Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Guild
Kini kami telah tiba di depan Guild Petualang, dengan ini sebentar lagi aku akan bisa mengumpulkan uang. Aku melangkah masuk setelah membuka pintu.
Di dalam Guild terlihat banyak petualang yang sedang makan minum, ada juga yang memperhatikan papan misi.
Mereka beragam, ada yang bertubuh besar, ada yang tengah hewan, bahkan Elf juga. Namun, manusia juga banyak di sini.
Aku langsung mendekati meja resepsionis, untuk mendaftar menjadi petualang. Perbincangan yang cukup lama, setelahnya aku di suruh mengisi data diri. Aku terhenti di bagian kekuatan, membuatku sedikit berpikir. Apa tidak apa-apa menyebutkan kekuatan asliku itu, bukankah kekuatan seperti itu agak terlalu hebat di sini.
Dengan asal-asalan aku menulis kalau aku pandai menggunakan pedang, padahal aku belum pernah mencobanya, bahkan aku tak memiliki pedang. Aku datang tanpa persiapan sama sekali.
Resepsionis menerima datanya lalu pergi meninggalkan kami sebentar. Aku dan Lise duduk di bangku menunggu, selagi memperhatikan banyak orang disini.
Tak lama setelah itu seseorang menyapa kami, "Hai... Kalian petualang baru?" sapanya.
"Ah iya, tapi kami bahkan belum selesai mendaftar."
"Pendaftarannya kurasa akan cukup lama, jadi agak membosankan kalau hanya diam menunggu. Mau ikut denganku? Aku akan mentraktir kalian."
Mendengar itu mata lise langsung bersinar terang, ia langsung mendekat ke perempuan dengan rambut coklat sebahu, dengan tubuh ramping dan pakaian cukup terbuka itu.
"Benarkah?" tanya Lise.
"Yah tentu saja, perkenalkan namaku Rhea. Aku juga baru beberapa bulan menjadi petualang."
"Aku Lise, dan dia adalah Sion. Kalau di lihat dari luar Sion memang terlihat lemah tidak bisa diandalkan."
Ughh, itu menembus jantungku.
"Tapi... Aslinya tidak begitu, dia baik, bisa di andalkan dan kuat juga, berkat dia aku bisa makan enak," lanjut Lise.
Padahal dia sendiri hanya memanfaatkanku menyuruhku menggendongnya sampai aku hampir sekarat, bahkan saat tidur aku tak bisa tenang.
Tapi yasudahlah.
"Ayo ikuti aku, kalian tidak akan menyesal. Makanan di sini enak-enak."
Kami kemudian mengikutinya, sampai dengan sebuah meja cukup muat untuk kami bertiga makan, tak lama setelahnya pun makanan di hidangkan. Begitu banyak makanan di meja, membuat air liurku menetes, aku belum memakannya tapi dari luarnya saja aku bisa tau kalau rasanya pasti enak sekali.
Saat aku melihat kesamping Lise sudah menghabiskan satu piring, dan melanjutkan makannya lagi. Sial! Si rakus ini, aku bahkan belum makan dan dia sudah menghabiskan satu piring.
Dengan cepat aku mengambil makananku, lalu menyantapnya. Kali ini aku tak boleh kalah dari Lise, makanan ini gratis jadi harus dihabiskan tidak boleh ada sisa.
Selesai makan, Lise menepuk-nepuk perutnya yang sudah penuh. Ia terlalu banyak makan, aku mulai khawatir kalau aku harus menggendongnya lagi.
Rhea tersenyum kepada kami lalu berkata. "Kalian menyukainya?"
"Emhhh, Ini sangat enak," ucap Lise, mengangkat tangannya.
"Terima kasih telah mentraktir kami."
"Bukan apa-apa, kalian berdua orang yang menarik ya. Mau bergabung dengan partyku?"
Aku dan Lise saling menatap satu sama lain, yang ada di pikiranku hanyalah kata tidak setelah beberapa detik bertatapan Lise mengangguk, sepertinya dia paham apa yang kupikirkan.
"Maaf, tapi kurasa tidak."
"Ehh, kenapa?"
"Aku hanya ingin berpetualang dengan Lise, itu saja cukup."
"Yah begitulah, kami tidak bisa lepas. Lagipula aku tidak terlalu suka ramai, untuk berpetualang kekuatanku saja sudah cukup," Lise menambahkan, ia mengatakan itu sambil memegang cangkir yang airnya telah habis ia minum.
"Begitu, kalian berdua memang menarik. Baiklah, aku masih ada hal lain yang harus di kerjakan, semangat untuk ujian petualangnya." Rhea berdiri lalu melangkah pergi.
"Yoh, hati-hati!" Lise melambaikan tangannya.
"Eh, tadi dia bilang ujian petualang?" tanyaku penasaran.
"Kau baru tau? Petualang baru akan di uji kekuatannya agar bisa menentukan Rank mereka," jelas Lise.
"Kenapa kau tak memberitahuku tadi!" Aku menarik telinga Lise.
"Aduh-duhh! Kan kau tidak menanyakan itu."
"Tapi itu informasi penting, bagaimana aku menjalani ujian tanpa satupun senjata!"
"Tinggal beli senjata saja, kan! Itu saja ribut!"
"Aghh! Dasar Slime bodoh! Jangan kemana-mana tunggu aku disini." Setelah memukul kepala Lise, aku berlari keluar mencari senjata yang kubutuhkan.
...---...
Aku berlari menuju toko senjata terdekat dari Guild, setelah melihat-lihat akhirnya aku menemukan tempat yang bernama "Toko Senjata Shinana" Aku langsung masuk kedalamnya. Dan bertanya, "Apa ada pedang yang murah?" tanyaku.
"Eh, pedang yang murah ya. Hmm..."
Pemilik toko ini seorang wanita berambut hijau pendek, ia memakai baju yang terbuat dari kulit dan menggunakan kacamata untuk menambah kecantikannya.
"Oh iya, ada satu pedang." Ia mengambil sebuah pedang yang berkarat.
"Ini adalah pedang yang tidak laku, orang yang memberikannya padaku bilang bahwa ini adalah pedang peninggalan Ratu Iblis. Tapi saat kukatakan begitu tak ada yang percaya," jelasnya.
"Yah tentu saja, sudah karatan begini. Memang orang bodoh mana yang akan percaya."
"Benar juga, kalau begitu aku akan ambil pedang lain." Ia hendak mengambil pedang yang lain.
Namun, sebelum itu. "Tunggu," kataku.
"Aku beli pedang itu saja, berapa harganya?"
"Eh? Kau percaya tentang cerita itu?"
"Tidak! Sama sekali tidak, aku hanya ingin menghemat uang. Untuk saat ini aku membutuhkan pedang, meski berkarat tak masalah bagiku."
"Ohh begitu, hanya lima puluh koin perak."
Aku menyerahkan uang yang ku punya, "Aku tidak punya yang perak, hanya punya yang emas," kataku.
"Baiklah, ini kembaliannya lima puluh koin emas."
Berkat itu aku jadi tahu nilai uang disini, seratus koin perak berarti setara dengan satu koin emas. Eh tunggu, berarti saat Lise makan dia sudah menghabiskan tiga ratus koin perak.
Sudahlah, lupakan saja itu. Saat ini yang terpenting adalah ujian petualang. Aku kembali ke Guild, melihat Lise dan resepsionis sudah menungguku.
"Kau lama sekali," Lise yang bicara.
"Yah ini salahmu! Kalau memberitahuku lebih awal tidak akan begini!" Aku menarik telinga Lise lagi.
"Iya-iyaaa! Aduh."
Resepsionis mengantarkan kami pada sebuah pintu, di dalamnya adalah tempat untuk ujian. Aku ingin lihat, seberapa jauh aku bisa bertahan dalam pertarungan.
Tempat itu cukup gelap, ruang bawah tanah yang di tengahnya arena pertarungan yang berukuran cukup besar melingkar. Di sekelilingnya ada obor-obor api yang menyala untuk pencahayaan.
Pengawas arena menunjuk Lise lebih dulu untuk diuji, aku jadi semakin penasaran, Lise selalu membanggakan dirinya. Memangnya sekuat apa dia.
Lise kemudian maju, aku hanya melambaikan tanganku padanya. "Semangat Lise!" ucapku.
"Tenang saja, aku tak akan kalah." Lise memutar-mutar tangannya, kemudian lanjut berjalan ke arah Pengawas arena.