Dunia Selina tiba-tiba berubah sejak kecelakaan yang Merenggut nyawa Mama nya. Ia bahkan mengalami buta mata setelah kejadian itu. Tidak sampai di sana. Sang Papa menyalahkan nya karena dia lah sang Mama meninggal.
Selina di jual pada seorang Pria. Ibu tiri yang jahat berada di belakang semua itu. Namun tanpa di sadari, ia malah jatuh cinta pada seorang Pria ke-jam yang sudah banyak Merenggut nyawa manusia.
Bagaimana kisah Selina selanjutnya? Semua ada di novel ini. Selamat membaca semua nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Selina di ha-jar habis-habisan saat itu. Namun ia sama sekali tidak melawan. Bagi nya, apa yang ia katakan saat ini tidak lah salah.
"Hentikan! Sejak kapan kau boleh menyik-sa kandidat? Bawa Pria ini dan serahkan pada Tuan Damian."
Seorang Pria datang dan menolong Selina di waktu yang tepat. Sesuai dengan prediksi Selina, jika yang ada di kamar itu memang bukan Tuan Damian.
"Tidak! Jangan bawa aku. Tolong maafkan aku kali ini saja. Aku sudah bekerja sejak lama."
"Apa? Jadi, semua wanita nya Tuan Damian sudah di cicipi sama dia." Ucap Selina pada diri nya sendiri.
Enak sekali hidup Pria itu. Tuan Damian malah dapat bekas nya saja. Pantas saja wanita-wanita itu langsung di dor.
"Kau sudah berani menyik-sa salah satu kandidat. Itu berarti kau harus menerima resiko yang ada."
"Tapi wanita itu keterlaluan. Dia buta dan tak tahu diri. Dia tak pantas menjadi kandidat."
"Pantas atau tidak, biar Tuan Damian yang menentukan. Sekarang, keluar kau dari tempat ini dan ikut aku!"
Akhir nya saat ini, Selina hanya seorang diri di dalam kamar itu. Entah seperti apa setelah ini, ia pun tak tahu.
Selina hanya mempertahankan harga diri nya. Ia tak mau mengerjakan kesucian nya begitu saja pada makhluk yang tak jelas itu.
" Ma, kata-kata Mama selalu Selina ingat. Untuk menjaga kesucian dimana pun Selina berada." Ucap Selina lagi.
Tanpa dia ketahui, ada seseorang yang memperhatikan nya sejak tadi. Akan tetapi, Selina tidak bisa merasakan kehadiran nya.
"Selina, kamu lolos ke babak selanjutnya. Selamat ya. Aku tidak nyangka kau begitu hebat." Ucap Pria yang datang bersama nya itu.
"Aku tidak hebat. Aku hanya beruntung saja."
"Ya. Kau hebat dan beruntung. Tidak salah aku mencalonkan mu."
"Hah! Apa maksud mu? Kau sengaja menjebak ku?"
"Eh, jangan salah paham Selina. Aku tidak mengenal mu dulu. Aku mencoba menyelamatkan mu ketika di rumah Tua itu. Aku tidak tega melihat kau di sik-sa terus menerus."
"Owh."
"Cuma Owh? Nggak ada kata-kata lain yang ingin kamu ucapkan pada ku? Aku sudah menolong mu."
"Kau menolong ku dari mulut buaya. Tapi malah menjerumuskan aku ke lubang anakonda."
"Eh,,"
Pria itu hanya menggaruk kepala nya yang tak gatal. Ia sama sekali bingung. Tapi, memang benar sih apa yang dikatakan oleh Selina.
Tidak ada yang aman dari kedua pilihan itu. Tetap nyawa Selina menjadi taruhan nya. Dan Selina juga yang harus memikirkan nasib nya sendiri harus bagaimana.
"Ayo kita pergi."
Selina pun di bawa ke suatu tempat lagi untuk tes yang selanjutnya. Mereka saat ini sedang makan di sebuah restauran.
Banyak makanan yang terhidang di atas meja. Hal itu membuat cacing yang ada di perut Selina bergetar-getar.
"Selina, seperti nya saat ini Table manner sangat di perlukan. Jadi, kamu jangan salah langkah." Ucap Pria itu.
"Sejak tadi, tidak ada perkataan mu yang benar. Aku lebih memilih feeling ku saja."
Semua kandidat sudah di persilahkan makan. Akan tetapi, hanya Selina saja yang belum makan dan masih menunggu sesuatu.
"Nona Selina, apa yang anda tunggu? Mengapa anda tidak makan? Apa karena anda tidak bisa melihat menu makanan yang ada di sini? Pengawal mu bisa membantu mu."
"Saya hanya bertanya. Apa Tuan Mahardika juga ikut makan di sini?"
"Oh tidak. Tuan Mahardika belum makan. Masih ada sesuatu yang akan beliau urus."
"Kalau begitu, aku akan menunggu Tuan Mahardika makan terlebih dahulu."
Karena ucapan Selina itu, semua kandidat dan para pengawal nya yang ikut makan, jadi tersedak semua nya.
Kenapa mereka malah tidak terpikir apa yang di pikirkan oleh Selina. Wanita buta itu, walaupun tidak bisa melihat, tapi sejak tadi terus membuat geger.
"Selina, mengapa kau tak bilang jika kau tidak ingin makan dulu. Tahu gitu kan, kita bisa kompak."
Selina hanya bisa tersenyum saat Pria yang di samping nya berbicara. Ia benar-benar lucu saat mendengar suara Pria itu yang ketakutan.
"Bukan kah sudah aku katakan aku tidak ingin mendengarkan saran mu."
"Hmm,, iya deh. Aku nurut kamu sekarang!"
Tiba-tiba saja seorang Pria menarik Selina dari meja makan dan mendorong nya hingga membentur meja.
"Lancang! Kau sudah berani mengabaikan makanan yang telah di siapkan oleh Tuam Damian. Sekarang, makan dan nikmati hidangan mu!"
"Tidak sebelum Tuan Damian makan."
"Bagaimana kau tahu Tuan Damian sudah makan atau belum? Bagaimana jika aku mengatakan jika tuan Damian sudah makan?"
"Jika memang seperti itu, aku akan makan."
"Dasar bo-doh! Kau langsung percaya begitu saja pada perkataan ku?"
"Kenapa aku harus meragukan ucapan mu? Jika kau berbohong, maka nyawa mu yang akan menjadi taruhan nya. Dan aku, hanya wanita buta yang lemah."
Pria itu benar-benar tidak bisa membayangkan. Wanita seperti apa yang ada di hadapan nya saat ini.
Tidak tahu saja, wanita itu adalah wanita yang sudah terlalu hancur hidupnya. Dan mati pun, ia sudah tidak takut lagi.
" Berani sekali kau menantang ku. Kalian, bawa wanita ini dan juga pengawal nya. Kurung mereka dan jangan beri mereka makan. Bukan kah mereka tidak perlu makan sebelum Tuan Damian makan?"
"Tapi, Tuan Damian makan tiga hari sekali. Bagaimana mungkin wanita ini sanggup untuk menahan nya."
"Biarkan saja. Siapa suruh dia keras kepala. Kita lihat, apa dia masih mau bertahan untuk tidak makan."
Selina dan Pria yang menjadi pengawal nya pun di bawa pergi ke suatu tempat. Di ruangan itu bukan ruangan sempit yang penuh dengan kuman dan tikus.
Sebuah ruangan yang indah dan wangi. Di hadapan mereka saat ini di penuhi dengan berbagai macam makanan.
"Loh, hukuman macam apa ini? Apa jangan-jangan semua makanan ini beracun?"
"Ada apa memang nya?" Tanya Selina yang tidak tahu apa yang ada di hadapan nya saat ini.
"Selina, di hadapan kita saat ini ada banyak makanan dan minuman enak. Bahkan berbagai macam cemilan juga ada di sana. Mungkin, kamu lah yang terpilih untuk memiliki ini semua."
Pria itu pun ingin mengambil beberapa potong pencuci mulut untuk diri nya namun saat itu, tiba-tiba saja Selina mencegah nya.
" Tidak. Kau tidak boleh memakan nya. Bukan kah kita di hukum selama tiga hari? "
" Tapi, ini bukan hukuman. "
" Ini lah hukuman nya. Dan hukuman ini, bahkan lebih berat. Makanan ini yang akan menjadi tantangan nya."
hmm makasih ya Thor karna karya mu sangat bagus dan juga menghibur
bagai mana seorang ayah tega dgn ank sndri menyeret ddlm keaadan buta
bhkn yg mwmbuat buta ya ayah kndg sndri bhkanndgn tega menjual nya hadehh rasakan skrg
ampuuuunn Selina....
aku faham sakitmu, akufaham bencimu akupun faham dendammu tapi aku terkejut dgn tindakanmu Selin sayang, kupikir kita congkel saja mata Selin dan Wira... ternyata yg kau congkel anak haram Visia&Wira
semangat Selin