NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketika Para Gadis Bergosip

Keisha turun dari boncengan motor Jiwangga setelah pemuda itu mengantarkan dirinya pulang dengan selamat. Ia mengulurkan tangannya untuk mengembalikan helm kepada pemiliknya. Gadis berambut kecoklatan panjang itu mengintip ke arah kaca spion motor Jiwangga untuk memeriksa penampilannya. Sementara sang tuan hanya melihat tingkah Keisha dengan tatapan datar. 

Hanya ada mereka berdua saja di jalanan komplek yang luas. Semua orang tengah sibuk berada dalam zona ternyaman mereka masing-masing. Sehingga suara bising dari knalpot motor besar Jiwangga itu mengisi kekosongan ruang di sana. Pemuda itu sengaja tidak mematikan mesin karena ingin langsung pergi setelah mengantar Keisha pulang.

Keisha melirik pada jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul setengah lima sore. Cahaya keemasan dari sang surya terasa begitu silau sampai membuat si cantik menutup mata dengan sebelah tangannya. Berbanding terbalik dengan Jiwangga. Pemuda berkulit sawo matang itu malah terlihat begitu menarik saat terkena cahaya dari golden hour.

“Jiwa, makasih ya udah ajak gue ke kafe yang super nyaman tadi,” kata Keisha.

“Sama-sama. Ke sana juga tujuannya buat belajar, ya walaupun pada akhirnya cuma nongkrong doang. Gue yang udah paksa lo ikut tadi,” balas Jiwangga menganggukkan kepalanya singkat.

“Besok pokoknya lo nggak boleh mangkir lagi ya. Awas kalau lo ngilang, bakal gue seret sampai ke depan kelas,” ancam Keisha. Ia mengerutkan kening dan mengerucutkan sudut bibirnya ke bawah sambil menunjuk ke arah Jiwangga.

“Lakuin selagi lo bisa sih,” tantang Jiwangga. Pemuda tampan itu kembali memakai helmnya dan bersiap untuk melaju pergi bersama motor besarnya. “Gue pulang,” pamit Jiwangga.

“Hati-hati ya Jiwa,” kata Keisha.

Keisha masuk ke dalam kawasan rumah setelah presensi Jiwangga sudah menghilang dari arah pandangnya. Gadis itu berjalan melewati ruang tengah dan melihat kedua orang tuanya tengah berbagi camilan sembari menonton tayangan film di TV. Ia pikir mereka tidak menyadari keberadaan si anak gadis yang baru saja kembali. 

Suara dari para pemain yang tengah berdialog di dalam film terjeda sebab satu-satunya lelaki yang ada di sana sudah menekan tombol jeda lebih dahulu. Amy bangkit dari duduknya dan mengusap pundak Keisha lembut. Felix menoleh pada sang anak dengan senyuman hangat.

“Habis dari mana Kei? Sore banget pulangnya,” tanya Felix. 

“Kerja kelompok tadi di kafe dekat sekolah Pa,” jawab Keisha santai. 

“Kamu ini kenapa pacarnya nggak diajak masuk aja dulu? Kenalin ke Mama sama Papa gitu. Kan kita juga mau tahu siapa sih anak lanang yang udah ambil hatinya putriku,” kata Amy dengan senyum menggoda.

Keisha menatap ke arah Amy horor. Bagaimana bisa wanita itu mengira jika Jiwangga adalah pacarnya. Si puan sontak membuat simbol silang di depan dada sebagai aksi protes. “Pacar apa deh Ma. Dia bukan pacar aku dan kita sama sekali nggak dekat. Mama ingat nggak anak yang aku ceritain buat dijadiin tutor sebaya? Ya cowok yang antar aku pulang tadi,” sanggah Keisha.

“Ganteng loh tadi Papa sekilas lihat dia, Kei.” Felix berkata sambil meraup popcorn dari wadah di atas pangkuannya. 

“Cinta datang karena terbiasa bisa loh Kei,” ucap Amy.

“Papa sama Mama ngaco banget deh. Dia sekadar teman aja nggak lebih, dan nggak bakal jadi lebih dari tutor dan murid bimbingannya. Aku mau ke kamar dulu mandi,” kata Keisha menutup pembicaraan dengan alibi ingin ke kamar.

Keisha meninggalkan ruang diskusi dan berlari menuju tangga untuk sampai ke kamarnya. Terkadang pikiran gadis itu melayang bebas ketika mengingat momen yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Jiwangga. Baru kali ini dia melihat sisi dari pemuda itu dalam menghadapi seorang perempuan. Terlebih lagi sedang mengalami menstruasi di hari pertama.

Kalau perempuan lain yang diperlakukan seperti itu sudah pasti akan salah tingkah tak karuan. Bisa berdekatan tanpa Jiwangga merasa risih saja sudah menjadi hoki terindah. Namun, semua itu berbeda cerita bila Keisha yang merasakannya. Dia mencoba untuk tetap waras dan tidak terlalu memikirkannya lebih jauh.

Terkadang pikiran dan tingkah laku manusia bisa saja berbeda. Hal itu pula yang terjadi pada Keisha. Baru saja si puan ingin mencoba acuh, tetapi jemarinya langsung menekan logo telfon pada layar ponselnya. Ia tidak tahan untuk berbagi cerita banyak kejadian tidak terduga pada sang sahabat. Keisha menunggu panggilan diangkat sambil melakukan rangkaian skin care rutin. 

“Kenapa lo nelfon Kei? Gue baru beres bantuin Mas Bintang cari kodok buat tugasnya Livya.”

“Gue mau cerita tapi lo jangan bocor ke orang lain,” ucap Keisha.

“Wih ada teh tumpah apa hari ini?”

Keisha menaruh ponselnya di atas meja rias dan memulai panggilan telfon bersama Luna dengan mode loud speaker. “Tadi gue habis jalan sama Jiwangga dan dia yang antar gue pulang,” ucap Keisha hati-hati.

“HAH? SUMPAH? EH ANJIR YANG BENAR AJA LO KEISHA ZIEVANNA! KOK BISA?” 

Nah kan. Untung saja Keisha tidak menempelkan layar ponselnya ke telinga. Kalaupun iya pasti sekarang benda tak bertulang itu pengang bukan main karena mendengar teriakan dari Luna. 

“Cerita cepat! Lo ini gebrakannya ada aja ya. Kemarin pulang bareng Julian, sekarang sama Jiwangga. Gue curiga bentar lagi pasti semua anak-anak Chaos Brotherhood nganter lo pulang sambil naik permadani aladin.”

“Ngaco banget sumpah asbun lo! Jadi, tadi waktu gue mau pulang tuh tiba-tiba Jiwangga nyamperin gue ke kelas, Lun. Mana perut gue pas sakit banget kan. Demi apa pun rasanya gue mau pingsan saking sakitnya. Jiwangga maksa buat bimbingan sama gue dan dia maunya di kafe. Ya gue nggak ada pilihan lain selain terima ajakannya dia kan.”

“Waktu mau naik ke boncengan motornya Jiwangga tuh, kumat lagi nyeri perut gue. Lo harus tahu apa yang dia lakuin ke gue pas mau jalan,” ucap Keisha sengaja menjeda ucapannya agar membuat perempuan yang juga mendengar kisahnya di seberang telfon ikut penasaran.

“APA? JIWANGGA NGAPAIN?” teriak Luna antusias sampai terdengar suara berisik dari seberang telfon. 

Keisha menyiapkan diri untuk mendengar suara sahabatnya yang lebih dahsyat dari pada sebelumnya. “Dia narik tangan gue buat peluk perutnya dari belakang. Ya gue posisi nggak bisa mikir ya nurut aja. Apa lagi waktu di motor tuh rasanya perut gue makin berontak dua kali lipat nyerinya. Jiwangga wangi banget sih pas gue numpuin dagu ke pundak dia,” tutur Keisha.

“Jiwangga nggak protes lo sedekat itu sama dia? Secara dia nggak sengaja kesenggol sama orang aja udah mencak-mencak.”

“Dia biasa aja sih. Tadi juga gue diculik sama dia buat belajar di kafe langganan nongkrongnya Chaos Brotherhood. He ask then he pay all our foods. Jiwangga juga yang cariin tempat di sofa empuk biar perut gue nggak sakit lagi. Dia kalau nggak mode nyebelin tuh cukup bersahabat juga loh. Tapi kenapa setiap gue tanya tuh kadang sikapnya tengil dan jutek banget ke gue?” tanya Keisha. Perempuan berambut kecoklatan panjang itu mengoleskan krim pada area sekitar pipi dan lehernya.

“Gue belum pernah seiri ini sama lo! Seumur-umur gue tahu gimana pribadi seorang Jiwangga Abram tuh, dia nggak bakal kasih effort yang besar kecuali kalau punya keinginan. Ini momen langka Kei! Walaupun rumornya Jiwangga dekat sama Mila, tapi gue nggak pernah dengar tuh si nenek lampir itu diperlakukan manis sama Jiwa. Dilirik aja kayaknya jarang banget,” ucap Luna panjang lebar.

“Anggap aja ini awal yang baik buat gue bikin Jiwangga mau ikut kelas tutor sampai ujian kenaikan kelas,” sahut Keisha.

“Gue harap juga dia datang nggak sekali doang. Jujur gue sebagai teman sebangku lo ini pusing ya lihat lo udah marah-marah pagi buta karena tingkah seorang Jiwangga Abram.”

Keisha meringis kecil. “Hehe ya maaf deh. Gue mau cerita itu doang sih. Lo jangan lupa besok kita ada ulangan jam pertama,” ucap Keisha mengingatkan.

“Gue belom belajar lagi. Besok minta contekan ke Tristan aja lah kalau gue minat. Eh bentar, mama manggil nih suruh ke bawah. Gue tutup telfonnya ya,” kata Luna.

“Oke.”

Panggilan telfon mereka berakhir cukup singkat di menit ke 15. Keisha memasang masker pada wajahnya sesaat setelah menaruh ponsel di atas nakas. Ia memilih untuk memberi rehat pada tubuh lelahnya sejenak dengan menonton serial drama dari layar besar yang tertempel di dinding. 

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!