Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.
Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.
Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.
Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.
Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Lama amat sih, bang? Ngapain aja di atas? Aku jadi curiga, deh!" gerutu Salwa saat melihat suaminya turun.
"Bantuin Shanum buat beresin baju ke lemari, kasihan kan dia. Takutnya dia kecapean karena bibi belum datang. Gitu aja curiga, cemburu ya?" ucap Zayn.
"Ya wajar dong kalau aku cemburu, bang. Abang kan suami aku. Kalau abang dekat-dekat wanita lain, tentu saja aku sakit hati, bang," ujar Salwa.
Zayn tersenym kecut, "Bukankah Shanum juga istri, abang?" ucapnya datar kemudian.
"Jangan mulai deh bang! Ingat status Adhisty itu hanya sebagai ibu pengganti buat anak kita. Abang jangan terlalu mendalami peran sebagai suaminya! Atau jangan-jangan emang abang udah mulai ada rasa sama dia? Jawab, bang?"
"Sudahlah, Salwa. Siapa yang mendalami peran? Kamu saja yang mulai parno dengan drama yang kamu ciptakan ini. Jangan terpancing dengan pikiran curigamu itu, Salwa," Zayn berusaha tenang saat memgatakannya.
"Ya, aku kan takut, bang. Apalagi dengan kondisiku yang seperti ini, aku jadi merasa insecure. Kalau abang berpaling, aku bagaimana? Masa depanku sudah hancur, nggak akan ada yang mau sama aku yang cacat ini," ujar Salwa.
Zayn kembali tersenyum tipis, "Bukankah selama ini abang tetap membuatmu menjadi ratu dalam hidup abang? Abang selalu menuruti semua maumu. Apa kau mulai meragukan abang?" ucapnya.
"Bukan begitu, bang, tapi..."
Zayn menyentuh bagian brlakang kursi roda Salwa, "Bahkan abang rela menjadi kakimu untuk terus melangkah, lalu apa yang kamu khawatirkan? Kita pergi sekarang, tidak enak ribut di sini," Zayn mulai mendorong kursi roda Salwa.
Di luar, perawat pribadi Salwa yang selalu menemani kemanapun wanita itu pergi sudah menunggu, ia baru saja datang bersama sopir pribadi Salwa.
"Abang harus ke kantor, kan? Biar aku pulang sama bibi dan sopir," ucap Salwa.
"Baiklah, abang pergi, ya? Kamu hati-hati," pamit Zayn.
Salwa mengangguk, ia menyalami tangan suaminya tersebut dan di balas usapan lembut di kepalanya sebelum akhirnya mereka berpisah ke tujuan selanjutnya masing-masing.
"Kita ke rumah sakit, pak. Saya ada janji sama dokter Reni hari ini," ujar Salwa pada sopir pribadinya.
"Baik, nyonya!" jawab sang sopir.
.........
"Akhir-akhir ini perkembangan kakimu sangat bagus, Wa. Kalau begini terus, mungkin tidak lama lagi kamu akn bisa berjalan seperti biasa," ujar dokter Reni.
Salwa tersenyum, "Ya, aku harap secepatnya aku bisa berjalan dengan normal, Ren. Biar nanti saat anakku lahir, aku bisa mengurusnya dengan baik," kata Salwa. Ia baru saja melakukan theraphy ada kakinya dan ini sudah sering ia lakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Zayn.
"Anak? Bukankah..."
"Ya, aku memang tidak bisa hamil, Ren. Tapi, wanita lain masih bisa, bukan?" jawab Salwa.
"Jadi, kau benar-benar meminta suamimu menikah lagi hanya demi keturunan, Wa?" dokter Reni tampak terkejut. Pasalanya ia baru tahu kalau Salwa benar-benar merealisasikan ide konyolnya yang tempo hari pernah wanita itu utarakan. Bahkan, Salwa pernah menawari dokter Reni untuk menjadi ibu pengganti sebelum akhirnya ia memilih Adhisty. Tapi, tentu saja dokter Reni menolaknya.
"Ya, mau gimana lagi, Ren. Aku harus melakukannya demi keutuhan rumah tanggaku," ucap Salwa berdusta. Sebenarnya bukan untuk keutuhan rumah tangganya, tapi ada sebab lain yang tak bisa ia ceritakan kepada siapapun termasuk sahabatnya sendiri.
"Gila, benar-benar gila. Baru kali ini aku bertemu wanita senekat kamu, Wa. Apa kamu nggak takut kalau suamimu berpaling ke wanita itu?" tanya dokter Reni.
"Rasa bersalahnya akan membuatnya selalu terikat denganku, Ren," jawab Salwa datar.
Dokter Reni hanya bisa menggelengkan kepalanya. Entah sebenarnya rumah tangga seperti apa yang di jalani sahabatnya tersebut.
.......
Setelah dari rumah sakit, Salwa langsung menuju ke kediaman orang tuanya. Ia ingin memberi kabar gembira jika ia mulai bisa berjalan meski belum sempurna.
"Aku yakin, bang Zayn akan senang jika tiba-tiba melihatku bisa berjalan," ujar Salwa.
"Sebaiknya kamu jangan memberitahunya, Salwa," ucap ayah Salwa.
"Kenapa, pa? Bukankah bagus kalau aku bisa jalan lagi setelah sekian tahu aku harus duduk di kursi roda? Bukankah akan membuat bang Zayn semakin cinta sama aku jika aku kembali normal?" ujar Salwa.
"Jangan bodoh kamu, Salwa! Kamu pikir, selama ini suamimu itu bertahan karena cinta setelah tahu kelakuan kamu di belakangnya dulu? Ketidakmamouanmu memberinya anak dan kursi roda itulah yang membuat dia bertahan hingga detik ini! Jadi, sebaiknya kamu tetap rahasiakan hal ini, sampai anak itu lahir dan di pastikan jika dia laki-laki. Jangan lupa tujuan utama kamu menikahi pria itu! Jika anak itu laki-laki, sudah di pastikan harta pak Erlangga sebagian besar akan jatuh ke tangan anak itu kelak, karena dia keturunan laki-laki dari anak laki-laki pak Erlangga. Kalaupun tidak lebih banyak, setidaknya di bagi sama dengan putra kakak iparmu. Ingat, untuk memajukan perusahaan papa, kita butuh harta mereka," ucap ayah Salwa.
Salwa menghela napasnya dalam," Jadi, Salwa harus terus duduk di kursi roda ini dan pura-pura lumpuh selamanya?"
" Apa susahnya? Hanya pura-pura, Salwa. Seperti selama ini kamu berpura-pura mencintainya bukan? Ini demi keluarga kita, demi perusahaan papamu!" kali ini ibunya yang bicara.
Salwa berdecak, selama ini ia sudah menuruti semua keinginan kedua orang tuanya, termasuk untuk mendekati dan menjerat Zayn dalm perangkap cinta palsunya," Aku sudah tidak tahan lagi, pa, ma! Semuanya sudah Salwa turutin! Kenapa kalian harus menjual ketidak berdayaanku juga? Kalian minta untuk mendekati dan menikah dengan pria dingin itu, Salwa turuti! Dan sekarang, kalian ingin Aku terus terlihat lumpuh dan menyedihkan seperti ini? Aku akan mengatakannya kepada Zayn, jika dia tidak bisa menerimaku lagi, aku tidak peduli!"
" Jangan bodoh kamu! Kecuali kamu siap kehilangan semua kemewahan yang selama ini kamu dapatkan! Ingat, karena kebodohanmu dulu yang masih saja menjalin hubungan dengan si breng sek itu di belakang Zayn, hampir saja membuat Zayn menceraikan kamu dan kita sekarang pasti sudah menjadi gembel! Untung saja karena amarahnya, kecelakaan itu terjadi dan membuatnya tak bisa mengungkit hak itu lagi karena rasa berslahnya sama kamu karena kamu seperti ini!"
Air mata Salwa mulai berjatuhan," Kalian senang melihatku cacat seperti ini? Hanya karena demi uang? Memang seharusnya waktu itu dia menceraikanku saja, biar aku bisa bersama.... "
" Ck, dasar anak bodoh! Mana dia saat kamu sudah seperti ini? Nyatanya tak pernah lagi muncul, dasar pengecut! Cintamu hanya membuatmu semakin bodoh, Salwa. Gunakan logikamu, dengan kondisimu yang seperti ini, apalagi yang kamu butuhkan selain uang suamimu? Sudahlah, papa nghak mau berdebat lagi sama kamu. Semakin cepat pewaris itu lahir, semakin baik untuk kita kedepannya!"
" Aku yakin, bang Zayn masih mencintaiku. Dia akn senang kalau aku bisa berjalan lagi, jadi aku tidak perlu pura-pura lumpuh," Salwa masih kekeuh dengan pendiriannya.
" Ya silakan saja kalau kamu sudah siap menjadi gembel! Tahu sendiri perusahan papa saat ini seperti apa. Tanpa kucuran dana dari suamimu itu, sudah di pastikan bangkrut,"
Salwa mendengus kesal mendengarnya.
......