Gadis Buta Di Sarang Mafia

Selina terbangun di atas tempat tidur lembut yang begitu wangi. Ia semalam tiba-tiba tidak sadarkan diri dan langsung jatuh pingsan.

Ia meraba-raba sekeliling tempat tidur dan mencari cara untuk turun dengan aman tanpa menyakiti kaki nya.

Menjadi buta selama beberapa hari, telah membuat Selina sedikit demi sedikit menerima keadaan nya.

"Kau sudah bangun?"

"Dimana Khan?"

"Aku tanya, kau sudah bangun? Mengapa kau malah bertanya hal lain pada ku."

Selina yang sedang meraba-raba tempat tidur itu pun akhirnya berhasil turun.

"Tuan, anda tidak buta. Yang buta adalah saya. Bagaimana mungkin anda tidak bisa melihat saya sudah bangun apa belum."

"Makan lah. Kau memang banyak bicara."

Selina tidak menjawab. Damian memang sangat dingin dan tak pernah berkata-kata dengan baik. Pantas saja selama ini ia tidak pernah mendapat kan wanita yang cocok.

Selina berjalan pelan dan mencari kamar mandi. Ia tidak nyaman jika belum membasuh dirinya dan langsung makan.

Bug..

Tiba-tiba saja ia terjatuh karena sesuatu yang ada di depan nya. Ia pun tak tahu apa itu.

"Apa kau tak punya mulut, Selina. Kau bisa meminta tolong pada ku!"

"Oh, aku pikir kau sudah pergi meninggal kan aku."

"Kau benar-benar membuat kesabaran ku habis. Apa kau tak takut aku menghabisi mu saat ini? Dengan satu kata yang keluar dari mulut ku, kau akan tinggal nama."

"Apa aku punya pilihan, Tuan Damian? Aku salah atau pun benar. Tetap pilihan di tangan anda. Lagi pun, sudah lama aku ingin ma-ti. Tapi mereka tak membiarkan aku."

Selina pun kembali berjalan pelan dan mencari dimana kamar mandi yang ada di kamar itu

Bug.

Lagi-lagi ia terjatuh karena di dalam kamar itu seperti nya banyak sekali barang. Bukan nya mengaduh, Selina bahkan kembali bangkit dan bangun walaupun berkali-kali ia terjatuh lagi.

"Sia-lan kau Selina. Kau membuat ku kesal."

Tuan Damian pun langsung menggendong Selina dan membawa nya ke kamar mandi.

"Terima kasih, Tuan Damian."

"Hanya itu?"

"Lalu, aku harus berkata apa?"

"Harus nya kau bertanya, mengapa aku membawa mu ke kamar mandi."

"Tuan Damian, aku tidak menyangka jika anda mau untuk berbasa-basi dengan ku."

"Selinaaaa! Jaga bicara mu."

"Oh ya, dimana sikat gigi ku?"

Mata Damian melotot. Ia benar-benar tidak menyangka dengan sikap nya Selina. Demi apa, baru kali ini ia begitu penasaran dengan seorang wanita.

Di mata nya dulu, seorang wanita sangat merepotkan dan menjijikkan. Tapi saat ini, Selina berbeda.

Selama hidup nya, baru kali ini ia bertemu dengan wanita seperti Selina. Ia bahkan tidak ingin jauh dari sisi wanita buta itu dan ingin selalu melindungi nya.

"Aku akan meminta seluruh peralatan mandi terbaik untuk mu. Tunggu lah beberapa menit."

Tuan Damian pun berlalu dan memanggil beberapa pelayan wanita untuk menolong Selina.

"Nyonya Selina, ada yang bisa kami bantu?"

Selina cukup terkejut saat mendengar ada beberapa wanita yang memanggil nya dengan sebutan Nyonya.

"Maaf, jangan panggil saya Nyonya. Saya tak pantas."

"Anda pantas. Karena Tuan Damian telah memilih anda. Jadi, jangan pikirkan hal lain Nyonya."

"Kalau boleh tahu, siapa nama kalian dan berapa umur kalian saat ini? Kalau bisa, bicara nya satu-satu supaya saya bisa mengingat suara kalian."

"Hanya dari suara, Nyonya bisa mengingat kami?"

"Hmm,,, saya hanya akan mencoba nya terlebih dahulu."

"Nama saya Ivy umur 30 tahun."

"Nama saya Lily. Umur 16 tahun."

"Nama saya Carol Umur 50 tahun."

Terima kasih karena sudah memperkenalkan diri pada saya. Ke depan nya saya mohon kerja sama nya. Kak Ivy, Bibi Carol dan juga Lily. Saat ini, kita berteman, ya. "

"Kenapa anda memanggil kami seperti itu?"

"Karena bibi dan kak Ivy lebih tua dari saya. Sedangkan Lily, lebih muda dua tahun dari saya."

"Wah, luar biasa sekali daya ingat Nyonya Selina. Kami tidak menyangka."

Selina hanya tersenyum. Ia bahagia mendapat kan teman di hari pertama nya terbangun di rumah itu.

Mereka bertiga pun membantu Selina mandi. Mereka sedih sekali saat melihat tubuh Selina yang di penuhi dengan luka yang sangat banyak.

" Nyonya Selina, apa bekas pecahan kaca di kaki dan juga tangan tidak terasa sakit?"

"Tidak."

"Kami pelan-pelan akan membersihkan nya."

"Baik, terima kasih."

"Nyonya Selina memang sangat hebat. Bisa menahan rasa sakit ini. Kami saja yang melihat, langsung ngilu."

"Kalau kalian pernah selamat dari kematian dan dendam, sesakit apapun itu, pasti tidak akan terasa lagi di tubuh kalian. Luka tubuh bisa sembuh. Tapi luka hati, siapa yang tahu."

Tanpa diketahui oleh Selina. Damian mendengar kan apa yang dikatakan oleh Selina.

Ia pun jadi penasaran dengan masa lalu Selina. Mengapa ada seorang wanita yang menjadi seperti itu.

Damian pun akan mencari tahu semua hal tentang Selina. Ah, entah mengapa ia jadi begitu penasaran dengan kehidupan wanita itu.

"Tuan Damian, Nyonya Selina sudah selesai."

"Baik. Bawa dia untuk makan. Jangan sampai dia jatuh dan terbentur."

"Baik, Tuan Damian." Ucap Bibi Carol dengan bersemangat. Baru kali ini beliau melihat Tuan nya begitu perhatian pada seorang wanita.

Dan ia pun bertekad. Akan menjaga Nyonya Muda nya dengan baik. Bibi Carol sudah sangat merindukan ada nya tangis bayi di rumah ini.

Dan semoga saja, Selina bisa merubah mansion megah dan dingin ini menjadi lebih berwarna.

"Nyonya Selina, ayo kita makan. Pelan-pelan saja jalan nya. Biar saya yang tuntun."

Setelah memakai pakaian nya dengan rapi dan cantik. Selina pun makan. Ketiga asisten membantu Selina makan dengan baik. Selina benar-benar di layani di rumah itu.

"Terima kasih semua nya. Saya sangat bersyukur bisa kenal dengan kalian semua."

"Iya Nyonya. Oh ya, Tuan berkata setelah makan kita akan pergi ke suatu tempat."

"Suatu tempat? Tempat apa itu?"

"Tempat keluarga Damian berkumpul. Nyonya akan di pertemukan dengan orang-orang yang ada di keluarga Tuan Damian."

"Begitu kah? Hmmm,,,, Ayo kita pergi."

"Eh tapi Nyonya. Anda tidak bisa berpakaian seperti itu."

"Lalu, pakaian apa yang harus ku pakai?"

"Di atas tempat tidur sudah tersedia pakaian dan aksesoris dari Tuan Damian. Semoga Nyonya suka."

"Baiklah. Saya akan memakai nya."

Sebuah gaun indah berwarna peach. Sungguh sangat kontras dengan warna kulit Selina yang putih bersih.

Selina pun di rias dengan sedikit riasan di wajah nya. Pewarna bibi berwarna nude, menambah kesan indah di wajah nya. Setelah ini, ia akan pergi bersama dengan Tuan Damian yang sudah tidak sabar lagi untuk melihat nya.

"Selina, kau lama sekali!"