Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Alvian membelikan mobil baru untuk Riana, ia merasa cukup puas melihat kekasihnya sudah tidak marah lagi.
"Alvian, kamu kan sudah tidak tinggal dengan orang tuamu lagi. Bagaimana kalau malam ini kamu menginap di rumahku?" bisik Riana menggoda.
"Baiklah, tapi aku akan mendapat apa kalau mau?" tanya Alvian tak kalah menggoda.
"Apapun yang kamu mau," jawab Riana mengedipkan sebelah matanya.
"Serius?" raut wajah Alvian berbinar senang.
"Iya dong, Sayang." rayu Riana.
Wanita cantik dan seksi itu segera meraih kerah Alvian, memberikan sedikit kecupan di lehernya.
Biasanya Alvian akan membalas ciuman kekasihnya itu, tapi kali ini terasa ada yang berbeda.
Alvian sama sekali tidak bergairah, entah karena bosan atau apa ia juga tak mengerti.
"Kenapa aku justru malah mengingat tatapan Aylin? Aku tidak mencintainya tapi kenapa aku menjadi merasa bersalah seperti ini jika selingkuh. Jika dipikir-pikir aku sudah lebih dulu mengenal Riana," batin Alvian ragu.
"Kenapa diam saja?" tanya Riana heran.
"Biasanya kamu langsung menyerangku," Rengek Riana.
"Sepertinya aku tidak bisa ke rumah kamu deh," jawab Alvian menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Loh, memangnya kenapa?" tanya Riana heran.
"Besok pagi orang tuaku akan datang ke rumah, jika aku tidak ada takutnya mereka akan curiga dan marah," jawab Alvian.
Walaupun Alvian sulit diatur, tapi nuraninya masih memiliki rasa takut pada orang tuanya.
Apalagi sebenarnya sejak kecil dia sudah mendapat didikan agama yang cukup ketat.
Jadi gaya berpacaran Alvian hanya sebatas ciuman dan berpelukan saja.
Dia tidak berani melewati batas karena memang masih memiliki rasa takut.
"Alvian, apa aku ini kurang menarik sampai kamu tidak berselera lagi?" tanya Riana sambil memeluk kekasihnya.
"Bukan begitu, kamu sangat cantik dan menarik," jawab Alvian merasa bersalah.
"Kalau begitu kenapa kamu tidak pernah menyentuhku? Maksudnya yang lebih dari yang kita lakukan selama ini," rengek Riana manja.
"Karena kita belum menikah, aku tidak mau melakukan hal terlarang yang melewati batas," jawab Alvian jujur.
"Lalu kapan kamu akan menikahiku?" tanya Riana meminta kepastian.
"Ya nanti setelah Aylin menceraikan aku, kamu tahu sendiri tidak mungkin aku yang mengajukan, bisa-bisa aku tidak dianggap anak lagi oleh orang tuaku," bujuk Alvian menenangkan kekasihnya dengan lembut.
"Oh iya, pria yang bernama Riko itu. Sepertinya sangat cocok dengan Aylin, bagaimana kalau kamu jodohkan saja mereka, dengan begitu Aylin nanti akan meminta cerai kalau sudah nyaman dengan Riko," saran Riana.
"Benar juga ide kamu, baiklah kalau begitu mulai sekarang aku akan membiarkan dia untuk dekat dengan Riko," jawab Alvian setuju.
"Kamu juga sih, kemarin saat mereka dekat malah marah-marah seperti suami pencemburu yang memergoki istrinya selingkuh," sindir Riana.
"Siapa yang cemburu? Aku hanya tidak mau sampai ketahuan orang tuaku. Bisa gawat kalau mereka tahu aku membiarkan menantu kesayangannya kesusahan," sergah Alvian tak terima.
"Kamu juga sih, sedikit-sedikit orang tua. Kamu itu sudah dewasa, Al. Kamu bisa memilih jalan yang kamu inginkan," bujuk Riana.
"Aku ini anak tunggal, meskipun aku belum bisa membuat mereka bangga, tapi setidaknya aku tidak ingin membebani pikiran mereka," jawab Alvian.
"Kalau kamu mau membuat orang tuamu bahagia itu mudah, beri saja mereka cucu. Pasti kalau sudah melihat bayi, mereka tidak akan perduli Ibunya wanita yang mana," saran Riana.
Alvian terdiam, ingin menjelaskan pada Riana juga tidak akan paham.
Tentu saja kedua orang tuanya menginginkan cucu yang terlahir dari rahim wanita sholehah seperti Aylin.
Tapi Alvian tidak tega mengatakan hal itu pada Riana.
"Aku lapar, kita makan malam yuk?" sela Alvian.
"Aku sedang diet," tolak Riana secara halus.
"Ya sudah kalau begitu setelah ini kita mau kemana?" tanya Alvian.
"Aku ingin main dengan teman-temanku boleh? Kamu pulang saja, agar besok bisa bangun pagi untuk bekerja," pinta Riana.
"Baiklah kalau begitu, tapi kamu jangan pulang larut malam ya?" jawab Alvian mengecup kening Riana lembut.
Setelah itu mereka berdua berpisah, Alvian sangat bangga melihat kekasihnya yang memakai mobil baru.
Terlihat begitu keren dan semakin mempesona.
Sesampainya di rumah, Alvian semakin merasa lapar.
Ia segera pergi ke dapur untuk melihat apa ada makanan atau tidak.
Hingga setibanya di dapur tatapan Alvian tertuju ke atas kompor dimana ada wajan yang tertutup rapat.
"Apa ini?" batin Alvian penasaran.
Ia iseng membuka tutup wajan itu yang ternyata ada olahan daging sapi di sana.
Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat Alvian menelan saliva beberapa kali.
Alvian segera mengecek rice cooker, senyum di bibirnya semakin mengembang saat nasi hangat tersedia di dalam sana.
Tanpa pikir panjang, Alvian langsung mengambil piring dan mengisi penuh piring itu.
"Ya Tuhan, ini masakan terenak yang pernah aku makan," kedua mata Alvian bahkan sampai terpejam untuk meresapi nikmatnya makanan itu.
Apalagi dirinya dalam keadaan lapar, membuatnya semakin semangat menambah lauk.
***
Sementara di kamar, Aylin masih terjaga, karena besok ia sudah mulai mengajar dan sedang mempersiapkan materi pelajaran.
Aylin yang merasa haus, meraih gelas di atas nakas, namun sayangnya gelas itu sudah kosong.
Ia segera keluar kamar dan menuju dapur untuk mengisi gelasnya.
Namun, ia seketika di buat terkejut saat melihat suaminya tengah makan dengan lahap.
"Mas Alvian?"
"Hah, apa?" Alvian sedikit terlonjak kaget sekaligus malu.
"Katanya tadi mau makan di luar, jadi tadi aku hanya masak nasi sedikit," ucap Aylin heran.
"Aku lapar, tadi tidak sempat makan," jawab Alvian mencoba bersikap biasa saja.
Aylin membuka tutup wajan yang berada di atas kompor, kedua matanya membulat sempurna saat semua masakan ia masak sudah habis.
Padahal rencananya ia akan sedikit menyisakan masakannya untuk Byan.
Ia tak menyangka jika suaminya akan memakan masakannya sampai habis tak bersisa.
"Yah habis, padahal aku akan memberikannya untuk Byan besok," keluh Aylin.
Kedua mata Alvian langsung melebar begitu mendengar nama putri Riko disebut.
"Untuk Byan apa untuk Riko, haah?" sergah Alvian.
***********
***********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼