Noureen Aprilia Prayogo, putri tunggal dari seorang konglomerat ternama di ibu kota. ia harus menikah dengan Cakra Satrio Sanjaya, anak dari sahabat ayahnya demi untuk membuat sang ayah bahagia.
pernikahan yang di dasari tanpa adanya rasa cinta, membuat Noureen merasakan luka batin yang sangat dalam, sebab sehari setelah pernikahan Cakra memintanya untuk tidak terlalu berharap sebab Cakra sudah memiliki wanita di dalam hatinya.
Instagram @Putriyani Mursalim
Facebook @Putriyani Mursalim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriyani Mursalim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 - luka Noureen
"Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00. jalan ibu kota yang lumayan padat di jam pulang kantor itu tidak menyurutkan semangat seorang gadis yang tersenyum ceria. dari kejauhan terlihat gadis itu duduk sendiri di sebuah halte depan kampus, ia seolah menghitung kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
"Beberapa jam yang lalu setelah mengobrol dengan Anaya, Noureen memutuskan menunggu suaminya di halte. sudah dari dua jam yang lalu sejak ia memberi kabar pada pria yang kini berstatus menjadi suaminya itu tapi tak kunjung datang, memberi kabar pun tidak.
"Dan kini Noureen sudah terduduk lesu, sesekali melirik jam tangannya, dengan kekhawatirannya karna langit mulai menghitam pertanda akan turun hujan ia memutuskan menghubungi suaminya, Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, hingga berulang-ulang kali menghubungi tapi tetap saja sama, dan akhirnya Noureen memutuskan pulang menggunakan taksi.
"Di Dalam taksi Noureen menyandarkan kepalanya di jendela ia menatap lurus ke depan, sembari melamun dalam kesendiriannya, mengamati bulir air hujan yang menetes, menimbulkan embun di kaca mobil yang ditumpanginya.
"Mas kamu dimana," lirih Noureen.
Dalam diamnya Noureen menangis terisak, mengingat apa yang diucapkan suami sehari setelah pernikahan. kita menikah tanpa didasari cinta, kita menikah karena keinginan orang tua kita, jujur saja aku masih memiliki kekasih yang aku cintai, ingatan itu terus berputar di kepalanya, rasa sesak menjalar ke seluruh tubuhnya. ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya.
" Aku memang bodoh, mengapa menaruh harapan pada mu mas, yang jelas-jelas tidak mencintai ku," lirih Noureen sambil terisak
Setelah puas menangis, kini Noureen mulai menata hatinya, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Noureen kamu bisa, kamu kuat," Noureen bermonolog.
***
"Waktu sudah gelap sesudah matahari terbenam, Noureen baru saja tiba di kediaman Satrio Sanjaya. Noureen turun dari taksi setelah memberikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi tersebut.
"Noureen melenggang masuk kedalam rumah. lalu Noureen mengedarkan pandangannya disetiap sudut rumah seolah mencari sesuatu, tapi hasilnya nihil, rumah tampak sepi, sepertinya penghuni rumah sedang tak ada dirumah.
"Noureen lalu ke dapur mencari asisten rumah tangga,Bi...bibi….Bi Imah. bi imah yang mendengar ada seseorang yang memanggil berlari kecil menghampiri istri majikannya.
Eh non Noureen, Non Nouren sudah pulang.
Iya Bi,bi ngomong-ngomong kok sepi, Mas Cakra sudah pulang bi,? mamah dan ayah kemana," Noureen menghujani beberapa pertanyaan kepada asisten rumah tangga tersebut.
"Den Cakra belum pulang non, tuan besar dan nyonya sedang keluar sebentar membeli sesuatu yang akan dibawa ke Jerman.
"Yah sudah kalau begitu bi, aku keatas dulu.
Silahkan Non.
***
"pukul 12 malam disaat semua orang sudah terlelap, Seorang pria berjalan terseok-seok masuk kedalam rumah menenteng jasnya, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, wajah merah bak kepiting rebus, mata sayu, hawa panas keluar dari dalam tubuhnya akibat menahan sesuatu yang bergejolak.
Cakra lalu melenggang masuk menaiki satu persatu anak tangga sambil berpegangan pada railing tangga karena kondisinya yang sangat berantakan, setelah sampai didepan pintu, ia menggedor pelan pintu kamarnya
"Noureen, Noureen buka, Noureen buka sambil bersandar di daun pintu karena ia sudah tidak kuat menahan beban berat tubuhnya.
Noureen lalu mengejap dengan langkah gontai ia membuka pintu.
Deg
Cakra lalu memeluknya erat, Cakra bersandar dipunggung Noureen sambil mencium aroma shampo yang menyeruak keindra penciumannya.
Cakra berbisik ditelinga Noureen, Noureen tolong aku, tolong aku, rasanya panah.
Mas kamu kenapa, ada apa mas.?