Pencinta makanan, pelit dan konyol, itulah Mu Lingyao. Anehnya, dia diberkati Dewa Koi. Karena membeli sebuah buku novel percintaan fantasi yang berakhir tragis dan berantakan, ia justru dibawa masuk ke dunia Beastman untuk menyelesaikan misi penyelamatan.
Pertama, jadilah istri dan permaisuri dari seorang Kaisar Duyung Biru—Long Mujue. Kedua, selesaikan misi-misi yang ada agar dua tokoh utama asli di dunia tersebut hidup sampai akhir. Kemudian Mu Lingyao menyadari jika isi novel tersebut lebih berdarah dari pada versi aslinya.
Dia hanya ingin makan, jalan-jalan dan menjadi permaisuri malas lalu dimanja oleh suaminya yang tampan. Kenapa begitu sulit dilakukan? Dia bahkan harus menyelesaikan krisis untuk mencegah kehancuran ras duyung biru.
Mampukah Mu Lingyao menyelesaikan misi dan menjadi permaisuri malas yang dimanja Long Mujue sampai akhir? Ikuti kisahnya hanya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Sulit Untuk Dibesarkan
Mu Lingyao sebenarnya terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Long Mujue. Mengingat plot novel aslinya, ia hanya tahu jika kaisar ras duyung biru itu sudah memiliki pasangan dan menikah.
Tapi sampai akhir novelnya, ia tidak tahu bagaimana Long Mujue berakhir.
Mungkinkah sebenarnya dia telah menggantikan sosok pasangan asli Long Mujue?
Mungkin ada putri duyung dari ras tertentu yang terperangkap dalam mutiara raksasa itu dan ditemukan oleh Long Mujue.
Sekarang dia menggantikan putri duyung itu, apakah tidak masalah?
"Pasangan? Kamu ingin aku jadi pasangan mu?"
Mu Lingyao ragu untuk menyetujui proposal pria itu. Tetapi dia tidak punya tempat tinggal di zaman ini.
"Aku ... tidak bisa tinggal di air karena aku bukan putri duyung," imbuhnya.
"Jangan khawatir tentang ini. Kami tidak tinggal di air sepanjang waktu. Kami juga punya pulau kekuasaan. Kami tinggal dan berkembang biak di daratan."
"Apakah tidak akan ada yang keberatan jika aku menjadi istrimu?" tanya Mu Lingyao seraya menunjukkan kepiting besar yang dipegangnya.
"Mereka sudah lama ingin aku mencari pasangan. Terutama Ibu Suri."
"Ibu Suri?"
"Ibuku," jawab Long Mujue.
Dia mengambil kepiting dari tangan Mu Lingyao dan mengikatnya dengan baik. Hujan masih belum reda meski badai telah berlalu.
Belum lagi, Mu Lingyao tampaknya tidak sulit untuk dibesarkan. Hanya perlu diberi makan agar tidak menjadi terlalu kurus. Wanita ini tampaknya suka sekali dengan makanan.
Karena Mu Lingyao bukan 'dia' yang menikah dengannya di kehidupan sebelumnya, rencananya harus berubah.
Tidak peduli dari mana Mu Lingyao berasal, setelah jatuh ke tangannya, maka itu miliknya.
"Aku belum tahu usiamu," kata Mu Lingyao saat teringat perkenalan tadi.
"Usia ku 100 tahun."
Wanita itu terkejut hingga kepiting yang baru saja dipungutnya terjatuh kembali.
"Apa?! 100 tahun? Begitu tua?"
Kepiting yang dijatuhkan Mu Lingyao marah dan berniat untuk mencapit kaki telanjangnya. Namun Mu Lingyao langsung menendangnya tanpa melihat.
Bukan karena ia bisa menebak tapi karena keberuntungannya selalu bagus. Jika ada sesuatu yang mengancam, dia akan langsung bertindak tanpa ragu.
Kepiting yang ditendang Mu Lingyao terpental cukup jauh dan terbalik. Kaki-kaki kepiting itu mencoba menendang udara untuk membalikkan badan tapi gagal.
Long Mujue melihat semua proses, terdiam cukup lama. Terlalu kebetulan. Mungkin ini aura ras ikan koi.
Tapi ... Apakah dirinya begitu tua?
"... Usia ku dianggap masih muda. Ibuku bahkan sudah berusia 500 tahun."
Mu Lingyao ingin tersedak salivanya. Apakah semua manusia binatang di zaman ini memiliki umur panjang hingga ratusan tahun?
Lalu bagaimana dengannya?
Xiao Fu yang berada di Ruang Koi lagi-lagi memutar bola matanya. Suaranya terdengar di pikiran Mu Lingyao.
"Kamu dan aku terikat. Jangan khawatirkan tentang umur panjang atau pendek. Selesaikan saja misinya."
"Apa misinya?"
“Bukankah sudah jelas? Ikuti saja Long Mujue dan terima proposalnya. Tidak rugi juga menjadi istri kaisar duyung, bukan?”
“Bukankah ini sama saja dengan aku yang mencuri posisi istri sesungguhnya Long Mujue?”
“Kamu tidak perlu khawatir. Dia tahu yang terbaik, kurasa .…”
Xiao Fu tidak yakin. Tugasnya hanya membiarkan Mu Lingyao memperbaiki plot yang rusak.
Ia hanya memiliki pekerjaan sebagai penjaga gerbang time travel sekaligus leluhur klan koi yang telah lama punah di dunia. Sebenarnya, dia tidak tahu apa yang terjadi pada setiap karakter novel tersebut.
Mereka semua memiliki kehidupan tersendiri di dunia manusia binatang. Buku novel yang dibaca Mu Lingyao hanya menampilkan alur dari sisi penulis di masa lalu.
Siapa penulisnya, ia sendiri tidak tahu. Mungkin Dewa Koi atau Dewa Langit yang sedang mengisi waktu luang.
Di saat Mu Lingyao asyik dengan pikirannya, Long Mujue sudah mengumpulkan beberapa kerang laut yang cukup besar.
“Ayo kembali. Ini sudah cukup kita makan,” katanya.
“Oh, yah …” Mu Lingyao segera melangkah untuk mengikutinya.
......................
Kembali ke gua, Yue Yu dan Zhu Yu sudah menunggu. Melihat Long Mujue dan Mu Lingyao kembali, keduanya tidak berani bersantai.
“Kepiting nya lumayan besar. Meski aku tidak suka kepiting, dagingnya cukup enak,” kata Zhu Yu. Menurutnya, kepiting memiliki sedikit daging.
“Aku lebih suka makan ikan bola duri.” Yue Yu menimpali.
“Hentikan! Kamu keracunan bulan lalu karena makan ikan bola duri itu.”
"Seperti apa ikan bola duri itu?" tanya Mu Lingyao yang penasaran.
Zhu Yu dan Yue Yu menjelaskan ciri-ciri nya, khawatir jika suatu hari nanti wanita muda itu menemukan ikan yang serupa.
"Yang kalian maksud itu ternyata ikan buntal," gumam Mu Lingyao sedikit aneh.
Bagaimana bisa ikan buntal disebut bola duri?
Apakah karena permukaan tubuhnya yang terlihat seperti duri dan mengembang layaknya bola?
Long Mujue meletakkan semua hasil tangkapannya di dekat api unggun. Zhu Yu dan Yue Yu sudah mengambil kepiting masing-masing satu. Pria itu juga mengambil satu dan mematahkan semua kaki kepiting.
Tanpa ragu, Long Mujue menyerahkan kepiting tersebut pada Mu Lingyao.
“Makanlah. Kepiting yang masih segar rasanya lebih enak.”
Zhu Yu dan Yue Yu sudah memakannya dengan lahap.
Melihat apa yang mereka lakukan, Mu Lingyao kaget dan sedikit mual.
“Memakannya begitu saja dalam keadaan mentah? Kalian tidak memasaknya lebih dulu?” tanyanya.
Zhu Yu yang hampir menghabiskan makanannya, merasa bingung. “Memasak? Cara apa itu?”
“Betina, mungkinkah kamu tidak makan daging dan hanya makan rumput atau buah?” tanya Yue Yu heran.
Jika demikian, lalu kenapa menangkap kepiting dan bukan memetik buah pisang?
Mereka semua memakan daging. Terkadang mereka juga akan memakan rumput laut segar yang lezat.
Mu Lingyao memutar bola matanya. Rumput ekormu! Pikirnya.
“Sudah kubilang, jangan panggil aku betina!” Ia tersinggung. “Panggil saja aku dengan sebutan nona,” imbuhnya cukup bangga.
Di dalam Ruang Koi, Xiao Fu mendengus kesal. Teruslah membual sebagai nona muda, pikirnya.
“Mmm … baiklah. Sebutan nona sepertinya tidak buruk.” Zhu Yu mengangguk, begitu pula Yue Yu.
“Memasak? Apa itu?” Long Mujue kembali ke topik.
Mu Lingyao menjelaskan dengan sabar. “Memasak adalah kegiatan mengolah bahan makanan hingga menjadi siap santap,” jawabnya. “Membutuhkan teknik, bumbu dan alat masak.”
“Sesuatu yang baru,” gumam Long Mujue. “Bisakah kamu menggunakan teknik yang disebutkan?”
“Tentu saja.”
Mu Lingyao dengan santai mengeluarkan panci dan wajan dari Ruang Koi. Ketiga pria itu mengamati dua benda asing di depan mereka sementara Mu Lingyao sibuk mengeluarkan bumbu lainnya.
Sebagai pencinta makanan, dia tentu juga memiliki hobi memasak. Tidak sulit untuk membuat kepiting saus pedas asam manis.
“Ini panci, untuk merebus air atau membuat memasak makanan berkuah lainnya. Dan ini wajan, untuk menggoreng dan menumis makanan.”
Wanita itu dengan sabar memperkenalkan satu persatu alat masak pada mereka. Ada spatula, penjepit makanan, pisau, sendok sayur dan talenan. Semuanya lengkap.
Tapi saat ia memperkenalkan itu semua, rasanya ada yang aneh. Barang-barang ini … tidak asing baginya.
“Tunggu, tunggu. Kenapa rasanya ini sama dengan punyaku?” gumamnya.
Di Ruang Koi, Xiao Fu merasa bersalah.
Ketika Mu Lingyao diam-diam bertanya pada Xiao Fu, leluhur ikan koi itu hanya bisa jujur.
Saat Mu Lingyao membuat kontrak dengan Xiao Fu, secara otomatis, beberapa barang dari rumah Mu Lingyao akan terbawa oleh Ruang Koi. Tapi hanya meliputi barang-barang rumah tangga biasa seperti peralatan masak atau berkebun, serta bumbu-bumbu masakan.
Sisanya, Mu Lingyao hanya bisa mencari tahu sendiri.
“Apa ada yang salah?” tanya Long Mujue segera membuyarkan pikiran wanita itu.
Mu Lingyao sedikit terkesiap. Meskipun kesal dengan Xiao Fu, dia menggelengkan kepala.
Setelah memperkenalkan semua bahan dan peralatan pada ketiganya, Mu Lingyao siap untuk memasak.
“Bisakah kalian mencari tiga batu untuk dijadikan tungku?”
semangat Thor up nya 🤗🤗