Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipercepat
Alsa sudah berada di dalam kelasnya. Tentu saja bersama dengan kedua sahabatnya. Bahkan Alsa tadi sudah meminjam hair dryer dari salah satu adik kelas yang lumayan centil. Dia selalu membawa peralatan make up hampir lengkap di setiap harinya. Kecuali jika dia sudah tahu akan ada pemerikasaan dari anggota osis.
"Sialan banget itu nenek lampir bikin nambah kerjaan gue aja!" kesal Alsa seraya mengeringkan rambutnya.
"Gimana ceritanya sih lo bisa berakhir smack down gitu sama si cabe?" tanya Kia seraya mengolesi conditioner ke rambut Alsava.
"Dia nabrak gue, dia juga yang narik rambut gue duluan," jelas Alsa membuat kedua sahabatnya itu mengangguk.
Kia dan Icha percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alsa, karena memang mereka sudah tahu jika selama ini Ninda yang selalu mencari gara-gara terlebih dahulu dengan Alsava. Ninda tidak suka dengan Alsa sejak kedatangannya di sekolah. Mungkin Ninda takut tersaing karena Alsa, dan itu memang kenyataannya.
"Lama-lama ngelunjak tuh cewek!" jawab Icha tidak kalah kesal dari Alsa.
"Kita musti bikin pelajaran ke tuh cewek Al," usul Icha dengan semangat.
Alsa mengangguk setuju, begitu juga dengan Kia, tetapi suara seseorang dari arah pintu kelas membuat mereka terkejut.
"Pelajaran apa?" tanya Gerald dengan nada santainya.
Bahkan dari wajah tampan Gerald tidak terlihat kemarahan sedikitpun. Gerald memang sangat santai setiap menghadapi apapun itu. Termasuk kenakalan Alsa dan kedua sahabatnya selama ini.
Alsa, Kia, dan juga Icha terkejut melihat Gerald yang sedang menatap mereka. Bahkan Gerald mulai melangkahkan kakinya pelan menuju ke arah mereka.
"Astaga hancur sudah harapan gue jadi cewek baik di depan Kak Gerald," gumam Icha merasa menyesal dengan ucapannya tadi.
Alsa memutar bola matanya malas melihat Gerald yang semakin mendekat. Berbeda dengan Icha yang semakin bergetar hebat sekujur tubuhnya. Seorang Gerald menghampiri mereka, ya meskipun Icha tahu Gerald datang karena ada urusan dengan Alsa tentang kejadian tadi. Tetapi setidaknya itu membuat Icha gugup bukan main saat ini.
Sedangkan Kia juga sama terkejutnya dengan Icha, tetapi dia tidak seheboh Icha, Gerald memang tampan, tetapi cinta Kia untuk Roni tidak bisa tergantikan dengan siapapun, Kia paham mendapatkan seorang Gerald tidaklah muda seperti dia mendapatkan kekasihnya Roni.
"Apa lagi sih?" tanya Alsa yang tidak mau basa-basi.
"Ikut gue," jawab Gerald datar.
Alsa mendengus kesal. "Lo nggak lihat gue lagi ngeringin rambut?" tanya Alsa dengan nada suara sedikit tinggi.
Gerald menghela napasnya. "Ikut gue atau-" kalimat Gerald terputus karena Alsa sudah lebih dulu menyambarnya.
"Oke fine, ayo!" jawab Alsa lalu berdiri dari duduknya.
"Gue tinggal bentar ya?" pamit Alsa yang hanya diangguki oleh kedua sahabatnya.
Alsa dan Gerald keluar dari kelas. Entah Gerald akan memberi hukuman Alsava apa lagi kali ini.
"Astaga coba gue di posisi Alsa saat ini," gumam Icha lirih.
"Lo di posisi Alsa palingan juga udah mewek," jawab Kia mencibir Icha.
Icha menatap Kia dengan kesal. Lalu segera mengemasi peralatan yang tadi sedang di pakai oleh mereka untuk membantu Alsa mengeringkan rambut.
"Nggak usah baper lo," cibir Kia lagi seraya menarik dagu Icha gemas.
"Gue nggak baper tapi laper, kantin kuy," ajak Icha membuat Kia gemas dan langsung menarik pipi Icha.
Gerald membawa Alsa di belakang sekolah. Keadaan di sana sangat sepi, jarang ada murid yang datang kecuali murid yang akan berpacaran secara diam-diam, itu saja sering sekali kepergok oleh anggota Gerald. Tetapi sekarang Gerald membawa Alsa ke belakang toilet persis seperti siswa/i yang akan pacaran secara sembunyi-sembunyi.
"Ngapain lo bawa gue ke sini?" tanya Alsa dengan kesal.
Gerald tidak mejawab, dia masih menatap Alsa dengan ekspresi wajah yang susah di artikan. Sebenarnya bisa saja Gerald membawa Alsa ke mobilnya tadi. Tetapi di dekat parkiran sekolah banyak anak-anak yang pastinya akan melihat mereka dan membuat heboh seantero sekolah. Jika ke ruangannya pasti Alsa dan Ninda akan melanjutkan pertengkaran mereka lagi.
"Gue udah setuju dengan permintaan bokap nyokap lo," ucap Gerald membuat Alsa menautkan kedua alisnya bingung.
Memangnya kedua orang tuanya meminta apa dengan Gerald? jika pernikahan Alsa juga sudah tahu, tetapi pernikahan mereka akan diadakan setelah kepulangan kedua orang tuanya nnati. Masih sekitar 2 bulanan sebelum nanti orang tua Alsa kembali pergi ke luar negeri karena bisnisnya.
"Maksud lo apa sih?" tanya Alsa penasaran.
"Pernikahan kita dipercepat," jawab Gerald tenang.
Alsa melotot tidak percaya dengan jawaban Gerald. Tidak mungkin kedua orang tuanya melakukan itu tanpa sepengetahuannya.
Apa yang dikatakan oleh Gerald benar adanya, kedua orang tua Alsa memang sudah meminta untuk mempercepat pernikahan mereka berdua. Bahkan kedua orang tua Alsa akan pulang terlebih dulu untuk melangsungkan pernikahan Alsa dan Gerald. Mereka hanya butuh jawaban 'iya' dari Gerald. Dan Gerald sudah menjawabnya tadi lewat sambungan telepon.
Alsa masih berdiam diri, dia tidak tahu harus mengatakan atau melakukan apa, kedua orang tuanya seperti telah menjualnya dengan Gerald. Bahkan mereka meminta untuk mempercepat pernikahan saja tanpa meminta persetujuan darinya.
Alsa mengepalkan tangannya kuat, dadanya terasa sakit. Lebih sakit ketika dia melihat Digo bersama dengan wanita lain.
Gerlad menatap Alsa yang sedang menatap lurus ke depan. Pandangan Alsa kosong. Gerald tahu jika Alsa pasti terkejut dengan semua itu, tetapi semua melakukan itu demi kebaikan Alsa nantinya. Termasuk juga Gerald yang rela akan membagi waktu untuk semua tanggung jawab di dalam hidupnya.
"We can start over Al," ucap Gerald mencoba meyakinkan Alsava.
Alsava tidak bergeming dia menatap Gerald dengan tatapan yang susah diartikan. "Ck, bisa-bisanya lo setujuin permintaan orang tua gue, lo nggak pernah tahu hubungan gue sama orang tua gue selama ini," jelas Alsa seraya mencoba untuk pergi dari hadapan Gerald.
"Gue tahu lo selama ini kesepian," jawab Gerald yang sukses membuat Alsa menghentikan langkahnya.
Alsa menghela napasnya dalam. Dia masih kesal dengan kedua orang tuanya dan juga Gerald.
Alsa kembali menghadap Gerald. "Oh ya? terus lo mau pura-pura jadi pahlawab buat gue? gue bukan cewek yang gampang di tipu sama playboy tengil kayak lo!" jawab Alsa dengan nada kesal.
Gerald mengepalkan tangannya kuat. Atas dasar apa Alsa mengatakan jika dirinya *playb*oy? Bahkan yang mempunyai kekasih saja Alsa bukan dirinya.
Gerald menarik tangan Alsava dengan kuat, sampai membuat Alsa tertarik ke dekapannya. Untuk beberapa detik pandangan mata mereka bertemu, pandangan mata saling membenci tetapi juga ada rasa lain. Bahkan diantara keduanya sama-sama merasa aneh di situasi seperti saat ini. Mereka seperti sedang berpelukan karena tidak lagi ada jarak di antara tubuh keduanya.
"Gerlad!" teriak seorang gadis membuat Alsa dan Gerald terkejut.
Mereka sama-sama menoleh ke arah gadis yang kini sedang menatap mereka dengan tatapan tidak percaya.
Udah aku kasih double up ya gaes, jangan lupa tinggalkan jejak oke 😘
Sebenarnya kasian si Naya tapi karena kenekatannya dan jadi cewek yg Lemah,Aku gak suka..