Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
...****************...
“Aku tidak mau, titik! Saat dewasa aku ingin menikah dengan laki-laki yang aku cintai dan dari kalangan rakyat biasa, lihat saja Ayah!!”
Duke Ervand pikir setelah berkenalan dengan Altair tadi Anthea mulai menerima perjodohan yang ia atur, ternyata setelah Raja Dierez dan putranya pergi Anthea kembali berulah. Bahkan tadi mengadukan yang tidak-tidak pada kakaknya.
“Kakak, Ayah ingin menjualku pada kerajaan,” Adunya pada Ares. Untung saja putranya mengerti Anthea hanya mendramatisir.
Ia menatap putrinya tak terima, “Tidak akan ada yang membiarkan mu menikah dengan rakyat biasa, Anthea!”
Anthea menghentak-hentakan kakinya di lantai, “Terserah, aku tidak peduli!” Jawabnya mutlak.
Ares yang sedari tadi menyimak hanya diam, ayahnya memang memberitahu perjodohan adiknya dan Pangeran Mahkota itu, dan menurut Ares laki-laki seperti itu cocok dan setara dengan adiknya, ia menerima selagi Altair tak berniat membuat adiknya tersakiti.
Namun, bagaimana pun dua laki-laki berbeda usia itu tetap tidak tenang setelah gadis kecil kesayangan mereka bersikeras seperti ini.
Duke Ervand menghela nafas, “Anthea benar-benar tidak menyukainya?” Tanya nya lembut menatap lurus sang Putri.
“Iya ayah, Aku tidak menyukainya,” Ujar Anthea pelan.
Baiklah, sepertinya tidak ada jalan pilihan lain bagi Duke Ervand, ia akan menuruti kemauan putri semata wayangnya.
“Kalau begitu besok kita berkunjung ke istana,” putus Duke Ervand.
Anthea menampilkan senyum bahagianya, akhirnya niatannya untuk mengakhiri hubungan dengan Sang Malaikat maut berhasil, dan ucapkan selamat datang pada kehidupan bangsawan yang membahagiakan.
***
Anthea menuruni kereta kuda mewah milik keluarga Millard dituntun Sang Ayah. Matanya menatap penjuru Istana Scarelion yang begitu megah dan luas.
Mereka dituntun oleh kepala pelayan untuk menuju ke ruangan Raja, ternyata saat itu Raja Dierez tengah mengadakan rapat bersama beberapa bangsawan, Duke Ervand mengusulkan agar hanya ia saja yang menemui Raja Dierez.
“Anthea, pergilah berkeliling kerajaan ini sebentar, biar Ayah saja yang menunggu Raja,” Ujar Duke Ervand.
Anthea menurutinya, diberi kesempatan berkeliling istana indah ini tentu tak akan ia tolak. Dipandu oleh pelayan kerajaan, Anthea yang bersama Bibi Mela mulai menyusuri istana.
Apakah dinding-dinding ini asli emas? Batin Anthea bertanya. Walau mansion Millard sudah megah, istana ini berkali-kali lipat lebih mewah membuat gadis itu terpana.
Sampai di tengah lorong istana mereka tak sengaja berpapasan dengan seorang wanita dengan gaun mewah kerajaannya, tak lupa mahkota indah yang ia kenakan menunjukkan siapa wanita itu di kerajaan ini.
“Salam, Yang Mulia Ratu!” seru para pelayan serentak, diikuti Anthea yang menundukkan kepala.
“Saya memberi salam pada Yang Mulia Ratu, Sang Matahari Kerajaan,” Ucap Anthea sedikit menunduk, tak lupa mengangkat sisi gaunnya.
Beliau adalah Ratu Valery, Ratu Kerajaan Scarelion. Wanita itu memancarkan keanggunan dan elegansi yang luar biasa, mengenakan gaun sutra berwarna emas yang berkilau. Matanya menatap Anthea cukup lama seolah menelisik.
“Siapa gerangan putri kecil ini?” Bahkan suara merdunya benar-benar terdengar sangat anggun walau hanya melontarkan pertanyaan biasa.
“Perkenalkan nama saya Anthea Lysandra De Millard, Yang Mulia Ratu,” jawab Anthea dengan sedikit gugup namun tetap berusaha menunjukkan sikap percaya diri, aura Ratu ini begitu kuat.
“Kau Putri Duke Millard?” Tanya Ratu dengan nada sedikit terkejut. Anthea hanya menggangguk menjawab.
Ratu Valery tentu tau siapa gadis ini, calon untuk putra pertamanya atas usul Raja yang juga ia setujui. Mendiang Ibu Anthea, Duchess Anastasya dulunya adalah teman dekat Ratu.
“Apa kau kemari ingin bertemu Pangeran Pertama, Lady Anthea?” Tanya Ratu Valery dengan suara cukup lembut, padahal sedari tadi suaranya hanya berintonasi tenang. Bahkan Ratu ini sedikit menundukkan tubuhnya untuk berbicara dengan Anthea.
“Tidak, Yang Mulia Ratu. Aku menemani ayahku untuk menemui Raja. Dan aku berencana untuk berkeliling istana.” Jelas Anthea.
“Kalau begitu, ikutlah bersamaku Lady, untuk menikmati beberapa camilan kerajaan, apa kau mau?” Tanya Ratu diiringi senyum tipisnya.
Anthea mengangguk, “Suatu kehormatan bagi saya, Ratu.”
Di sini lah Anthea berada sekarang, di sebuah gazebo kerajaan dengan pemandangan satu ladang bunga mawar merah milik Ratu Valery.
Pelayan menuangkan teh dan menyiapkan beberapa camilan, lalu meninggalkannya Anthea bersama Ratu duduk berdua di gazebo ini, Bibi Mela juga bergabung dengan pelayan kerajaan.
“Nikmatilah hidangan kecil ini, Anthea,” Ujar Ratu diiringi senyuman khasnya.
Anthea terpana sesaat, menatap wanita yang begitu cantik di hadapannya ini, tak hanya cantik, gestur tubuh yang anggun, tata krama yang sempurna, dan cara bicara yang tenang, benar-benar membuat Anthea kagum. Seolah wanita di hadapannya ini memang terlahir untuk menjadi wanita nomor satu di Kerajaan besar seperti Scarelion.
Anthea mengambil satu cookies dan memakannya dengan pelan, rasa coklat lumer menyatu di mulutnya. Cara gadis kecil itu menikmati diperhatikan dengan baik oleh Ratu Valery.
“Apa kau menyukainya?”
Anthea mengangguk, “Ya, Ratu. Ini enak,” jawabnya tersenyum.
Ratu Valery memperhatikan wajah gadis kecil di hadapan nya ini, mata Hazel persis seperti sahabatnya yang begitu indah, hidung mungil nan mancung, bibir semerah cherry dan pipi yang penuh menambah kematiannya. Tak lupa rambut coklat yang tergerai indah khas keluarga Millard.
“Apa kau tau Anthea? Ibumu adalah teman dekatku,” ujar Ratu Valery
“Benarkah?” Tanya Anthea terkejut, ia tak tau fakta ini.
“Ya, kami dekat sejak di akademi, karena aku mengikuti akademi di Kerajaan Crylic karena sebuah alasan saat itu,” Ujar Ratu Valery memulai ceritanya. Anthea tau Kerajaan Crylic adalah tempat asal ibunya, Duchess Anastasya adalah seorang Putri Raja.
Mata tajam Sang Ratu menerawang mengingat masa lalunya, “2 tahun di akademi Kerajaan Crylic, Aku dan Anastasya berteman dengan baik, kami selalu menghabiskan waktu bersama, menikmati pembelajaran bangsawan, bertukar cerita dan banyak hal lain,”
“Lalu kami berpisah saat akademi selesai, aku kembali kemari. Ternyata beberapa tahun kemudian Ibu mu menikah dengan Duke Millard, kami dapat menghabiskan waktu bersama kembali,” Lanjut Ratu Valery, ia tersenyum mengingat masa-masa bersama Sang Sahabat.
Pantas saja Anthea menjadi kandidat Putri Mahkota terkuat, selain karena ia satu-satunya Putri Duke di Kerajaan, hubungan orangtuanya dan Altair memang sedekat itu.
Tangan Ratu Valery terulur mengusap rambut Anthea lembut, “Aku senang kau akan berpasangan dengan putraku, Anthea.”
Ucapan itu membuat Anthea tersadar tujuan ia dan ayahnya kemari, untuk membatalkan rencana perjodohan itu.
Namun, Anthea terdiam sesaat, Ratu Valery digambarkan sebagai Wanita yang dingin nan bijaksana, bahkan kepada anak-anaknya Ia tak menunjukkan perilaku manis walaupun menyayangi mereka. Bahkan, beberapa orang menyebutnya tak berperasaan karena sikap dinginnya itu.
Itu terjadi karena masalalu Sang Ratu, dan Anthea tau penyebabnya.
Lalu kenapa sekarang Ratu Valery bisa berbicara manis padanya? Apa karena ia anak dari mendiang sahabat Ratu?
Sudut bibir Anthea sedikit terangkat, sepertinya ia harus bisa memanfaatkan keadaan.
Anthea menatap Ratu Valery dengan sedikit cemberut, “Tapi,aku tidak menyukai Pangeran Mahkota, Yang Mulia Ratu,” Ujar Anthea lalu menunduk.
Dahi wanita itu mengerut tipis, “Kenapa, Anthea?”
“Maaf Ratu, tapi aku tidak menyukai Pangeran. Apalagi Ayah dan Raja yang seolah memaksa kami bersama, tentunya hubungan kami akan dilandaskan dengan paksaan. Aku tidak mau,” Jawab Anthea, tak lupa dengan raut wajah sesedih mungkin. Anthea yakin, ucapannya akan memberikan afeksi pada Sang Ratu.
Ratu Valery terdiam, tak ia sangka anak kecil seperti Anthea telah merasa dipaksa oleh mereka para orang dewasa. Walau ia senang Anthea kelak akan menjadi menantunya, namun ia tak bisa diam membiarkan Putri sahabatnya itu terlibat hubungan dengan terpaksa.
Seperti yang Ratu Valery alami.
***
tbc