dapat sepenuhnya melawan mereka. Apalagi ia tidak bisa memaksimalkannya karena tak memiliki energi spiritual.
"Hahaha! Jurus pedangmu cukup menarik, bocah busuk! Tapi jurus itu tidak berguna bagimu! Serahkan buku pelatihanmu, kami akan membuatmu mati dengan tenang."
Sembari menerima jurus Wan Tian, pria besar itu berbicara dengan nada sombong. Ia juga tertarik dengan keahlian pedang itu dan bisa diberikan pada wanita pujaannya. Karena jurus Tarian Pedang Musim Gugur adalah jurus yang paling cocok dilatih oleh wanita.
"Banyak omong kosong! Aku tidak memiliki buku pelatihannya! Mau melawanku juga percuma!" Wan Tian mengeluarkan gerakan kedua dan pertama secara bergantian.
"Hanya pedang kayu, bagaimana bisa mengeluarkan kekuatan besar seperti ini? Bocah, siapa kamu sebenarnya?" Dalam pertarungan, pria besar itu pun mengalami kesulitan.
Tiga lawan satu adalah sebuah cara yang mereka lakukan. Dengan pedang kayu di tangan, Wan Tian bergerak dengan cepat dan menghabiskan sebagian besar stamina yang dimiliki. Ia lebih kelelahan daripada orang-orang yang telah berkultivasi.
"Wan Tian, dengarkan aku. Staminamu sekarang tidak cukup untuk melawan mereka. Apalagi mereka bertiga dengan kultivasi Manusia Pejuang tahap atas." Yang Yue merasa tak nyaman hanya menonton saja. Geram karena kekuatannya tidak bisa digunakan.
"Meski begitu, aku harus berusaha menjadi lebih kuat dengan cara ini. Dewi, apakah aku bisa mengalahkan mereka?" Wan Tian merasa tidak yakin tapi ia ingin menjadi lebih kuat dan membuktikan pada semua orang di desa Yanshi.
Yang Yue menggelengkan kepalanya. "Aku rasa mustahil. Kau hanya memiliki kemungkinan dua puluh persen. Jika tidak bisa, kamu harus berlari sejauh mungkin."
Seandainya mungkin, Yang Yue ingin menggunakan tubuh Wan Tian untuk bertarung. Namun apalah daya, ia adalah seorang Dewi yang sangat lemah sekarang. Namun asalkan ia bisa mengendalikan tubuh Wan Tian, ia bisa memaksimalkan gerakannya agar menang dengan cepat. Meski dengan kekuatan yang sama, pengalaman ribuan tahun adalah hal yang berbeda dengan manusia biasa yang berumur pendek.
"Masih tidak mau menyerah? Baiklah, ayo kita beri pelajaran pada bocah bodoh ini!" Senyum jahat menatap Wan Tian dengan penuh senyum. Karena sebentar lagi membunuh anak itu dengan mudah.
"Hahaha! Nyalinya patut diacungi jempol. Namun tidak tahu diri adalah tindakan bodoh. Sia-sia kamu masih berdiri. Kau hanya seorang anak yang tidak berguna." Pandangan meremehkan pria itu ditunjukan kepada Wan Tian.
"Di dunia ini, tak ada yang tidak mungkin. Hhh, kalian semua harus mati!" Wan Tian menyerang lagi. Namun ia kembali mendapatkan luka.
Wan Tian ditendang dan dipukuli dengan keras. Sehingga beberapa kali ia bangkit dan terus mengayunkan pedangnya. Beberapa kali ia menjadi ejekan orang-orang itu. Hingga pedang kayunya terbang ke belakang. Setelah itu tubuhnya tumbang.
Meski sudah babak belur, ia meraih pedangnya. Namun ditendang oleh musuh. Tangannya diinjak dengan kejam. Membuat jari jemarinya lebam dan berdarah.
"Ayo bangkit lagi! Aku beri kamu kesempatan untuk menyerang dengan pedang kayu itu, hahaha!" tawanya dengan lantang. Ia sangat senang menindas yang lemah.
"Hahaha! Kamu hanya seekor semut, berharap mengalahkan gajah? Itu adalah sesuatu yang tidak mungkin."
"Percuma saja kamu berusaha sangat keras. Untuk menjadi orang hebat, harus memiliki akar spiritual. Tapi sayangnya kamu ditakdirkan hanya untuk menjadi budak! Atau lebih baik mati saja sana!"
"Aku harus berusaha lagi. Aku tidak akan menyerah. Akan kubuat kalian menyesal." Meskipun berkali-kali tersungkur, Wan Tian terus bangkit dan menyerang dengan pedangnya.
Karena pertarungan tidak imbang dari awal, Wan Tian mengalami luka sayatan di lengan. Sehingga kesulitan memegang pedang nya lagi. Kali ini ia benar-benar tidak bisa bergerak.
Sementara Su Menglan telah ditangkap dan tubuhnya mengalami beberapa lecet. Pedang yang ia gunakan pun telah lepas di tangannya. Disaat mereka yakin bisa menang, Wan Tian masih terus berdiri dan mengayunkan pedangnya.
Akibat yang ditimbulkan pedang kayu, tak dapat memberikan luka gores musuhnya. Seharusnya Wan Tian tahu itu. Namun melihat Su Menglan dalam bahaya, ia tak memiliki tenaga lagi.
"Masih belum. Aku masih belum bisa menyerah. Aku akan melawan kalian semua!" Wan Tian berdiri dengan kaki gemetar. Namun itu adalah sebuah keajaiban.
Luka-luka di tubuhnya tidak ada bandingannya dengan siksaan di desanya. Ketika ia berada di desa, bahkan belum makan apapun dan mengalami penindasan dari anak-anak di desanya. Selama masih bisa bergerak, ia akan menggerakan apapun untuk menyerang.
Wan Tian merangkak dan menggigit kaki salah satu dari mereka. Meski gigitannya tidak keras, cukup membuat pria itu kesakitan dan berteriak.
"Sialan! Sudah mau mati tapi masih bisa menggigit. Apakah kamu binatang, hah?" Setelah kesakitan, pria itu pun memukul perut Wan Tian dengan keras. "Mati saja sana!"
"Tidak! Wan Tian! Apa yang kalian lakukan padanya?" Su Menglan menangis karena melihat keadaan Wan Tian yang terluka sangat parah.
Luka berdarah diderita oleh Wan Tian. Wajahnya bahkan sudah tak bisa dikenali lagi. Seberapa kerasnya berusaha, ia masihlah anak yang tidak memiliki kekuatan seperti orang-orang lainnya.
"Kasihan sekali nasibmu. Huhh, kamu sudah berusaha semaksimal mungkin. Jika kita mati di sini pun tidak masalah. Kita mungkin masih bisa bereinkarnasi." Yang Yue memangku Wan Tian di kesadaran spiritual Wan Tian.
Wan Tian tidur dengan lelap di pangkuan Yang Yue. Sebuah takdir yang mempertemukan mereka menjadi harapan bagi Yang Yue. Padahal mereka masih belum menjadi guru dan murid. Namun mereka harus menerima takdir kematian.
"Ada aura lain yang sedang mendekat? Seorang gadis berusia dua puluhan tahun? Apakah gadis itu bisa membantu kita? Ah, jangan terlalu berharap. Tapi aku sudah menunggu selama ribuan tahun demi mendapatkan tubuh."
Seorang gadis dua puluhan tahun berjalan dengan sombongnya. Ia melihat keadaan Su Menglan yang hampir dilecehkan oleh enam pria dan Wan Tian yang tergeletak di tanah.
***