Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25~Ribetnya Ngidam Bumil(part1)
"Aku tidak mau karena kecerobohanmu malah membuat anakku dalam berbahaya, mengerti?!" Bentak Liam, sampai tubuh Anna terperanjat, menandakan jika kali ini Liam benar-benar marah karna ulah yang Anna lakukan.
Kedua mata indah Anna berkaca-kaca menandakan jika buliran air bening akan menetes. Tapi, susah payah Anna menahannya dengan tetap diam menunduk. Anna hanya memikirkan bagaimana caranya mengatakan kepada Liam, bahwa sangat sulit memakan sesuatu hal yang sama sekali tidak diinginkan. Sementara makanan yang ada dipikiran Anna sangat menggoda, ia menginginkan nasi goreng itu.
Liam menghela napas panjang dan juga berdecak, menggulung lengan kemejanya sampai separuh. Keadaan Anna sangat kacau seperti orang yang enggan hidup, dan juga tubuhnya yang terlihat lemas.
"Jangan egois, Anna. Makanlah, tidak untukmu tapi untuk anakku." Ucap Liam lagi, ia menyerahkan sendok pada Anna.
Pada akhirnya Anna tidak kuasa menahan rasa sedih lagi, air mata itu jatuh begitu saja membanjiri air matanya. Dengan tangan bergetar Anna menerima sendok yang diberikan Liam, tanpa menatap ayah sang bayi sedikitpun.
"Aku tidak ingin makan, kenapa kau memaksaku?" Tanya Anna dengan suara bergetar penuh isakan.
"Aku juga tidak akan se rewel ini jika bukan karna anakmu, dia yang membuatku kesusahan makan dan banyak mau!" Anna berteriak menjelaskan semuanya kepada Liam, ia meletakkan kembali sendok tersebut diatas meja.
Tentu saja Liam terkejut melihat Anna seperti itu, dari cara menjelaskannya seperti Anna ingin memakan sesuatu yang sama sekali tidak bisa ia katakan. Setidaknya Liam masih sedikit ingat jika dulunya Anna adalah bukan orang yang pemilih makanan. Mengalami kehidupan sulit di Panti Asuhan membuat Anna menjadi terbiasa memakan sesuatu hal yang sederhana.
"Kau tidak menginginkan semua makanan ini?" Tanya Liam penuh kelembutan, ia juga merasa tidak enak membentak Anna tadi.
Dengan masih sedikit sesenggukan Anna mengangguk ragu, tangannya juga terus mengusap air matanya. Sebenarnya Anna saat ini lebih terlihat seperti bayi yang merengek, Liam mencoba untuk lebih sabar lagi menghadapi wanita yang tengah hamil anaknya itu.
"Lalu makanan apa yang kau inginkan?" Mencoba bertanya lagi, pria itu duduk berjongkok dihadapan Anna yang masih menunduk. "Tidak apa, katakan saja. Apapun yang anakku inginkan pasti akan aku berikan, jadi tidak usah ragu mengatakannya."
Anna tahu semua hal yang berdasarkan anak dari pria itu pasti akan terwujud, hanya saja Anna sedikit segan mengatakannya. Dengan penuh keberanian Anna mengangkat wajahnya, ia tersenyum penuh arti kepada pria yang masih saja menatapnya itu.
"Nasi goreng, sebenarnya sedari tadi aku menginginkan nasi goreng... ah maksudku, anakmu ini ingin nasi goreng." Jawab Anna sejujurnya, dengan ekspresi wajah penuh kelegaan akhirnya sesuatu yang menyesakkan ini terlepas juga.
"Nasi goreng? Hanya itu?" Liam memastikan, Anna menjawab dengan dua kali anggukan kepala. "Kenapa tidak minta Bi Sarti saja membuatkan untukmu, maka kau tidak akan sempat menahan lapar tadi."
Dan ya apa yang dikatakan Liam itu benar, Anna terdiam kembali. "Tapi sudahlah.." Liam melihat jam tangan mahalnya, sudah menunjukkan larut malam pastinya masih ada penjual nasi goreng di sekitar Apartemen. "Aku akan membelikannya untukmu, tunggulah.. tidak akan lama." Liam bangkit dari duduknya.
Sementara Anna menatapnya penuh kekecewaan, ia menarik tangan pria itu hingga langkahnya terhenti. "Aku tidak mau nasi goreng punya abang abang, Liam.." Ucapnya, Anna sedikit memanyunkan bibirnya.
"Lalu?"
Anna sangat takut mau mengatakannya, tapi ia sudah tidak sanggup harus menahan lagi. "Aku sangat ingin nasi goreng buatanmu, seperti disaat kita honeymoon dulu."
"Apa?" Sungguh Liam terkejut, sampai kedua kakinya mundur perlahan. Kalau disaat honeymoon dulu tentu saja Liam tidak mengingatnya. "Bagaimana caranya aku bisa memasak nasi goreng yang sama seperti dulu lagi, Anna?" Liam sangat ingat jika dulunya nasi goreng itu hanyalah asal-asalan saja.
Anna melepaskan pegangan tangannya pada Liam, ia menatap pria itu penuh kasihan. Seolah menaruh kehidupan dan keinginannya sepenuhnya pada Liam Alexander. Kalau sudah begini apa yang bisa Liam lakukan kecuali menuruti semuanya.
"Bukankah kau mengatakan apapun yang anakmu inginkan pasti akan terwujud, lalu apa semua ini?" Anna menyerang Liam akan janji pria itu sendiri.
Kepala Liam jadi sedikit sakit, ia mengangguk setuju jadinya. "Tunggu disini, aku akan usahakan membuat nasi goreng masa lalu itu." Ucap Liam dengan penuh keyakinan barulah Anna tersenyum senang.
Dengan sedikit gontai Liam berjalan menuju dapur sambil sesekali melirik kearah Anna yang terus tersenyum padanya. "Dari raut wajahnya seperti benar-benar menginginkan nasi goreng itu. Bagaimana ini? Aku bahkan enggan mengingat puing-puing masa lalu tersebut." Gumam Liam didalam hati.
Satu hal yang sangat Liam pikirkan adalah mengapa bisa Anna mengingat nasi goreng ala honeymoon. Bukankah sudah terjadi lama sekali, Anna masih mengingatnya.
"Beginilah ngidam ala Anna?" Tanya Liam pada diri sendiri disaat melihat berbagai jenis makanan yang tersimpan di lemari pendingin.
"Mau aku bantu?" Suara itu mengejutkan Liam, ia berbalik badan dan langsung melihat Anna yang tersenyum simpul padanya. "Agar cepat selesai, iyakan?" Anna ingin memegang pisau tapi dihentikan oleh Liam.
"Tidak, duduklah disana.." Liam menolak mentah-mentah bantuan Anna kali ini, hanya tidak ingin Anna kelelahan.
"Aku bosan, Liam. Seharian hanya duduk diam menonton kelas kehamilan lalu tidur, aku seperti orang tidak berguna saja." Anna menumpahkan segala unek-uneknya pada Liam yang sibuk membuat bumbu nasi goreng bermodalkan ingatan masa lalu.
"Diamlah, Anna.." Liam melangkah mendekati Anna yang langsung terdiam. "Kalau kau terus mengoceh, bagaimana bisa aku mengingat resep nasi goreng masa lalu itu, hem?"
"Ah, baiklah, maafkan aku.." Anna duduk di bangku meja makan, ia memperhatikan dalam diam Liam yang tengah memasak. "Rasanya harus mirip, anakmu yang menginginkannya."
"Hem," Hanya itu sahutan singkat Liam, ia pun sebenarnya lagi kesusahan mengingat bumbu asal-asalan pada saat itu.
"Kalau tidak mirip mungkin saja anakmu ini akan merengek, dia tidak akan bisa tidur atau mungkin tidak akan mau makan apapun." Anna mengancam ayah sang bayi, ia tahu kelemahan Liam adalah membawa nama bayi ini.
Dengan tangan memegang spatula Liam menatap Anna sangat tajam, bukan marah melainkan hanya ingin Anna berhenti berbicara saja dulu. "Anakku yang mengancam atau Ibunya, Anna?"
Anna terdiam sebentar, ia tidak menjawab melainkan sibuk memakan buah apel dimeja. "Tidak menjawab pertanyaanku?" Tanya Liam lagi, ia kembali sibuk mengaduk bumbu di teflon untuk membuat nasi goreng.
Aroma mulai tercium di indra penciuman Anna, ia bangkit dari duduknya dan tanpa sengaja mengikuti kemauan hati untuk melihat ada apa di teflon tersebut. Anna sedikit ternganga disaat melihat bumbu yang Liam siapkan sangat berbeda dengan yang ia bayangkan tadi.
"Ada apa?" Melihat ekspresi Anna seperti itu Liam yakin pasti ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.