Novel ketiga Author septi.sari
Karya asli dengan ide alami!!
Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
Pagi harinya sesuai rencana, Anjas dan Mika akan mengantar Anissa untuk mengunjungi rumah, yang hari ini akan di tempati oleh penulis cantik itu.
Perjalanan hanya memakan waktu 10 menit, dari rumah Mika. Kini mereka bertiga sudah sampai di Pedesaan yang tak jauh dari rumah Mika.
Mobil Anjas berhenti disebuah halaman rumah cukup klasik.
Anissa yang baru saja turun, kedua matanya langsung berbinar merasa cocok dengan rumah yang akan dia tempati itu.
"Waw ... Aku rasa ini rumah kamu banget, Niss! Mungkin temanmu memiliki hobi yang sama dengan temanku," kata Mika menatap suaminya, setelah dia juga turun sambil mengedarkan pandangan.
"Aku rasa zodiak mereka sama," kekeh Anjas memecah suasana.
Anissa masih mengedarkan matanya keseluruh tempat. Jika di gambarkan, rumah tersebut berada di tengah-tengah warga. Rumah itu tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman jika dihuni Anissa seorang diri.
Beberapa tanaman hidup tampak bergelantungan diatas, dan berjejer rapi duduk dibawah. Rumah bewarna putih bersih itu seolah tengah menyambut kedatangan Anissa.
Dari arah depan rumah tersebut, tampak wanita parubaya sedang berjalan menuju kearah Anjas, tengah menyungging senyum hangat.
"Nak Anjas ...."
Anjas membalas senyuman hangat wanita tadi.
"Ini kunci rumahnya! Memangnya, siapa yang akan tinggal, Nak?" tanya bu Yanah.
"Perkenalkan bu ... Ini Anissa teman kami! Dia yang hari ini akan tinggal dirumah ini!" perjelas Anjas dengan sopan.
"Panggil saja bik Yanah, Nduk! Jangan sungkan-sungkan jika membutuhkan sesuatu. Rumah bibi disitu," tunjuknya kearah depan rumah.
Anissa tersenyum. "Terimakasih, Bik! Saya sangat menyukai tempat tinggal di sini. Saya juga asli Salatiga, tepatnya di Sidorejo."
"Owalah! Rupanya tetangga sendiri. Tapi ya memang sangat jauh dari desa sini, Nduk!" balas bik Yanah tersenyum, "Ya sudah, ayo silahkan masuk dulu! Bibi selalu membersihkan rumah ini ... Ya biar bagaimanapun, ini sudah menjadi tanggung jawab bibi," lanjut bik Yanah sambil berjalan masuk kedalam.
Setelah pintu terbuk, betapa tercengangnya Anissa maupun sang sahabat, saat melihat rumah berubin putih itu tampak bersih. Beberapa foto anak-anak tersusun rapi, dengan hiasan dinding tak kalah mencolok, namun terkesan lebih bewarna.
Rupanya rumah itu dalamnya lebih luas dari dugaan Anissa sebelumnya. Di tengah-tengah ruangan terdalat meja tamu, dengan satu kamar tidur di sudut kanan. Dan disana terdapat penyekat ruangan yang terbuat dari kayu jati asli, sebagai pembatas antara ruang tamu ke ruang tengah dan dapur.
"Saya sangat menyukai rumah ini," ucapnya setelah berhenti diruang tamu kembali.
"Syukurlah, Nak! Bibi juga senang dengarnya."
Setelah itu bi Yanah dan juga Anjas berjalan keluar, memberi ruang kapada dua sahabat itu untuk berbicara.
Mika memegang kedua bahu sahabatnya, "Aku berharap ... Kamu akan jauh lebih tenang! Untuk sementara, berdamailah dengan hidupmu. Hempaskan semua beban hidupmu."
Anissa tersenyum. Namun air matanya menitik, sehingga ditengah rasa bahagianya memiliki rumah singgah, dadanya terasa sesak.
"Pasti ...." jawabnya.
*
*
*
Sementara dikediaman Prabu. Pagi ini dia langsung melanjutkan perjalananya menuju Salatiga, yakni kerumah sang mertua~tuan Brahma.
Prabu tidak sendiri, dia ditemani sang asisten untuk berkendara, mengingat pagi ini badanya terasa kurang fit.
Selama perjalanan, Prabu terus saja memegang ponselnya yang dimana, masih terlihat jelas foto Anissa yang waktu lalu sempat dia potret secara diam-diam. Dan itu dia jadikan foto wallpaper ponselnya.
'Anissa, tolong jangan hukum aku seperti ini? Kamu pergi kemana ....?' gumam batin Prabu dengan tatapan kosong kearah kaca mobil.
Fahmi yang sedang fokus dalam kemudinya, sempat iba pada sang tuan. Saat melihat dari kaca kecil yang menggantung didepan wajahnya. Wajah Prabu terlihat lebih pucat, bahkan kantung dikedua matanya tampak jelas di mata Asistennya itu.
"Tuan ... Saya rasa anda kurang sehat pagi ini? Bagaimana kalau kita singgah dulu ke rumah sakit? Wajah anda begitu sangat pucat?" tegur Fahmi yang sejak tadi mulutnya terasa kelu, ingin melontarkan ucapanya.
"Jangan hiraukan aku! Istriku lebih penting dari apapun!" ucap Prabu tanpa memalingkan wajahnya dari kaca samping.
Fahmi hanya mengangguk, "Baik tuan!"
Setelah itu mobil semakin melaju cepat, hingga tanpa mereka sadadi telah masuk ke kota Salatiga.
Berhubung tempat tinggal orang tua Anissa berada di kota, jadi jarak tempuhnya hanya memakan waktu beberapa menit saja.
Kini mobil Prabu sudah berhenti didepan gerbang mewah milik tuan Brahma.
Dint
Dint
Gerbang terbuka sedikit. Fahma menurunkan kaca mobil sambil memberi isyarat pada sang penjaga rumah, bahwa yang datang adalah Prabu.
"Oh ... Baik den!" jawab Danang dengan sopan.
Setelah mobil berhasil masuk. Fahmi keluar terlebih dahulu untuk membukakan pintu belakang untuk tuannya.
"Silahkan tuan!"
"Hemmt!" singkat Prabu, dan langsung melangkahkan kakinya menuju rumah utama, yang diikuti sang asisten.
Tok! Tok!
"Permisi ...." seru Fahmi sambil mengetuk pintu tersebut.
Ck!
Prabu sudah berdecak, karena dia tidak suka terlalu lama menunggu seperti saat ini.
Hingga beberapa detik kemudian, pintu terbuka dari dalam.
"Nak Prabu ...." sapa bu Marita, "Ayo silahkan masuk! Jangan diluar," lanjutnya mempersilahkan sang menantu untuk masuk.
"Saya tidak suka basa basi! Dimana Brahma ....?" sela Prabu yang suaranya begitu memekak ditelinga bu Marita.
"Sebentar, saya panggilkan dulu!" gugup Marita lalu segera masuk kembali untuk memanggil suaminya.
Fahmi terlihat berbisik kearah tuanya, entah apa yang dia ucapkan. Mengingat wajah Prabu yang begitu dingin, sehingga sangat sulit sekali untuk ditebak.
"Nak Prabu ... Silahkan mas ...."
"Tidak perlu!" sahut Prabu, "Berani-beraninya kau menampar istriku, Brahma ...." teriak Prabu yang wajahnya sudah terlihat memerah.
Degh
Tuan Brahma dan juga bu Marita sontak merasa gugup, hingga saling melempar tatap bingung harus berbuat apa.
"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan pada istriku! Kamu menamparnya didepan umum, tanpa rasa kasihan sedikit pun. Orang tua macam apa kalian, hah ...." bentak Prabu kembali.
Pagi ini, Prabu benar-benar melampiaskan amarahnya yang dulu sempat terpendam, karena halangan bu Laksmi yang sakit mendadak.
Tuan Brahma masih terdiam, berperang hebat dalam pikiranya, mencari jawaban dari mana menantunya tahu masalah beberapa minggu silam.
"Nak Prabu, kamu salah pah ...."
"DIAM!" bentak Prabu menghunuskan tatapanya.
Seketika bu Marita langsung kicep. Dia mendadak gemetar, karena bentakan menantunya itu.
"Nak Prabu, saya tidak bermaksud menampar Anissa waktu lalu! Anda hanya salah paham," ucap tuan Brahma membela diri.
"Fahmi ... Ambilkan sesuatu didalam mobil!" seru Prabu pada sang asisten, namun tatapanya masih mengintimidasi wajah Brahma.
"Baik Tuan!"
Fahmi segera menuju mobil untuk mengambil apa yang diperintahkan taun mudanya. Dan benar, Fahmi mengambil sebuah map, lalu dibawanya menuju Prabu kembali.
"Ini Tuan!"
Prabu langsung menerimanya. Dia membuka maps tersebut, dan langsung mengambil selembar kertas didalamnya.
Krekk!!
Tubuh tuan Brahma semakin menegang kuat, saat menyadari sesuatu dalam kertas tersebut,
Dan ternyata, itu adalah selembar kontrak kerja sama yang telah ditanda tangani Prabu. Tuan Brahma semakin mebolakan mata, karena isi kontrak tersebut, Prabu akan menanam saham ke perusahaanya senilai milyaran rupiah.
"Semua kontrak kerja sama, BATAL!" ucap Prabu setelah merobek-robek kertas putih tersebut.
"Nak Prabu ... Saya mohon, jangan batalkan semua ini. Bagaimana perusahaan saya kedepanya, nak? Tolong maafkan saya ...." gumam tuan Brahma penuh sesal.
Prabu hanya diam, tanpa bantahan apapun. Setelah dia puas memberi pelajaran pada mertuanya, dia langsung membalikan badan dan melenggang bersama sang asisten, tanpa sepatah kata apapun.
Sebelum benar-benar meninggalkan kediaman Brahma. Fahmi sang asisten turun kembali setelah dia sampai di gerbang pos penjaga.
Fahmi terlibat sedikit membuka obrolan pada Danang atas perintah tuannya itu.
'Jadi ... Anissa pergi dari rumah? Kemana dia sekarang' gumam batin Danang, disela obrolannya dengan Fahmi.
"Baik, kalau begitu saya permisi! Terimakasih informasinya," pamit Fahmi sedikit menunduk.
"Baik den, sami-sami!" jawab Danang tak kalah sopan.
Setelah mobil itu perlahan hilang dari pandangan Danang. Dia langsung duduk kembali sambil berpikir.
'Ternyata benar dugaanku. Ada yang tidak beres dalam pernikahan Anissa. Tapi sekarang ... Nissa pergi kemana lagi? Semoga saja kamu baik-baik saja, Niss' batin Danang penuh harap. Jelas sekali terlihat dari wajahnya yang sendu, jika pria muda itu begitu mencemaskan temannya.
"Bagaimana, Fahmi?"
"Benar tuan! Kata penjaga tadi, bahwa Nyonya sempat singgah kerumah ayahnya terlebih dulu! Entah masalah apa yang dibicarakan Nyonya, tapi menurut penjaga muda tadi, Nyonya keluar cukup dalam keadaan yang tenang," jelas Fahmi sambil fokus pada kemudinya.
"Istri saya memang sulit sekali di tebak! Huhh ....!" desah Prabu lemas, karena saking kalutnya memikirkan Anissa.
"Tuan, kita sarapan terlebih dahulu! Anda harus memakan nasi, karena mbok Marni bilang tadi, anda bahkan tidak pernah menatap nasi, semenjak kepergian Nyonya ...." sahut Fahmi yang merasa khawatir.
"Bagaimana aku bisa makan dengan tenang, sementara aku tidak tahu dimana keberadaan istriku saat ini," balas Prabu tanpa peduli.
Dan benar saja, setelah kepergian Anissa dari rumah. Prabu sudah tidak lagi memikirkan hidupnya, apalagi hidup wanita depresi itu. Makan saja Prabu sering telat, hingga dia melakukan kebiasaan buruknya kembali, seperti merokok bahkan menenggak alkohol disaat pikiranya benar-benar bungkal.
Mobil berhenti disebuah rumah makan yang cukup besar, dan ramai pengunjungnya.
Adelyin Resto and Cafe
"Terimakasih!" ucap wanita setelah dia sekesai dengan transaksinya.
Wanita itu menarik maskernya keatas sambil menaikan selendang satin yang tadi sempat merosot dari keplanya.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.
bisa diganti ke
Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu kamar mereka (kamar Prabu yang kini menjadi kamar mereka)
Annisa mulai menyadari sikap dingin Prabu yang mulai terlihat (ia tunjukkan).
BLA BLA BLA, Annisa langsung diboyong ke kediaman Prabu yang berada di kota Malang.
dan kata di kota bukan dikota.
kamu harus tahu penggunaan kata 'di' sebagai penunjuk tempat dan kalimat