NovelToon NovelToon
Hidden CEO

Hidden CEO

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Menantu Pria/matrilokal
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: Nadziroh

Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.

Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.

Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.

Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masih bimbang

Betapa terkejutnya Layin ketika membuka pintu. Matanya terpana melihat gadis cantik dengan rambut hitam legam dan terurai panjang itu tersenyum padanya. Tangannya mengulur, bersalaman sopan diikuti Yunan. Sudah bisa ditebak siapa dia. Laurent, anak Erlan dari Novita. Tidak salah lagi karena ciri-cirinya seperti yang diceritakan sang suami. 

''Apa kita tidak disuruh masuk?'' Erlan mengedipkan satu matanya. Menggoda sang istri yang tampak cantik dengan hijab berwarna putih tulang. 

''Lupa, silahkan masuk.'' Layin menggeser tubuhnya. Mempersilakan tiga tamunya untuk masuk ke dalam.

Merapikan mejanya yang sedikit berantakan, kemudian ke belakang  membuatkan minum untuk mereka bertiga. Sesekali menoleh ke arah Yunan yang sudah terlihat akrab dengan Laurent. 

Erlan menyusul, membatu Layin mengambil cangkir dan menyusunnya di meja. Menuangkan teh dan juga gula sesuai takaran atas perintah sang istri. 

''Kenapa gak bilang kalau Laurent ikut ke sini, Mas? Tahu begitu aku masak yang lebih enak,'' gerutu Layin kesal. 

''Tadi dadakan, Sayang. Aku gak sempat bilang. Kalau makanannya kurang, kita bisa makan di luar,'' jawab Erlan lebih santai. 

Membuka tudung saji. Mengabsen setiap makanan yang sudah tersaji dan siap disantap. Ternyata benar-benar sederhana. Ada sayur asem sama ikan goreng, sambal tomat, ayam goreng sama tumis kangkung. Lumayan buat sumpal  perut yang terlalu lapar. 

''Masakanku mubadzir dong.'' Menatap nanar makanannya yang masih hangat. 

Erlan terkekeh. Meski sudah kepala empat, istrinya masih terlihat imut dan menggemaskan membuatnya semakin cinta dan tak ingin jauh darinya. Terlebih, sinyal-sinyal asmara masih terasa begitu kuat memberikan ikatan erat untuk tetap bersama. 

''Laurent, Yunan. Kita makan,'' teriak Erlan dengan suara lantang. 

''Jangan! Kita beli di restoran saja. Masakan ibu gak enak.'' Dengan cepat Layin menutup makanannya. Menghentikan tangan Laurent yang hampir membukanya. Malu, disaat ada tamu istimewa justru menyajikan masakan yang sederhana. 

Aksi tarik menarik terjadi antara Layin dan Laurent. Sementara Erlan dan Yunan menjadi penonton setia. Tertawa menggelitik melihat sikap dua wanita tersebut. Sungguh tak disangka, pertemuan mereka pertama kali diwarnai dengan kegaduhan. 

''Sudah, sudah, lebih baik kita makan saja.'' Erlan menengahi. Melepaskan tangan Laurent juga Layin. Menyuruh mereka berdua duduk, sedangkan ia menyiapkan piring untuk berempat. Juga, menuang air yang sudah mendidih. 

Kehangatan mulai terasa kental saat Laurent duduk di samping Layin dan mengambilkan nasi untuk wanita itu. Ia bisa merasakan keluarga yang lengkap seperti yang diimpikan selama ini. Memiliki ibu dan juga saudara. Berada di tengah mereka dan saling menyayangi. 

''Ternyata masakan ibu sangat enak, seperti masakan restoran,'' puji Laurent di sela-sela makannya. 

Entah, itu jujur atau hanya menghibur, Layin merasa tersipu mendengarnya. Personil orang yang suka memuji masakannya bertambah. Dulu hanya Erlan, setiap pulang kerja tak bisa beraktivitas sebelum makan masakannya. Ditambah Yunan dan sekarang Laurent. Mereka kompak seperti sudah merencanakannya. 

''Sayang sekali ibu gak tinggal di rumah. Itu artinya aku hanya bisa menikmatinya sesekali saja.'' Laurent menyuap nasi terakhir dengan bibir manyun. 

Tidak ada jawaban, Layin menatap Yunan yang sepertinya tak begitu mengindahkan ucapan Laurent. Pria itu lebih fokus dengan makanan di depannya ketimbang percakapan kecil yang terjalin. Saking lahapnya, seperti tiga hari belum makan. 

''Kamu bisa minta, nanti ibu anterin. Lagipula jarak dari sini ke rumah kan dekat,'' kata Layin lembut. 

''Oh iya, kedatanganku ke sini juga mau bilang sama kamu, kalau Yunan akan melanjutkan kuliahnya di luar negeri,'' timpal Erlan mengalihkan pembicaraan. 

Seketika Layin tersedak makanan yang hampir ditelan. Segera ia mengambil minuman dan meneguknya. Terkejut mendengar pernyataan sang suami. Semenjak lahir, ia tidak pernah berpisah dengan Yunan, jika itu sampai terjadi pasti ia akan sangat rindu.

Apakah Layin sanggup memendam rindu pada putranya?

''Kenapa harus luar negeri. Di sini kan banyak fakultas yang bagus. Yunan bisa belajar di sana,'' jawab Layin tak rela. 

Erlan menggenggam tangan Layin. Paham apa yang dirasakan wanita itu, tentu tak bisa melepas begitu saja putra tercinta. Terlebih, selama ini hanya Yunan keluarganya, pasti akan sulit. 

''Ini atas permintaan Yunan sendiri, Sayang. Dan aku mendukungnya.'' Dengan berat hati Erlan mengatakannya. 

Bukan demi dirinya atau perusahaan. Masih banyak orang yang sanggup memimpin dengan tangan terbuka. Semua itu ia lakukan demi kebaikan putranya yang dipandang rendah banyak orang. Membalas mereka yang pernah semena-mena merendahkannya.

Kedua bola mata Layin berkaca-kaca. Masih belum bisa menerima keputusan itu. Bagaimana nantinya jika harus hidup tanpa Yunan di sisinya, begitulah yang ia pikirkan. 

Yunan hanya menundukkan kepala. Tak berani menatap ibunya yang pasti sudah hampir menangis. Ia merasa bersalah membuat ibunya sedih seperti sekarang ini. Akan tetapi tak ada pilihan lain, demi apapun ia tak ingin dipandang orang lain sebagai anak dari Erlan Abimanyu. Akan membuktikan dengan kemampuannya. 

''Kita akan tinggal bersama, Ibu. Kalau kakek yang Ibu takutkan, kita akan tinggal di tempat lain,'' sambung Laurent membujuk. 

''Kamu yakin akan meninggalkan ibu, Yunan?'' tanya Layin dengan bibir bergetar. 

Yunan membius bibirnya. Sedikitpun tak berani membuka suara, takut Layin kecewa padanya yang lebih mementingkan sang ayah daripada ibunya sendiri yang membesarkannya. Takut tidak mendapatkan restu atas pilihannya.

''Kalau ibu gak setuju, aku gak akan pergi.'' Tersenyum dan memeluk Layin dari belakang. Meletakkan dagunya di pundak wanita itu. ''Aku akan selalu menemani Ibu, jangan khawatir.'' Mengusap sudut mata sang ibu yang dibasahi cairan bening. 

Jika sudah seperti ini, Erlan tidak bisa berbuat apa-apa. Percuma memaksa, itu hanya akan memecah belah kebahagiaan mereka berdua. Lebih baik berdoa yang terbaik, apapun pilihan Yunan.

Masih berpikir keras atas apa yang diungkapkan Erlan tadi, Layin pun merasa bersalah karena sudah menghambat cita-cita putranya yang sudah lama diinginkan. Seolah ia menjadi penghalang bagi kesuksesannya.

''Ada apa sih? Dari tadi aku lihat melamun.'' Erlan duduk di samping sang istri. Keduanya menatap ke depan, di mana Yunan dan Laurent asyik bercanda di teras.

''Apa ayah tahu tentang ini?'' tanya Layin memastikan.

Erlan menggeleng tanpa suara, namun yakin pria itu akan mendukungnya. Lagipula, Sastro pun sudah menyerahkan semua urusan padanya, tidak ingin ikut campur lagi. Hanya satu permintaannya, membawa Layin dan Yunan pulang. Ingin berada di dekat mereka sebelum ajal menjemput.

''Ayah sangat berharap kamu dan Yunan pulang. Dia merindukan kalian, kesalahannya memang sangat fatal dan sulit dimaafkan, tapi aku yakin sekarang sudah menyadari dan tidak akan mengulangi lagi.''

''Aku akan pikirkan lagi. Ini terlalu cepat bagiku, Mas. Aku memang tidak dendam pada ayah, tapi aku belum bisa melupakan semuanya,'' ucap Layin memberi harapan.

Erlan mengangguk setuju.

1
Mail Kedaung
baik...mengesankan.minta agar diupdate secepatnya....jangan tergantung cerita tanpa ada penyelesaian
Arek 86
Luar biasa
Junet Net
biasa laki" kalo udah kaya dan udah dpt yg ia mau pasti cari yg lain, tapi gak semua orang
Nur Hasanah
lanjutin dong
Nur Hasanah
kok gantung sih ceritanya
jhon teyeng
apakah ini ending, tp terlalu tdk nyaman bgt kita yg baca. sebab kok kurang klik
jhon teyeng
syukurlah sdh sadar
jhon teyeng
yah mmg bgtulah anak2 terkadang membuat kita bs tertawa dan sedih jg panic
jhon teyeng
lagi2 ego yg utama, aneh jg sih knp tdk ada pembicaraan antar orang tua disini hrsnya author jg libatkan mereka. kok tdk dilibatkan jd kesannya jd aneh
jhon teyeng
penyesalan terlambat mau dpt 2 tp mlh ilang semua ya bgtulah kl manusia serakah dan sok merasa bisa
jhon teyeng
pandai tp bodoh
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya
jhon teyeng
maaf kok bgtu mdh diucapkan, tp kl berulang kali minta maaf tinggalkan saja biarpun itu menyakitkan
jhon teyeng
no coment yunan laki2 yg kurang, suatu saat akan berpindah lg ketika melihat wanita yg lbh dr humaira
jhon teyeng
resikonya jd org ganteng ternyata seperti ini ya😵‍💫
jhon teyeng
humaira aja jd model
jhon teyeng
sejauh ini bagus ceritanya, nggak terlalu berat.
jhon teyeng
tdk dendam tp tdk melupakan angel wes
Yumie Ayumia Atashi
/Awkward//Facepalm/
Widyanti Ningsih
jangan terlalu mencintai kamu akan kecewa lepaskan
Widyanti Ningsih
wanita lemah biasa hidup nodong sama laki" tak punya tekat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!