Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja ada yang memanggil Rara dengan sebutan Mommy.
Rara yang baru pulang bekerja tiba-tiba saja di kagetkan oleh gadis kecil yang begitu cantik nan imut namun yang membuat Rara kaget adalah panggilan gadis kecil itu kepadanya.
" Mommy " Dengan kedua mata yang berbinar dan senyum yang mengambang di bibirnya membuat gadis cantik itu semakin menggemaskan.
Rara yang terkejut ia langsung melihat kearah belakang dan melihat kesekitar namun Rara tidak melihat siapapun disana.
Bagaimana kelanjutannya? yuk simak cerita selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. KETEMU MANTAN
Di sinilah mereka berada di sebuah mol besar, Irfan mengikuti kemana langkah Rara pergi. dari toko satu masuk ke toko lainnya dan akhirnya mereka masuk ke toko perhiasaan.
" Selamat datang di toko kami, ada yang bisa kami bantu? " Tanya mbak itu.
" Kami ingin mencari cincin pernikahan " Kata Rara
" Oh baik, silahkan ke sini Nona " Ajak mbak itu.
Rara dan irfan langsung berjalan kearah yang di tunjukan oleh mbak nya.
" Ini cincin pernikahan model terbaru dan hanya ada beberapa pasang " Katanya.
Rara melihat cincin satu persatu " Mas mau yang mana? " Tanya Rara
" Aku ikut kamu saja " Jawab Irfan.
Rara membuang nafasnya pelan " Baiklah, tapi kalo jelek jangan salahkan aku ya "
" Iyah, aku percaya dengan pilihan kamu " Balas Irfan
Rara pun langsung memilih ke cincin yang sederhana namun elegan dan Rara yakin jika pilihannya juga akan di sukai oleh irfan.
" Cih... Ternyata orang miskin seperti kamu bisa belanja perhiasan juga, atau jangan-jangan kamu memakai uang kantor " Tuduhnya dengan nada sinis.
Rara yang tadinya sedang asik mencari kalung langsung menoleh kearah suara " Hahaha... Maling teriak maling, eling bu. Sebelum nuduh orang maling lihat diri anda sendiri " Balas Rara.
" Rara apa maksud kamu " Kata Riki yang tidak terima
" Kalian cocok, yang satu maling dan yang satu so alim " Balas Rara.
" Sayang, apa sudah memilih cincin pernikahan kitanya? " Tanya Irfan yang langsung merangkul pinggang Rara.
" Kamu kan " Kata Dewi yang kaget.
" Mas tangannya di jaga jangan asal rangkul aja " Tegur Riki yang merasa tidak terima jika ada pria yang merangkul Rara.
Irfan tersenyum " Ini calon istri saya, dan ada hak apa anda melarang saya untuk tidak merangkul calon istri saya sendiri " Kata Irfan
" Hahha.. Jangan asal kamu, rara itu milik... " Riki menghentikan ucapannya ketika ia sadar jika rara sudah bukan miliknya lagi.
Dewi langsung menoleh kearah suaminya, ia merasa geram kepada Riki yang masih mengharapkan Rara.
" Milikku, jelas Rara adalah milikku " Balas Irfan tersenyum simpul.
" Nona, ini pesanannya " Kata Mbak sambil memberikan paper bag.
" Pakai kartu ini " Irfan memberikan kartu berwarna hitam kepada mbak itu.
Tidak hanya Rara yang kaget karena irfan memiliki kartu tanpa batas, Dewi dan Riki pun mereka ikut melongo. Tidak sembarang orang yang biasa memiliki kartu tersebut.
Rara merasa puas melihat reaksi mantan sekaligus teman kerjanya itu " Lihatlah suamiku begitu kaya, masih mau menuduhku maling? Dan satu lagi terimaksih karena sudah mengambil sampah, berkat kamu, aku bisa mendapatkan pria kaya nama ganteng pula " Kata Rara " Ayok sayang, kita pulang " Ajak Rara yang langsung bergelayut manja di lengan Irfan.
" Awas aja kau " Keluh Dewi tidak suka " Lihat wanita yang kamu kejar, dia sangat sombong dan angkuh " Keluh Dewi meninggalkan suaminya.
Riki yang memang masih mencintai Rara merasa di tusuk ribuan belati mendengar ucapan rara, sepertinya dirinya sudah tidak memiliki kesempatan kedua dari gadis cantik itu.
Tidak ada pancaran cinta di kedua matanya, hanya ada kebencian untuk dirinya " Maafkan aku rara, Maaf " Saat ini hanya adaa penyesalan yang menyelimuti Riki.
Wanita yang ia sia-siakan kini telah menjadi ratu di hati pria lain bahkan dirinya hanya di anggap sampah oleh Rara.
" Apa kau akan terus berdiam diri di situ!! " Bentak dewi