Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
PERHATIAN!!
Jika ada bab atau paragraf yang berulang, mohon maaf sedang dalam proses perbaikan.mohon pengertiannya 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Intim?
Lala terkesiap.Istana itu sungguh menakjubkan, melampaui imajinasinya. Ukiran-ukiran rumit menghiasi dinding giok yang berkilauan, sementara atapnya tampak seperti langit malam yang dipenuhi bintang-bintang kecil yang berkelap-kelip. Udara dipenuhi aroma bunga-bunga yang harum dan misterius. Firr melepaskan genggaman tangannya, dan Lala merasakan kehilangan sentuhan dingin namun menenangkan itu.
"Selamat datang di istanaku," kata Firr, suaranya bergema lembut di ruang luas itu. Ia berjalan di depan Lala, langkahnya ringan dan anggun, seperti melayang di atas lantai yang terbuat dari emas. Lala mengikutinya, matanya tak henti-hentinya menatap keajaiban di sekitarnya.
Mereka berjalan melewati lorong-lorong yang dihiasi lukisan-lukisan kuno, menggambarkan kisah-kisah yang tampak familiar namun aneh bagi Lala. Ada adegan pertempuran, perayaan, dan juga adegan-adegan yang tampak seperti ritual-ritual magis. Lala memperhatikan detail-detail kecil, mencoba memahami makna di balik setiap lukisan.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah ruangan besar yang dipenuhi cahaya redup. Di tengah ruangan, terdapat sebuah sangkar besar yang terbuat dari kristal. Di dalam sangkar itu, Lala melihat beberapa sosok yang tampak seperti… manusia, namun dengan kulit yang sedikit lebih pucat dan mata yang bersinar aneh. Mereka tampak lesu dan lemah, terkurung dalam sangkar kristal itu.
"Keluargaku," kata Firr, suaranya sedikit bergetar. Ia mendekati sangkar itu, tangannya menyentuh kristal dengan lembut. "Mereka terjebak di sini karena kesalahanku."
Lala mendekat, memperhatikan keluarga Firr dengan seksama. Mereka tampak sedih dan putus asa, namun ada juga secercah harapan di mata mereka saat melihat Firr. Lala merasakan simpati yang mendalam untuk mereka.
"Bagaimana caranya melepaskan mereka?" tanya Lala, suaranya lembut.
Lala tertegun. Permintaan Firr kali ini jauh lebih mengejutkan dan lebih sulit diterima daripada sebelumnya. Bayangan rasa jijik yang sempat tertekan kembali muncul, lebih kuat kali ini, bercampur dengan rasa takut dan kebingungan. Ia menatap Firr, mencari petunjuk di mata jin itu, berharap ini hanyalah salah paham. Namun, tatapan Firr sungguh serius, dipenuhi penyesalan dan harapan yang sama kuatnya.
"Kau… kau bilang… hubungan intim?" tanya Lala, suaranya nyaris tak terdengar, diiringi getaran yang kuat. Ia merasa tubuhnya menegang, seolah-olah menolak untuk menerima kenyataan yang baru saja diutarakan Firr.
Firr mengangguk pelan, matanya menatap Lala dengan penuh penyesalan. "Ya, Lala. Ritual kuno itu menuntut… penggabungan energi antara manusia dan jin. Hanya dengan cara itu, kutukan yang menimpa keluargaku dapat dilepaskan. Aku tahu ini permintaan yang sangat berat, dan aku mohon maaf atas semua ini. Aku tahu kau masih jijik dengan apa yang telah kulakukan di masa lalu, dan aku tidak memaksamu. Tapi… ini satu-satunya cara."
Keheningan menyelimuti ruangan. Hanya suara detak jantung Lala yang bergema di telinganya sendiri, berdebar-debar dengan kencang. Ia merasa pikirannya kacau, dipenuhi berbagai emosi yang saling berbenturan: jijik, takut, kebingungan, simpati, dan… sebuah rasa heran yang tak terduga. Ia tidak pernah membayangkan bahwa petualangannya bersama Firr akan berujung pada permintaan yang sedemikian rumit dan penuh risiko ini.
Lala menatap keluarga Firr yang terkurung dalam sangkar kristal. Wajah-wajah mereka tampak pucat dan lemah, namun mata mereka masih menyimpan secercah harapan. Lala merasakan simpati yang mendalam untuk mereka, dan rasa tanggung jawab yang berat di pundaknya.
Setelah beberapa saat terdiam, Lala akhirnya angkat bicara. "Aku… aku perlu waktu untuk memikirkannya," katanya, suaranya masih gemetar. Ia menyadari bahwa keputusan ini bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang nasib keluarga Firr. Ia harus mempertimbangkan segala aspek, segala risiko, dan segala konsekuensi yang mungkin terjadi.
Firr mengangguk mengerti. "Aku akan memberimu waktu, Lala. Tapi… tolong, pikirkanlah dengan baik. Keluargaku… mereka sangat menderita." Ia menatap Lala dengan mata yang penuh harap, penuh penyesalan, dan juga… sesuatu yang mirip dengan cinta. Cinta yang terlarang, cinta yang penuh dengan dosa dan konsekuensi.
Lala kembali menatap keluarga Firr. Ia tahu bahwa keputusannya akan menentukan nasib mereka. Ia harus menemukan kekuatan di dalam dirinya untuk menghadapi dilema yang begitu berat ini. Petualangannya bersama Firr, yang awalnya dimulai dengan rasa takut dan jijik, kini telah berubah menjadi sebuah perjalanan yang penuh dengan dilema moral dan pilihan-pilihan yang sulit. Dan di ujung perjalanan ini, menanti sebuah keputusan yang akan mengubah hidup mereka selamanya.