Dendam Sukma

Arya menatap serius pada pria yang sudah lumayan tua ini, setelah selesai acara tahlilan tadi. Tomo mengajak Zayn dan yang lain bicara, oleh sebab itu lah Arya pun juga di ajak agar bisa memberikan solusi yang terbaik, lagi pula Arya juga sedang menyelidiki mayat mayat di desa ini yang kebetulan masih bersaudara.

Terung terang Arya memang penasaran sekali soal kematian nya Sukma dan Razi, kalau pun nanti Purnama tidak mau mengambil masalah ini karena sedang lelah. maka Arya sendiri yang akan mengambil nya, karena dia ingin tau sampai selesai nanti masalah yang sedang terjadi di desa tempat Zayn tinggal sekarang.

Apa lagi keanehan yang terjadi di antara dua mayat itu, Sukma di dalam koper tapi sudah tidak punya organ dalam juga dan Razi memang nampak jelas karena bisa saja penyebab kematian nya karena di jebol pada bagian perut itu. dulu Purnama pun begitu, maka nya Arya menjadi sangat cemas mendengar berita kematian tetangga desa nya.

Bila Arka akan membuat banyak orang mati begitu maka sudah pasti nanti nya akan jadi masalah rumit, Arka akan jadi siluman yang sangat jahat. bila sudah jahat ini yang membuat Arya dan Purnama bingung, entah sanggup atau tidak mereka akan menjadikan Arka kembali menjadi baik.

Sedangkan Zahira yang meninggal itu saja karena dia sudah di gadang gadang akan jadi siluman jahat, Bu Laras mengatakan Purnama tidak akan mampu untuk menghadapi nya sehingga lebih baik Zahira meninggal saat masih kecil. lalu bagai mana dengan Arka, Arya ragu bahwa dia punya kemampuan untuk menjinakan putra nya yang menjadi siluman.

Entah bila Fatma yang akan bertindak pula sebagai Ibu nya, mungkin saja Arka akan luluh bila nanti seandai nya dia memang sudah salah jalan. Arjuna juga memberi pesan pada Arya, agar jangan terlalu percaya dulu pada ramalan nya, sebab Arjuna juga masih ragu dan takut malah salah ramal.

"Tolong temui arwah anak ku, Mas Arya! tanyakan pada dia siapa yang sudah membunuh nya." pinta Tomo.

"Bila dia mengaku, apa yang akan anda lakukan?" Arya menatap Tomo.

"Buat lah dia menjadi arwah penasaran dan membunuh orang itu!" geram Tomo menjadi terbawa emosi.

"Mungkin saja sampean tidak paham dengan yang apa saya ucap kan, tapi bila Sukma membunuh banyak nyawa maka dia tak akan bisa menjadi arwah suci. selama nya dia jadi arwah gentayangan!" jelas Arya lebih singkat nya.

"Memang nya kenapa bila jadi arwah gentayangan terus, Mas?" tanya Tomo tidak paham.

"Apa sampean tidak kasihan bila Sukma tak punya tempat tinggal dan terus berkelana, dia harus bertapa selama bertahun tahun agar bisa menjadi arwah suci dan hidup layak nya manusia." jelas Arya lagi.

Tomo terdiam karena sekarang pun dia mulai di lema, di sisi lain ia ingin sekali bila Sukma membunuh orang yang sudah membunuh dia. di tambah Razi juga mati, namun setelah mendengar penjelasan nya Arya malah sekarang dia mulai ragu dengan pilihan nya itu.

"Tolong jangan pergi kedukun, apa pun yang dukun katakan itu tidak bisa di percaya." pinta Zayn pula karena takut Tomo malah nekat kesana demi membuat Sukma bangkit.

"Saya akan berusaha menemui arwah nya Sukma, agar dia bisa bertanya pada nya." janji Arya.

"Baik lah kalau begitu, saya minta tolong dengan sampean." Tomo berkata serius.

Setelah ngobrol agak lama maka Arya dan yang lain nya juga pamit, mau bertanya pada Tomo pun tidak ada guna nya karena pria itu memang tidak tau. Arya hanya perlu mencari arwah nya Sukma atau Razi, namun yang penting itu mencari arwah Sukma, karena dia lah yang mengawali ini semua.

"Aku akan mencari dulu, Mas! sampean kalau mau pulang duluan tidak apa apa." ujar Arya pada Zidan.

"Jadi kamu mau pergi sendiri?" tanya Zidan memastikan dulu.

"Iya, kalau Fatma atau Kakak tanya bilang saja aku sedang ada urusan." ucap Arya yang sudah bersiap.

"Baik lah, kau hati hati dan jangan mudah emosi." pesan Zidan.

Arya mengangguk dan sudah berubah menjadi siluman ular yang ekor nya sangat besar, Zayn sampai menahan nafas karena baru ini melihat Arya secara langsung dan di depan mata nya pula, bila dia adalah orang yang lemah jantung maka sudah pasti sejak tadi pingsan.

"Mari pulang, Ustad!" sapa As yang sudah selesai membantu Bu dian.

"Mari." Zayn hanya menjawab sekilas saja karena dia tau janda muda ini banyak tingkah.

"Hati hati, Bang." Zidan mengedipkan mata pada saudara nya.

Zayn cuma mendengus dan mereka segera pulang kerumah masing masing, Zayn kerumah nya dan Zidan pulang kekampung nya karena hari juga sudah mulai malam. hampir jam sebelas dan keadaan jalan sudah mulai sepi, untung tadi pakai mobil sehingga rasa nya masih agak aman aman saja tak setakut saat naik motor.

...****************...

"Nun, kamu di rumah cuma sendirian ini?" Pendi menatap gadis yang di sukai nya sejak dulu.

"Iya, Emak mau di rumah nya Bu Dian karena kasihan melihat Bu Dian pingsan terus." jawab Ainun.

"Kenapa kamu tidak di sana sih, Nun? di rumah sendirian juga agak bahaya." cemas Pendi.

"Tidak apa apa, Bang! di sana rasa nya aku lebih tidak nyaman, seperti sedang di perhatikan oleh sepasang mata." jawab Ainun membenarkan hijab nya.

"Abang panggil kan Neneng saja ya, biar dia menemani kamu di rumah." tawar Pendi yang tidak tega membiarkan Ainun sendirian.

"Kalau Neneng mau tidak masalah sih." angguk Ainun.

"Nah itu dia lewat, santai sekali dia berjalan." rutuk Pendi melihat Adik nya yang sangat pemberani itu.

Padahal Neneng jalan sendirian dan dia dengan sangai saja pulang dari rumah Tomo, baru sekarang di hadang oleh Pendi agar mau tidur di rumah nya Ainun saja karena Ainun masih agak takut mengingat apa yang dia temukan kemarin pagi.

"Beeeh udah pacaran saja." ledek Neneng.

"Pacaran kepala mu itu! ini loh kamu temani Ainun ya karena Mak Ratih menginap di rumah nya Tuan Tomo." pinta Pendi.

"Oh enggak gratis dong, kan aku menemani kekasih mu ini." Neneng menadahkan tangan nya.

Pendi merogoh dompet nya dan memberi uang seratus ribu, sedangkan Ainun agak malu malu karena di bilang kekasih Pendi. mereka belum pacaran sekarang karena Pendi belum mengungkap kan perasaan nya, namun sebenar nya mereka sama sama saling suka.

Ainun yang agak minder karena merasa dia orang tidak punya, sedangkan Pendi bisa di bilang anak orang berduit sehingga cukup di pandang di desa ini.