Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Faaris masih asik menikmati rasa memabukan dari lembah basah di antara dua paha sekretaris nya, dia mencecap rasa yang begitu menyegarkan bagi dirinya yang sudah sangat lama berpuasa.
"Tu-an, saya ingin pipis.."
"Keluarkan saja Balqis, tak apa-apa aku akan menelan nya." Jawab Faaris, tanpa menghentikan gerakan lidah nya di kacang kecil milik Balqis.
"Tapi tuan.." Ucapan Balqis terhenti saat dia merasakan rasa yang melegakan, sensasi yang baru pertama kali dia rasakan, begitu nikmat dan melegakan.
Faaris tau Balqis baru saja meraih pelepasan pertama nya, dia langsung menelan habis cairan itu dengan rakus, bahkan menjilati sisa-sisa cairan perempuan itu.
Balqis menatap Faaris yang juga tengah menatap nya, nafas nya tersengal setelah pelepasan yang mungkin Faaris tak tau kalau itu adalah ledakan klimaks.
"Maaf tuan, saya pipis. Udah gak tahan soalnya," Ucap Balqis setelah berhasil mengatur nafas nya.
Faaris terkekeh, sekretaris polos nya menyangka kalau dia sudah pipis, padahal itu bukan sembarang pipis, tapi pipis enak.
Faaris berdiri, dia membuka kemeja dan ikat pinggang nya, lalu menurunkan celana bahan nya, hanya menyisakan celana boxer dengan bagian depan yang menggembung.
Glekk..
Balqis menelan ludah nya dengan kasar, tubuh Faaris sangat menggoda, tubuh nya begitu menggiurkan untuk di sentuh. Perut dengan 6 roti sobek yang berjejer rapi di perut nya, dada nya bidang dengan bulu-bulu halus yang begitu di jaga, ketiak nya di hiasi bulu-bulu halus, juga lengan yang berotot. Balqis tak menyangka akan melihat tubuh perfect atasan nya sendiri hari ini, dia benar-benar tak tau ternyata tubuh yang biasa nya di balut jas ketat itu begitu sempurna.
"Kenapa melihat ku seperti itu Balqis? Kau ingin menyentuh nya? Silahkan!" Tawar Faaris, membuat Balqis merona.
Faaris kembali mengungkung tubuh polos Balqis, membuat Balqis refleks menahan dada bidang Faaris dengan kedua tangan nya.
Serr...
Darah Balqis terasa berdesir hebat, hanya karena bersentuhan kulit.
"Kenapa Balqis?"
"Tidak tuan, hanya saja apa bisa di percepat? Ibu saya mungkin sudah selesai di operasi." Ucap Balqis lirih.
"Kau boleh keluar dari kamar ini setelah aku puas Balqis, uang 500 juta itu tidak sedikit, jadi kau harus membuat aku puas!"
"Baik tuan.." Balqis kembali mencium bibir Balqis, tangan nya juga aktif menggerayangi tubuh sexy sekretaris nya itu.
Hingga puncak nya, Faaris membuka celana boxer nya, membuat Balqis menutup mata nya dengan tangan.
"Buka mata mu Balqis." Balqis menurut dan membuka mata nya, tapi dia di buat lebih terkejut dengan benda di depan nya. Panjang, besar dan berurat, membuat Balqis kepayahan menelan ludah nya.
"Benda sebesar itu apa masuk?" Gumam Balqis, jujur dia merasa ngeri setelah melihat ukuran nya.
"Masuk, malah kamu akan ketagihan Balqis." Jawab Faaris, ternyata gumaman Balqis masih terdengar jelas di telinga Faaris.
Faaris mengelus senjata nya dengan lembut, membuat Balqis merinding.
"Tuan, saya bisa berubah pikiran?"
"Kenapa? Kau takut? Pikirkan ibu mu di rumah sakit!" Tegas Faaris, enak saja dia bilang ingin berubah pikiran setelah membuat tubuh nya panas.
"Kau tak bisa mundur lagi Balqis, jadi nikmati saja."
"Tidak, itu terlalu besar untuk ku Tuan."
Tanpa bicara, Faaris mengunci kedua tangan Balqis di atas kepala nya, membuat perempuan itu meronta. Faaris mulai menekan senjata nya dengan perlahan ke dalam lubang kecil nan sempit, yang belum pernah terjamah itu.
Balqis menggigit bibir nya menahan rasa sakit saat benda itu merangsek masuk memenuhi inti miliknya.
"Ahhh..." Balqis memekik hebat saat Faaris berhasil menenggelamkan seluruh senjata nya ke dalam lubang kecil itu. Balqis meneteskan air mata nya, saking sakit nya. Faaris datang dan mengecup air mata itu, dan melayangkan kecupan mesra di kening perempuan itu.
"Ini takkan sesakit itu, percaya padaku Balqis! Aku lebih berpengalaman tentang hal ini, bahkan Elma saja aku buat ketagihan." Jelas Danish, seketika dia merasa kecewa dengan dirinya sendiri karena dengan mudah nya menghianati sang istri. Tapi sudah terlanjur, semua yang di mulai harus segera di akhiri.
"Pelan-pelan tuan.." Ucap Balqis saat pria itu mulai menggerakkan pinggul nya dengan pelan. Balqis memejamkan mata nya, dia masih merasakan sakit, tapi tak sesakit saat benda itu masuk tadi.
"Emmmm..." Balqis melenguh pelan, saat Faaris kembali mengulum puncak dada nya dengan rakus tanpa menghentikan gerakan maju mundur nya.
Faaris tersenyum samar, dia yakin partner nya sudah merasakan kenikmatan dengan penyatuan ini. Jadi dia bergerak lebih cepat, membuat Balqis memekik karena terkejut.
"Tuan, pelan-pelan." Rengek Balqis, tapi bukan Faaris nama nya kalau dia menurut begitu saja. Pria itu malah semakin mempercepat gerakan nya, membuat tubuh Balqis terguncang.
"Ahhh.." Balqis kembali meraih pelepasan nya yang kedua, bahkan Faaris saja belum merasakan apa-apa kecuali senjata nya yang terasa terjepit.
"Kamu sudah dua kali klimaks, tapi aku masih belum apa-apa Balqis!" Ucap Faaris dengan nada menggoda, membuat Balqis tersipu.
"Tubuh mu bagus, dan kau masih perawan. Tak sia-sia aku membeli mu dengan sangat mahal, kau memuaskan." Racau Faaris, dia begitu menikmati sensasi penyatuan pertama kali ini. Penyatuan ternikmat selama dia hidup, mungkin.
"Kau nikmat Balqis.." Faaris terus meracau sepanjang permainan, bahkan saat Balqis sudah pelepasan berkali-kali pun, Faaris masih belum meraih puncak nya.
"Tuan, sakit.."
"Aku masih belum meledak, jadi tahan saja" Jawab Faaris santai. Dia malah menarik tangan Balqis dan membuat nya duduk di pangkuan nya.
"Goyang.." Perintah Faaris sambil menepuk pantat Balqis dengan sensual.
"Saya gak bisa goyang, Tuan."
"Naik, turun, terus putar. Bisa?" Balqis mencoba nya dan membuat Faaris menggeram penuh nikmat.
"Awwhhss..." Balqis meringis, karena senjata Faaris itu terasa lebih dalam menusuk inti tubuh nya.
"Kenapa? Sakit?"
"Hanya ngilu, milik Tuan menusuk terlalu dalam." Jawab Balqis lirih.
"Nikmat?"
"Eemm, tapi sakit.." Jawab Balqis.
"Itu hanya kau belum terbiasa, biasakan dengan melayani ku Balqis. Aku akan dengan senang hati menerima tawaran mu jika kau ingin memuaskan aku." Faaris tersenyum menyeringai, membuat Balqis mencebikan bibir nya.
Faaris gemas dan langsung memakan bibir kemerahan itu dengan mesra, tanpa menghentikan gerakan Balqis, malah tangan pria itu memegangi bokong Balqis agar lebih mempercepat gerakan naik turun nya.
"Berdiri Balqis.." Ucap Balqis setelah melepaskan tautan bibir nya. Balqis menurut, dia pikir semua nya sudah selesai, tapi ternyata belum. Faaris menarik tangan Balqis ke balkon, membuat perempuan itu berdiri membelakangi nya dengan berpegangan pada tralis besi.
"Pemandangan yang indah, Balqis." Tunjuk Faaris pada cahaya lampu yang menghiasi malam di kota metropolitan ini.
Faaris kembali melesakan senjata nya ke dalam inti Balqis, membuat perempuan itu memekik.
"Tuan, nanti ada yang lihat. Malu,"
"Diamlah, aku sedang menikmati lubang hangat mu." Jawab Balqis, pria itu tak peduli dengan penolakan Balqis. Dia takut kalau ada orang yang melihat nya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun, belum lagi angin yang berhembus membuat tubuh nya menggigil.
Faaris memeluk erat tubuh Balqis, menyandarkan kepala nya di pundak perempuan itu dengan manja, tapi tak menghentikan gerakan nya di belakang tubuh Balqis.
"Huuhh, ini nikmat sekali. Aku bisa melakukan nya berulang kali." Gumam Faaris. Pria itu terus saja bergerak, membuat lutut Balqis lemas karena harus menahan guncangan dari belakang tubuh nya.
Faaris meraih dagu Balqis dan melumaat bibir itu untuk kesekian kali nya. Rasa bibir Balqis masih sama, manis dan membuat candu.
"Kenapa tubuh mu bergetar? Dingin?"
"I-iya tuan.."
"Ayo ke kamar lagi." Jawab Faaris, dia berjalan seperti pinguin di belakang tubuh Balqis, tanpa melepaskan penyatuan dan pelukan nya.
Faaris kembali membaringkan tubuh Balqis di ranjang, dan kembali menikmati tubuh nya, seakan tak pernah puas untuk menggerakan tubuh nya mengejar kepuasan yang sudah lama tak dia rasakan.
Ranjang berderit seiring gerakan Faaris yang semakin cepat, dia merasa akan meledak. Apalagi inti Balqis terus saja berkedut manja, terasa memijat senjata nya.
"Aaarrrggghh..." Faaris mengerang, dia memejamkan mata nya dan menekan senjata nya lebih dalam.
Faaris ambruk menindih tubuh Riana, keringat membanjiri kening nya, membuat Balqis tak sadar mengusap keringat itu dengan tangan nya sendiri.
"Terimakasih sudah memuaskan aku Balqis, aku sangat puas. Tapi bukan berarti kau bisa keluar dari kamar ini malam ini."
"Kenapa tuan? Saya kan sudah memenuhi tugas saya."
"Temani aku tidur malam ini, barangkali nanti pagi aku menginginkan nya lagi." Jawab Faaris, dia merapikan anak rambut Balqis yang menghalangi wajah cantik nya, lalu mengecup kening Balqis, entah yang ke berapa kali pria itu mengecup kening Balqis malam ini.
Faaris melepas penyatuan nya, lalu mengelap senjata nya dengan tissu. Juga membersihkan inti Balqis dari cairan kental milik nya, tak lupa mencium hutan lebat milik Balqis itu dengan gemas.
"Milik mu sangat legit, sempit menggigit. Aku pasti ketagihan lagi. Kau ingin mandi, atau langsung tidur?"
"Saya lemas tuan.." Jawab Balqis.
"Tidur lah, aku akan menyusul setelah membersihkan tubuh ku. Selamat malam, jangan kabur."
"Tidak tuan, lagi pun milik saya terasa sakit." Jawab Balqis lirih, membuat Faaris tersenyum.
Dia pun masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuh nya dari keringat yang membanjiri tubuh nya setelah sesi bercinta yang menggairahkan bersama sang sekretaris.
Dia merasa sangat puas, perempuan yang selama ini membayang dalam fantasi liar nya, berhasil dia taklukan. Faaris yang biasa nya menjadikan Balqis sebagai objek fantasi nya saat bersolo karir di kamar mandi, malam ini dia berhasil melakukan nya di dunia nyata.
Tapi di balik kepuasan itu, hati nya merasa bersalah karena sudah menghianati Elma, istri nya. Apapun alasan nya, memang penghianatan takkan pernah bisa di benarkan. Tapi ini sudah terjadi, dan dia di butakan oleh hawa nafsu.
"Maafkan aku sayang, aku melakukan nya bersama wanita lain." Gumam Faaris, dia mencuci wajah nya dan keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada.
Faaris tersenyum simpul saat melihat Balqis sudah tertidur dengan menutup seluruh tubuh nya dengan selimut, hanya menyisakan kepala nya saja.
"Bahkan saat tertidur pun dia sangat cantik." Puji Faaris, dia pun segera menaiki ranjang dan merebahkan tubuh nya, memeluk Balqis dari belakang. Tak lama, dia sudah menyusul Balqis menyelam ke alam mimpi.
Pagi hari nya, Balqis mengerjapkan mata nya dengan perlahan karena silau oleh sinar matahari yang mengintip dari balik celah gordeng.
"Uumm..." Perempuan itu melenguh pelan, tubuh nya terasa berat. Ternyata Faaris tengah memeluk nya erat, bahkan kepala nya tersuru di ceruk leher nya.
Balqis melirik jam di nakas menunjukan pukul 7 lebih 20 menit. Harus nya Faaris pergi bekerja hari ini, dia ingat betul hari ini ada meeting penting.
"Tuan.."
"Emmm..." Faaris hanya berdehem sebagai jawaban.
"Tuan tak pergi ke kantor?"
"Jam berapa sekarang?" Tanya Faaris dengan suara serak khas bangun tidur. Dan sialnya, Faaris malah terlihat semakin tampan dengan muka bantal nya.
"Jam 7 lebih lewat 20." Jawab Balqis, dia sibuk melilitkan selimut di tubuh nya.
"Aku malas kerja tanpa mu, Balqis."
"Tapi hari ini ada meeting penting, Tuan."
"Biarkan saja, aku bisa mengundur meeting nya. Tapi tak bisa mengundur kebersamaan kita, Balqis." Jawab Faaris, dia kembali memeluk Balqis, memaksa perempuan itu kembali berbaring.
Faaris menyandarkan kepala Balqis di dada nya.
"Diam lah, aku masih mengantuk." Faaris kembali menutup mata nya, mata nya masih terasa berat untuk terbuka, apalagi setelah dia bekerja sangat keras tadi malam.
Balqis iseng membelai lembut bulu halus yang tumbuh rapih dan teratur di dada bidang Faaris, dia memang menyukai pria yang punya banyak bulu, tapi tidak dengan Faaris dia cukup tau diri kalau dirinya bukan tipe ideal pria seperti Faaris, yang bisa di bilang pria sempurna.
Faaris mencekal tangan Balqis, membuat perempuan itu terkejut, dia menyangka Faaris tidur makanya berani menyentuh bulu-bulu itu.
"Kau membangunkan aku, Balqis!"
"Maaf saya lancang tuan, saya kira tuan tidur." Jawab Balqis, dia takut Faaris marah karena sudah mengganggu nya beristirahat.
"Aku memang ingin tidur, tapi kau membuat aku terbangun lagi. Tapi perlu kamu tau, Balqis. Yang bangun bukan hanya aku saja, tapi yang bawah juga. Kau siap?" Tanya Faaris, membuat Balqis melotot. Itu tanda nya dia harus kembali melayani nafsu Faaris?
"Tuan, milik saya masih sakit."
"Kau menolak ku? Berarti uang nya tak jadi aku berikan."
"Aaaa jangan begitu tuan, baiklah ayo." Jawab Balqis dengan cepat.
"Kita bermain di bath up, bagaimana?"
"Tapi.." Balqis tak bisa banyak bicara, karena Faaris sudah menggendong nya ke kamar mandi. Mendudukan perempuan itu di sisi bath up selagi dia mengisi nya dengan air hangat, juga bath bomb dan beberapa tetes aromaterapi.
"Tuan yakin kita melakukan nya disini?"
"Tentu saja, kau meragukan aku?"
"Tapi, mungkin akan lebih sulit untuk masuk tuan."
"Jangan meragukan kemampuan ku, Balqis." Ucap Faaris, membuat Balqis bungkam seketika.
faaris di masuk terlebih dahulu, lalu di susul oleh Balqis.
Perempuan itu duduk di atas pangkuan Faaris, dan benar saja senjata laras panjang itu bisa masuk sempurna meski di dalam air.
"Bergerak." Perintah Faaris, lalu menepuk pantat kenyal Balqis. Membuat Balqis mau tak mau harus bergerak naik turun, air meluber karena gerakan sepasang anak manusia itu di dalam bath up.
**********************************
"Aku sangat puas dengan pelayanan mu Balqis."
"Terimakasih tuan, kalau begitu saya pamit dulu. Ibu pasti sudah menunggu saya, Tuan."
"Tunggu lah, kita sarapan dulu dan aku sendiri yang akan mengantar mu ke rumah sakit." Jawab Faaris, kedua nya sudah bersih dan rapih setelah membersihkan diri.
"Saya sarapan di rumah sakit saja tuan, terimakasih atas bantuan nya,"
"Ya, uang itu sudah aku transfer ke rekening mu." Jawab Faaris santai.
"Terimakasih tuan, saya permisi." Balqis pergi dari kamar hotel itu dengan langkah pelan, inti nya masih terasa ngilu setelah dua kali di hajar oleh Faaris.