Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewi Yun
Setelah banyak hal terjadi, aku dan Ling'er memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Kota Yan.
“Wah… ini luar biasa! Jalan-jalan seperti ini terasa menyenangkan!” Aku melompat kecil, mencoba menikmati suasana.
Ling'er melirikku sambil mendesah. “Kau terlihat seperti orang kampung yang baru pertama kali melihat kota.”
Aku terkekeh canggung. “Yah, mungkin kau benar. Selama ini aku selalu sendiri. Aku melakukan apa pun yang kuinginkan, tapi setelah semua tercapai, aku malah jadi sombong… dan semuanya berakhir tragis.” Aku berkata dengan nada pelan, mengingat masa laluku.
Ling'er berhenti sejenak, menatapku dengan bingung. “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.”
Aku menggeleng sambil tersenyum tipis. “Bukan apa-apa, hanya bicara sendiri.”
Dia hanya mendengus pelan. “Hmph, terserah kau.”
...---...
Belum lama kami menikmati suasana kota, tiba-tiba aku merasakan gelombang energi yang sangat kuat mendekat dengan cepat. Suhu udara berubah dingin, membawa hawa yang menyesakkan dada. Dari kejauhan, cahaya hitam melesat dengan kecepatan luar biasa, langsung mengarah ke kami.
Ling'er segera bergerak, memunculkan Qi-nya untuk melindungi kami. Aura hitam itu bertabrakan dengan kekuatannya, menyebabkan leddakan besar.
Duaar!
“Siapa kau?!” Ling'er bertanya dengan nada tegas, matanya waspada.
“Hahaha… lama tak jumpa, Ling'er-ku.” Suara berat penuh ejekan terdengar dari balik asap ledakan.
Wajah Ling'er seketika memucat. “Ka-Kau…”
Melihat ekspresinya yang tiba-tiba berubah, aku mulai menyadari siapa pria itu. Ditambah aura hitam yang begitu menyesakkan, tak salah lagi—dia pasti Kaisar Iblis, Lan Zholin.
“Maaf sudah mengganggu reuni kalian.” Aku melangkah maju dengan nada datar. “Jadi, Anda ini Kaisar Iblis yang terkenal itu?”
Pria itu terkekeh pelan. “Hoh… bocah, kau cukup pintar. Bahkan dalam wujud manusianya, kau bisa mengenaliku.”
Aku menyeringai tipis. “Sederhana saja. Orang yang mampu membuat Ling'er terkejut seperti ini pasti hanya kau, Kaisar Iblis yang dia takuti.”
Zholin mengangkat alis, tampak tertarik. “Bocah, sepertinya kau tahu banyak tentang Ling'er-ku.”
“Jangan bicara seperti itu. Ling'er adalah milikku,” jawabku tajam.
Zholin tertawa terbahak-bahak. “Hahaha! Jadi, kau pacarnya?”
“Bukan!” Ling'er buru-buru memotong, wajahnya memerah.
“Oh, begitu. Kalau begitu, kau sama sekali tak penting.” Zholin melangkah maju, tiba-tiba sudah berada di depanku sebelum aku sempat bereaksi.
Sebuah tamparan keras menghantam perutku, membuatku terlempar beberapa meter. Aku muntah darah, tubuhku terasa remuk.
“Lemah,” katanya singkat, nada suaranya penuh penghinaan.
“Hentikan! Dia tidak ada hubungannya denganku! Lepaskan dia!” Ling'er berteriak, suaranya terdengar panik.
Zholin menoleh padanya sambil tersenyum sinis. “Oh? Jadi kau ingin menolongnya? Kalau begitu, tidurlah denganku.”
“Apa?! Kau gila!” Ling'er menatapnya dengan marah.
Sementara itu, aku yang baru saja berhasil berdiri kembali mengeluarkan Belati Darah Iblis dan memanggil Sayap Merah milikku. Tanpa banyak bicara, aku melesat ke arahnya, mencoba menyerang.
Namun, hanya dengan satu kibasan aura, seranganku terhenti dan aku terpental keras ke tanah.
“Dasar lemah,” katanya lagi, kali ini dengan nada bosan.
“Lepaskan dia! Aku akan memenuhi permintaanmu, tapi jangan sakiti dia lagi!”
Zholin tersenyum puas, mengikat Ling'er dengan tali Qi-nya. Namun, Ling'er hanya diam, seolah sudah menyerah pada nasib.
Melihat itu, amarahku membara. Aku kembali mencoba menyerangnya. “Tsunami Pembelah Api!”
Namun, seranganku bahkan tidak sempat menyentuhnya. Hanya dengan satu gerakan tangannya, teknikku hancur seketika.
“Huang, pergilah! Selamatkan dirimu! Jangan pedulikan aku!” teriak Ling'er.
“Apa maksudmu, Ling'er?! Aku sudah berjanji untuk melindungimu!” balasku dengan suara serak.
“Lupakan janji itu! Kau tidak akan bisa menang melawannya! Pergilah!”
“Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!”
“Diam! Kalian sangat berisik.” Zholin melancarkan serangan lain, kali ini sebuah pedang hitam muncul dari tangannya, melesat langsung ke arahku.
Aku mencoba menghindar, tapi terlalu cepat. Pedang itu menembus dadaku.
“Ugh…” Aku terjatuh, tubuhku berlumuran darah.
“Bukankah kau bilang akan melepaskannya?! Kau pembohong!” Ling'er berteriak penuh emosi.
“Aku sudah melepaskannya. Tapi bocah ini yang menyerangku duluan, jadi aku hanya membalasnya. Sekarang, dia akan mati.” Zholin tertawa.
...---...
Tubuhku lemah, napasku berat. Dalam pikiranku, hanya ada penyesalan.
“Sepertinya aku akan mati… Maafkan aku, Yun Yun. Aku terlalu percaya diri… Pada akhirnya, aku hanya menjadi beban… Haha, aku memang bodoh…”
Namun, saat aku mulai kehilangan kesadaran, suara lembut terdengar di benakku.
“Dasar pacarku yang bodoh. Kau sudah melakukan yang terbaik. Sisanya, serahkan padaku.”
Aura putih menyelimuti tubuhku. Perlahan, kesadaranku memudar, dan Yun Yun—jiwa yang berbagi tubuh denganku—mengambil alih.
Dia berdiri, menggunakan tubuhku, dan menatap Zholin dengan tenang.
“Kaisar Iblis, kau memang kuat. Tapi karena kau sudah melukai tunanganku, aku akan membalasnya.” Suaranya terdengar dingin namun penuh wibawa.
Zholin terkejut, tapi segera tersenyum. “Hoh… Jadi ada jiwa lain dalam tubuh bocah ini. Pantas saja dia berani.”
Ling'er menatapku—atau Yun Yun—dengan keterkejutan di wajahnya. “Dia… Dia masih menyembunyikan kekuatan lain?”
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi