Season 2 'Married With Ketos'
Menjalani hubungan jarak jauh itu susah dijalani bagi sebagian orang yang tidak kuat menahan rindu. Seperti kata Dylan, rindu itu berat dan..
Begitu juga yang sedang dijalani oleh pasangan muda Alsava dan Gerald. Ibarat kata baru diajak terbang tinggi kemudian harus terhempas pada sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa salah satu dari mereka harus mengejar cita-cita dan impian.
Lalu bagaimana pertemuan mereka setelah lama terpisah? masih samakah hati yang dulu dirasa?
Jawabannya ada di kisah cinta mereka yang baru ya gaes 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alsa VS Ninda Done
Tapi ini bayi kita yang pengen
Kata-kata itu terus terngiang di benak Gerald. Ada rasa bahagia dan kesal sekaligus yang bermunculan. Ekor matanya melirik ke arah Alsa yang kini sudah terlelap dengan senyum masih terukir di bibir manisnya.
Gerald yakin, penyebab itu karena tadi Alsa sudah berhasil menghubungi Digo mantan pacarnya, bahkan mereka saling bernostalgia lewat sambungan video call. Dan berakhir ketika Gerald dengan sengaja muncul di sebelah Alsa.
Tangan Gerald terangkat untuk mengelus puncuk kepala Alsa. Lalu mengecupnya dengan lembut.
"Cukup malam ini aja ya ngidam aneh." Gerald sebenarnya merasa cemburu, tapi kalau sudah mengatas namakan anak yang menginginkan Gerald bisa apa.
Keningnya berkerut saat Rasya tengah malam begini menghubunginya. Gerald mengangkat sambungan telepon Rasya seraya menuju ke balkon kamarnya.
Setelahnya, dia langsung menyambar kunci mobil. Ditatapnya Alsa sebentar.
"Bentar ya," pamitnya berlalu pergi.
Dan kini di dalam hotel Zafano. Rasya sedang menyerahkan sebuah tab yang berisi video kedua orang tua Alsa. Tatapannya tajam kala melihat seorang gadis yang begitu mereka perhatikan. Sangat bertolak belakang dengan apa yang Alsa dapatkan dari kedua orang tuanya.
"Kapan?" Gerald masih fokus dengan video di depannya.
"Minggu ini Rald, dan gue denger gadis itu juga," jelas Rasya yang mendapat anggukan kepala dari Gerald.
Di dalam video tersebut. Terlihat kedua orang tua Alsa yang sedang sibuk mengurus kepulangan mereka. Lebih tepatnya mengurus keperluan untuk seorang gadis yang akhir-akhir cukup mengganggu pikiran Gerald. Bukan karena gadis itu, tetapi Gerald memikirkan bagaimana nantinya perasaan Alsa istrinya.
____
Sore ini Alsa sedang duduk bersama dengan Bunda Nimas. Memang sejak kehamilannya, Alsa jadi lebih sering duduk dan makan, yang tadinya sudah semangat untuk memasak seketika hilang begitu saja.
"Mau ini nggak sayang?" tawar Bunda Nimas.
Alsa menggeleng dengan senyum. "Tambah gendut nanti Bund, ini aja naik terus bb Al," jawab Alsa jujur.
Mendengar jawaban Alsa membuat Bunda Nimas tertawa. "Kamu ini, orang hamil sudah pasti naik terus bbnya. Itu berati sehat sayang," jelas Bunda Nimas membuat Alsa terkikik.
Sampai akhirnya fokus mereka teralihkan dengan suara bel rumah.
"Siapa sih?" Bunda Nimas berdiri berniat untuk membuka.
"Bentar sayang," pamitnya dan diangguki oleh Alsa.
Saat Bunda Nimas membuka pintu. Wajahnya terkejut melihat Ninda datang bersama dengan keluarganya. Dan beberapa aparat kepolisian. Ninda sudah pulih, dan akan segera menjalankan hukuman atas apa yang dia perbuat.
"Masuk." Bunda Nimas tetap menyuruh mereka dengan sopan. Meski sangat kentara dari wajah Bunda Nimas jika beliau marah karena gadis di depannya ini hampir saja mencelakai menantu dan calon cucunya.
"Siapa Bund?" tanya Alsa ketika Bunda Nimas kembali menghampirinya.
"Temui dulu ya nak," jawab Bunda Nimas dan diangguki oleh Alsa.
Baru berapa langkah Alsa sampai di ruang tamu. Langkahnya terhenti melihat gadis yang kini juga sedang menatapnya. Seketika bayangan dimana Viko berusaha membawanya kabur kembali terulang di ingatannya. Alsa masih setengah sadar waktu itu. Hanya saja tubuhnya sangat lemah untuk melarikan diri.
"Al, gue ke sini mau minta maaf," jeda Ninda.
Gadis itu menunduk. Dengan air mata yang kini mulai bercucuran. "Gue tahu apa yang gue lakuin sudah fatal, dan gue tahu lo nggak mungkin maafin gue, tapi gue bener-bener minta maaf. Gue akan jalani hukuman apa yang sudah gue perbuat ke lo," jelas Ninda dengan tangis pilu penyesalannya.
Alsa menghela napas. Jujur saja dia juga tidak menginginkan hal ini terjadi. Apa lagi sampai berurusan dengan hukum. Tetapi, apa yang Ninda dan Viko lakukan itu sudah diluar batas. Mereka merencanakan sesuatu yang tidak baik.
"Gue udah maafin lo Nin, semoga lo sadar dengan kejadian ini," jawab Alsa dan diangguki oleh Ninda.
"Makasih Al. Makasih banyak, lo emang baik," ucap Ninda berniat untuk pergi.
"Ninda," seru Alsa membuat langkah Ninda terhenti
Alsa melangkahkan kakinya. Lalu berhenti tepat di depan Ninda. "Jaga diri lo baik-baik," ucap Alsa seraya menarik Ninda dan memeluknya
Tangis Ninda pecah. Dia teramat terharu dengan sikap Alsa. Disaat dirinya begitu jahat dengan Alsa, tetapi disaat itu pula Alsa masih menyisakan rasa peduli terhadapnya.
"Pasti, lo juga harus jaga debay lo Al," lirih Ninda berlalu pergi.
Setelah kepergian Ninda dan kedua orang tuanya. Kini Alsa berada dipelukan Bunda Nimas.
"Apa yang Al lakuin bener kan Bund?" tanya Alsa dan dijawab Bunda Nimas dengan anggukan kepala.
"Kamu benar sayang, kamu sudah memaafkannya, tetapi proses hukum memang harus tetap berjalan," jelas Bunda Nimas lembut.
Sementara di tempat lain. Gerald sedang menunggu kedatangan seseorang di dalam bandara. Dugaannya meleset. Gerlad kira kedua orang tua Alsa akan pulang beberapa hari ke depan. Tetapi ternyata kemarin mereka langsung bergegas pulang.
Matanya menyipit saat melihat kedua orang tua yang kini sudah menjadi martuanya itu turun dari pesawat. Dan lagi, matanya semakin memanas saat melihat seorang gadis yang begitu diperhatikan oleh mereka.
"Sekarang saja Rald?" tanya Rasya dan diangguki oleh Gerald.
Mobil yang Gerald tumpangi melesat menghampiri kedua orang tua Alsa. Sebelum mereka memesan taxi, Gerald sudah lebih dulu sampai.
Tampak raut terkejut dari kedua orang tua Alsa. Melihat Gerald turun dari mobil bersama dengan Rasya.
"Papi, Mami," sapa Gerald seraya mencium punggung tangan kedua orang tua itu.
"Ra-rald, sejak kapan kamu di sini?" tanya Papi Dion tampak kaget.
Gerald menyunggingkan senyumnya. "Aku ke sini sengaja untuk menjemput kalian. Mari," ajak Gerald membuat kedua orang tua Alsa saling pandang bingung.
Mereka pulang dengan cara dadakan. Dan tanpa memberitahu siapapun termasuk Alsa. Tetapi menantu mereka sudah lebih dulu tahu. Jelas saja hal itu membuat kedua orang tua Alsa terkejut dan merasa aneh.
Gerald melirik ke arah Papi Dion yang kini duduk di sebelahnya. Kini mereka berada di satu mobil dengan Gerald sebagai pengemudi. Sementara Rasya memang sudah lebih dulu pergi bersama gadis yang datang bersama dengan kedua orang tua Alsa tadi daj juga Mami Eva yang tidak bisa meninggalkan gadis itu sendiri.
"Oh ya Pi, apa Al sudah tahu kepulangan kalian?" Gerald menyunggingkan senyumnya.
"Kita dadakan untuk pulang Rald," jawab Papi Dion tampak gugup.
"Bagaimana kuliahmu? apa kamu sedang berlibur?" tanya Papi Dion. Yang dia tahu memang menantunya kuliah di luar negeri.
"Saya memutuskan untuk melanjutkan di sini Pi, untuk menjaga Al," jelas Gerald dan diangguki oleh Papi Dion.
Ekor mata Gerald melirik ke arah Papi Dion yang sedang menatap jauh sekitar jalanan.
"Kita punya kejutan untuk kalian," ucap Gerald membuat Papi Dion tampak menatap Gerald terkejut.
kok segitu nya merawat anak hasil hubungan gelap mami Eva daripada Alsa yg anak kandung nya?