Calia Averie Katarina, seorang model berbakat yang selalu disebut sebagai figuran.
Pengkhianatan yang ia terima dari sang kekasih membuat Calia terikat dalam sebuah pernikahan bersama pria yang baru saja ia kenal, Ronan Lysander. Pria sederhana berprofesi sebagai kurir yang mendapatkan pengkhinatan yang sama dari tunangannya.
Namun siapa sangka, pria yang selalu melakukan pekerjaan sebagai kurir itu menyimpan rahasia besar.
Ketika Calia menunjukkan kepada publik bahwa ia bisa menjadi model sesungguhnya, Ronan menunjukkan identitas aslinya dan membuat rahasia dibalik pernikahan mereka terungkap. Lalu, bagaimana dengan nasib pernikahan mereka?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Pengulangan Janji
Untuk kesekian kalinya, Max membaca undangan yang ada di tangannya, menyandarkan punggung dengan kepala tengadah disertai hembusan napas panjang.
Undangan Gala Fashion New York kembali ia dapatkan tahun ini, dan ia tidak memiliki pilihan lain selain membawa serta Retha ke acara itu. Jika di tahun sebelumnya ia berhasil mendapatkan investor berkat Calia yang menemaninya kala itu, kini ia tidak yakin keberuntungan akan berpihak padanya jika ia membawa serta Retha bersamanya.
Acara fashion show yang diadakan Calia pun tak luput dari pengawasannya, ia tak menyangka acara sederhana Calia justru dibanjiri dengan komentar positif hingga kini berita itu menjadi trending topik di semua media sosial. Tak bisa ia pungkiri, penampilan Calia ketika berjalan memperagakan busananya terlihat begitu memukau.
"Apakah aku berikan saja undangan ini padanya? Dengan begitu, Calia dan aku akan pergi sebagai pasangan,"
"Tapi..."
Max menggeleng, mengingat Retha tidak akan menerima keputusannya jika ia kembali bersama Calia sedangkan dirinya masih membutuhkan Retha untuk tetap di agensi yang ia pimpin. Semua orang di kantor bahkan hampir melupakan nama Calia, seorang model yang selalu mereka sebut sebagai figuran sejak Retha bergabung di agensi itu.
Max menyimpan dua undangan itu ke laci meja, bangkit dari kursinya dan melangkah menuju jendela. Satu tangannya bergerak naik, melonggarkan dasi yang ia kenakan sembari menatap kota yang ada di depannya.
Tokoh penting yang akan hadir dalam acara Gala Fashion menjadi pertimbangan tersendiri bagi Max, berharap bisa mendapatkan investor itu untuk perusahaan yang ia pimpin.
"Mrs. Ketty Smith,"
...>>><<<...
"Mrs. Ketty Smith,"
Sean menyebutkan nama seseorang yang tidak asing bagi semua orang, nama wanita yang mereka kenal sebagai perancang busana terbaik dunia dan cukup disegani di berbagai kalangan bisnis, selebriti, bahkan desainer lain.
"Kau yakin Mrs. Ketty akan datang?" tanya Calia.
Sean mengangguk pasti, menyodorkan ponselnya pada Calia hingga wanita itu bisa membaca secara menyeluruh berita yang ada.
"Dia adalah target investor terbaik dari yang terbaik," pekik Julie antusias.
"Kalaupun kita tidak bisa mendapatkan Mrs. Ketty sebagai investor, masih ada beberapa investor lain yang bisa kita jadikan sasaran," Adele menimpali.
"Tapi, kita juga perlu bergerak cepat, aku yakin Max Morgen juga akan mengincar investor ini," ucap Luis.
"Bisa dipastikan dia juga akan datang, dan itu bersama Retha Agatha," sambung Sean.
Kalimat terakhir yang diucapkan Sean praktis membuat Ronan menoleh cepat ke arah istrinya, melihat wanita itu hanya diam tanpa mengatakan apapun. Bahkan, saat diskusi mereka selesai, Calia masih setia dalam kebisuannya sendiri.
Saat malam menjelang, dan semua teman-temannya sudah pergi meninggalkan kantor, Ronan menahan pintu yang akan Calia buka, mengurung istrinya diantara kedua tangannya.
"Ada apa?" tanya Ronan.
"Maksudmu?" sambut Calia tanpa berbalik.
"Kamu menjadi lebih pendiam sejak Sean menyebut nama orang yang sudah mengkhianatimu, apakah kamu masih,,, mencintainya?" tanya Ronan dengan suara tertahan.
Calia berbalik perlahan, menangkap penuh sosok suaminya yang kini berdiri dalam jarak yang teramat dekat. Kepalanya mendongak untuk menatap wajah suaminya, merasakan desiran halus dihatinya setiap kali tatapan mereka bertemu.
Bukan karena ia masih memiliki sisa perasaan untuk mantan kekasihnya, akan tetapi benaknya justru memikirkan bagaimana jika pria yang sudah mulai ia cinta kembali mencampakkan dirinya. Nama Retha yang disebut Sean terus mengusik hatinya, memikirkan kemungkinan terburuk tentang Ronan akan kembali bersama Retha.
Pernyataan cinta yang diucapkan Ronan beberapa hari lalu tak sedetik pun bisa ia lupakan, sikap lembut suaminya serta tatapan penuh cinta yang pria itu berikan sudah mengikis rasa sakit yang tersisa, mengubah menjadi benih cinta yang mulai tumbuh subur di hatinya.
"Alia,,, tolong jangan hanya diam seperti ini," ucap Ronan meremas lembut bahu Calia.
"Katakan padaku! Ada apa? Apakah aku melakukan kesalahan?"
Calia menggeleng, menundukkan kepala.
"Apakah kamu akan selalu bersamaku, Ro?" lirih Calia.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, Alia," Ronan meraih kedua tangan Calia, menggenggam lembut. "Aku akan terus bersamamu,,, di sisimu,,, sampai apa yang menjadi tujuanmu tercapai,,, sampai kontrak itu berakhir,,,"
"Tidak!" Calia menggeleng kuat, kembali mendongak menatap suaminya. "Jangan berakhir,,, kumohon,,, jangan,,,"
Ronan terdiam, ia merasa siratan kalimat yang Calia ucapkan begitu dalam. Membuncahkan emosi yang ada di dalam hatinya, menggeliat penuh harap akan cinta yang bersambut.
"Apakah,,, kamu ingin selalu bersamaku, Alia? Benarkah itu?" tanya Ronan penuh harap.
"Ro..."
Ronan tidak bisa mengalihkan pandangan, mata indah Calia menguncinya begitu kuat.
"Tolong,,, sempurnakan lah sumpah pernikahan kita,"
Calia tidak tahu mengapa ia berkata begitu, atau mengapa ia mendadak bergerak maju, mengulurkan tangannya membelai wajah Ronan untuk pertama kali, lalu dengan lembut menempelkan bibirnya di bibir Ronan.
Tak ada gerak dan kata, hanya detak jantung yang bersuara diantara mereka.
Ronan seakan kehilangan tempat untuk berpijak, waktu dan dunianya seakan terhenti, pikirannya telah pergi meninggalkan raganya. Yang tersisa hanyalah rasa lembut, manis dan hangat. Ia merasa apa yang baru saja terjadi adalah mimpi.
"A-Alia..."
Ronan mengerjap, menarik diri sejenak dan menatap lekat wajah istrinya. Hanya menyentuh bibir saja, cukup untuk membuat ia kehilangan dirinya sendiri.
"M-Maaf..."
Wajah Calia merona, kembali menunduk dengan rasa panik dan malu yang tiba-tiba mendera.
"Tidak,,, jangan minta maaf,"
Ronan merengkuh wajah Calia, tersenyum. Mengerti sepenuhnya dengan arti dari kalimat yang istrinya ucapkan. Hatinya melonjak bahagia cintanya bersambut meski mereka baru saja merasakan rasa sakit yang sama.
"Aku bersumpah untuk mencintaimu seumur hidupku, sampai maut memisahkan," tanpa ragu, Ronan kembali mencium bibir Calia. Hangat, dalam dan lama.
Calia memejamkan mata, membiarkan air matanya bergulir begitu saja dengan rasa bahagia. Menyempurnakan ikrar pernikahan mereka berdua dengan pengulangan janji pernikahan yang mereka sematkan.
...>>><<<<...
.
"Apa-apaan sekarang? Kenapa pintu terkunci dari dalam?"
Sean menggerutu, memukul pintu kantor yang masih terkunci.
"Ponsel mereka aktif, tapi tidak menjawab panggilan dariku," ucap Luis.
Sean kembali menghubungi Calia, begitu pula dengan Luis yang menghubungi Ronan. Tetapi, tetap saja panggilan itu tidak dijawab.
"Apakah terjadi sesuatu pada mereka?"
Sean mendadak berubah cemas, memikirkan hal buruk yang bisa saja terjadi pada dua temannya.
Sementara di belakang mereka, Bas terus menghubungi majikannya, berharap pikiran buruk yang mendera hatinya tidak menjadi nyata.
"Uhmm,,, Ada apa?"
Bas mengerjap, menjauhkan ponsel dari telinga untuk memastikan nomor yang ia hubungi, lalu kembali menempelkan ponsel ke telinga seraya melangkah mundur, sedikit menjauh dari Sean dan Luis.
"Tuan,,, Anda di mana? Anda baru bangun tidur? Di jam ini?" cecar Bas tak percaya.
"Ada apa? Kau akan membangunkan tidur istriku jika terus menghubungiku,"
Lagi, Bas mengerjap tak percaya.
Tidur istriku,,, apakah itu artinya tuan muda dan nyonya mudanya tidur bersama? batinnya.
"Tuan,,, jadi,,, Anda,,, dan Nyonya Muda,,, Benarkah itu?"
"Apakah hanya itu yang ingin kau tanyakan?" sambut Ronan.
"Tidak,,, tapi mereka sudah di depan pintu dan tidak bisa masuk karena kantor dikunci dari dalam," terang Bas.
"Urus saja mereka! Minta mereka pergi untuk melakukan hal lain!"
"Apa? Tapi, Tuan..."
"Satu hal lagi," potong Ronan cepat.
"Saya Tuan," sahut Bas pasrah.
"Siapkan dua undangan Gala Fashion New York untukku dan istriku! Kau juga harus memberikan alasan masuk akal jika istriku bertanya bagaimana kau mendapatkan undangan itu, sekarang pergilah!"
'Tutt...'
. . . .
. . ..
To be continued...
pen kasihan tapi ngakak liat Retha /Facepalm//Facepalm/
huft😮💨😮💨