Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Pesta Topeng
Pada akhirnya, tetap saja Alicia datang ke pesta dengan paksaan Karin. Meskipun saat sampai di sana, dia langsung menyesalinya.
"Mending aku tidur aja tadi. Ngapain sih pake kesini segala?" keluh Alicia sambil membetulkan topeng bulu-bulunya yang miring. Lampu-lampu neon yang berkelip-kelip ditambah dengan suara musik yang berdentum keras membuatnya pusing. "Mana kostumnya ribet lagi. Duh.."
Sementara itu, Karin sendiri sudah pergi entah kemana. Dia bilang ada mengincar beberapa cowok ganteng. Padahal menurut Alicia, bagaimana Karin bisa membedakan orang itu ganteng atau tidak kalau sama-sama pakai topeng? Tapi Karin tak peduli. Cowok ganteng tuh auranya beda tau! Begitu alasannya.
Alhasil, sekarang Alicia ditinggalkan sendiri di sudut ruangan. Untungnya di tempat Alicia berada sekarang ada banyak makanan dan minuman. Lebih baik makan yang banyak aja deh, batinnya. Ia mencomot beberapa kue yang tersaji dan melahapnya.
"Hm, enak!" Seperti kebiasaan para wanita, kepala Alicia bergoyang-goyang saat lidahnya menemukan makanan lezat. Ia pun mencomot beberapa lagi, dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Permisi," Baru saja menikmati hidup, seorang pria berbadan tinggi mendatangi Alicia. Alicia langsung bersikap waspada. Mau ngapain nih orang?
"Gue boleh duduk di sini?"
Awalnya Alicia tidak bisa melihat pria itu dengan jelas, tapi saat pria itu mendekat, Alicia terperangah. Oh My God, ganteng banget!
Pria itu memang memakai topeng, dengan setelan jas hitam yang tampak mahal. Tapi, menurut Alicia, topeng yang menutupi wajahnya sama sekali tak mengurangi level ketampanannya. Ternyata bener kata Karin, aura cowok ganteng memang beda!
"Eng, boleh," Alicia bergeser sedikit untuk memberi tempat pada pria itu. Pria itu duduk dengan santai di sebelah Alicia, mengambil salah satu gelas minuman dari meja.
"Sendirian aja?" Tanya pria itu.
"Nggak kok, sama temen." Jawab Alicia. Merasa sepertinya dia mengenali suara itu. Tapi siapa ya?
"Lo kelihatan nggak betah," kata pria itu lagi.
Alicia mendengus pelan. "Emang nggak. Gue dipaksa datang ke sini. Kalau tahu bakal kayak gini, mending Gue tidur di rumah tadi."
Pria itu tersenyum kecil, lalu mengangkat bahu. "Sama. Kalau Gue nggak datang, pasti ada yang ngomel-ngomel."
Alicia menoleh, sedikit terkejut. "Jadi Lo juga korban paksaan?"
"Lebih tepatnya ancaman." jawab pria itu santai.
Alicia tertawa kecil. "Iya, Gue nggak paham kenapa orang suka tempat kayak gini. Berisik, lampunya bikin mata sakit. Temen Gue bilang, di sini tuh bisa buat happy-happy abis kerja seharian. Tapi yang ada Gue malah tambah stres mikirin gimana caranya bangun pagi besok. Apalagi bos Gue galaknya minta ampun. Kalau sampe telat, bisa-bisa gue dipecat,"
Pria itu menoleh ke arah Alicia. "Bos Lo segalak itu?"
Alicia mengangguk sambil menghela napas panjang. "Parah. Lo tau? Sebulan ini udah ada puluhan karyawan yang dia pecat hanya karena menurut dia kerjaannya nggak sesuai sama standar dia. Gila kan?"
"Wah," Pria itu tampak terperangah mendengar ucapan Alicia. "Parah juga ya,"
"Iya," Jawab Alicia sambil memutar matanya. "Kalau Gue ketemu sama dia, rasanya nyawa Gue berkurang setiap detik."
Pria itu terkekeh. "Tapi berarti Lo hebat dong, bisa bertahan kerja bareng bos kaya gitu? Berarti kinerja Lo sesuai standar dia,"
Alicia menghela napas. "Kalau itu sih mungkin lebih karena keberuntungan. Gue udah beberapa kali hampir kena omel, tapi entah gimana selalu lolos. Kayaknya nyawa Gue tinggal sembilan dari sepuluh, deh."
Pria itu tertawa, matanya terlihat bersinar di balik topengnya. "Masih mending. Nyawa sembilan kan lebih banyak daripada satu."
Alicia ikut tertawa, merasa sedikit lebih santai. "Tapi tetep aja, Gue ngerasa tiap hari tuh kayak perang. Kalau ada kesempatan, pengen banget Gue cari tempat kerja yang lebih manusiawi."
Pria itu menyesap minumannya dalam diam, seperti berpikir sejenak. "Lo nggak coba buat ngomong langsung sama Bos Lo itu?"
Alicia menatap pria itu dengan mata terbelalak. "Lo pikir semudah itu ngomong sama dia? Astaga, itu sama aja kayak ngajak singa nari balet. Bos gue tuh tipe orang yang kalo lo ngomong sepatah, dia jawab seribu, dan semuanya bikin mental down," keluh Alicia sambil menggeleng tak percaya.
Tawa pria itu pecah mendengar perumpamaan Alicia yang menurutnya lucu. "Seru tuh ngajakin singa nari balet,"
"Jangan ketawa," Alicia mendengus. "Lo nggak tahu seberapa menyeramkannya dia. Kadang gue mikir, bos gue itu manusia beneran atau titisan makhluk dari dunia lain."
Tawa pria itu malah semakin keras, dan kali ini Alicia juga iku tertawa. Ternyata, curhat sama orang random seru juga ya, batinnya. Gue nggak perlu takut ketauan, karena gue pake topeng dan dia nggak kenal gue.
"Eh, Lo—" Ucapan Alicia terhenti saat lampu klub tiba-tiba padam dan musik berhenti. Lalu di atas panggung, seorang pria bertopeng naik sambil membawa mikrofon.
"Yo, guys! Karena malam ini kita lagi pesta topeng, jadi sekarang waktunya kita lanjut ke acara paling seru, yaitu dansa! Semuanya siap?! Ayo, gandeng pasangan kalian, dan kita menari di lantai dansa!"
"Dansa?" Alicia dan pria di sebelahnya sama-sama terkejut. Lalu, alunan musik dansa yang seperti di film bridgerton pun terdengar. Para pasangan yang semula berjoget dengan brutal kini berdansa seperti pangeran dan putri kerajaan.
"Kayanya seru," komentar pria itu sambil menoleh ke Alicia. "Mau coba?"
"Eh?" Alicia terkejut, tak menyangka pria itu akan mengajaknya. "Tapi gue nggak bisa dansa,"
Pria itu menyeringai, lalu bangkit dari kursinya. "Gue juga nggak bisa. Kita joget sebisanya aja,"
Alicia tertawa. Pria itu lalu mengulurkan tangan, dan Alicia menerimanya. Mereka berdua kemudian berjalan menuju lantai dansa.
Pria itu mengambil posisi, tangannya yang besar dengan lembut memegang tangan Alicia, sementara tangan satunya lagi melingkar di pinggangnya. Alicia sedikit terkejut, karena jujur, selama ini dia tidak pernah bersentuhan dengan pria manapun.
"Santai aja," Bisik pria itu. Alicia mengangguk, dan mereka pun mulai bergerak mengikuti alunan musik.
Awalnya, Alicia merasa canggung, tapi lama kelamaan dia menikmatinya. Pria itu juga tampaknya sama. Mereka tertawa lebar sambil menatap satu sama lain.
Baru saja merasa senang sejenak, tiba-tiba lampu kembali padam dan musik dansa kembali mati. Sebuah lampu sorot tampak menyala terang di tengah ruangan, mengarah ke pasangan-pasangan yang sedang berdansa.
“Oke, guys!” suara pembawa acara kembali terdengar dari panggung. "Waktunya Kiss Time! Pasangan yang terkena lampu sorot wajib berciuman. Jangan malu, kalian semua pakai topeng, kan?”
Alicia langsung membeku. Apa yang barusan dia dengar? Kiss Time? Astaga, acara macam apa ini? Dia menoleh ke pria di depannya yang ternyata juga sama terkejutnya.
"Shit!" Alicia bisa mendengar pria itu mengumpat lirih.
"Oke! Jadi kira-kira pasangan mana yang akan berciuman malam ini?!"
Alicia menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Ia melihat lampu sorot itu bergerak perlahan, seperti pemburu yang mengincar mangsanya.
"Jangan-jangan..." Alicia memejamkan mata, berdoa agar lampu itu tidak jatuh ke arah mereka. Tapi seolah doa itu tidak didengar, lampu sorot tiba-tiba berhenti tepat di atas mereka.
"Oh, there we go! Pasangan dengan kostum hitam dan topeng bulu putih! Silakan kalian berciuman!" seru pembawa acara dengan antusias.
Alicia merasakan tubuhnya kaku. Ditambah dengan sorak sorai penonton yang menyuruh mereka segera melakukannya. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Diam-diam, ia menatap ke arah pria yang berdiri di depannya. Entah setan apa yang merasuki Alicia, tiba-tiba saja tatapannya langsung tertuju pada bibir seksi pria itu.
Hm, apa salahnya kan? Lagipula kita kan pakai topeng. Kapan lagi ada kesempatan ciuman sama cowok ganteng? Setan di dalam dirinya mulai membujuk.
Alicia menggigit bibir. Lantas, dengan gerakan cepat, ia meraih kerah jas pria itu dan memajukan wajahnya.
Cup! Sebuah ciuman mendarat pada bibir pria itu.
Alicia memejamkan mata. Saat ini, dirinya seperti wanita murahan yang tak tau malu. Tapi biarlah, toh dia juga hanya akan melakukannya sekali ini.
Tapi, kenapa cowok ini nggak bereaksi apa-apa? Alicia berteriak di dalam hati. Setelah beberapa detik, ia pun melepaskan ciuman itu dan memundurkan wajah. Oh My God, malu-maluin banget!
Alicia sudah bersiap untuk kabur karena rasa malu yang teramat sangat. Namun, tak disangka, pria itu tiba-tiba meraih belakang kepala Alicia, lalu dengan gerakan cepat, ia menarik Alicia kembali ke arahnya. Bibir mereka kembali bertemu, tapi kali ini jauh lebih intens. Alicia membelalakkan mata karena terkejut, namun perlahan ia memejamkan mata lagi. Pria itu melahap bibirnya dengan ganas, membuat Alicia kehilangan akal sehatnya untuk beberapa saat.
Suara riuh dari sekitar mereka terdengar samar-samar, diiringi sorak-sorai dari para penonton yang menyaksikan momen itu. Alicia merasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia merasa malu, tapi tak ingin berhenti.
Hingga beberapa saat kemudian, pria itu melepaskan tangannya dari kepala Alicia, memberinya ruang untuk bernapas. Alicia berdiri mematung, wajahnya memerah seperti tomat matang.
Pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Alicia, lalu berbisik. "Mau lanjut ke kamar?"