Menikah dengan pria yang bahkan belum pernah ia temui? Gila!
Ceira Putri Anggraini tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam semalam. Dari seorang gadis yatim piatu yang berjuang di tengah kemiskinan, kini ia menjadi istri dari Daniel Dartanto, pria berusia 30 tahun yang kaya, dingin, dan penuh misteri.
Pernikahan ini terjadi karena utang budi. Tapi bagi Daniel, Ceira hanyalah kewajiban.
Satu atap dengan pria yang nyaris tak tersentuh emosi, Ceira harus bertahan dari tatapan tajam, sikap dingin, dan rahasia besar yang disembunyikan seorang Daniel.
Namun, semakin lama ia mengenal Daniel, semakin banyak pertanyaan muncul.
Siapa sosok yang diam-diam Daniel kunjungi di rumah sakit?
Kenapa hatinya mulai berdebar di dekat pria yang awalnya ia benci?
Dan yang paling penting—sampai kapan ia bisa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nedl's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 Apartemen
Setelah beberapa hari berlalu akhirnya Ceira dan Daniel pindah ke apartemen Daniel. Tadi saat berpisah sempat ada adegan Ceira yang masih berusaha merayu Daniel untuk tetap tinggal bersama Gina.
Dan juga dihiasi dengan adengan tangisan antara Gina dan Ceira. Daniel bahkan sampai heran, perasaan yang menjadi anaknya adalah Daniel, kenapa Gina malah lebih tidak rela berpisah dengan Ceira dibandingkan dirinya.
Guna-guna apa yang sudah Ceira berikan untuk ibu nya ini karena hanya dalam waktu beberapa minggu bisa sebucin itu kepada menantunya.
Sesampainya di apartemen Ceira menatap kagum sekeliling apartemen Daniel.
"Njirr, mewah banget."
Apartemen itu begitu megah, bahkan lebih mewah dari rumah keluarga Dartanto. Interiornya modern dengan dominasi warna netral yang elegan. Dinding kaca yang besar memperlihatkan pemandangan kota dari lantai atas, sementara lampu-lampu kristal menggantung dengan anggun di langit-langit. Ceira masih tidak percaya bahwa kini ia akan tinggal di sini—berdua saja dengan Daniel.
Ia menghela napas panjang. "Ya Tuhan, aku benar-benar tinggal berdua dengan pria ini sekarang! Bagaimana kalau terjadi sesuatu?" pikirnya panik. Meskipun mereka suami istri yang sah, tetap saja Ceira merasa canggung.
"Di sini kamu bebas menggunakan kamar mana pun, tapi lebih baik aku sarankan kamar disebelah kamarku, itu sudah dibersihkan dan lebih rapih. Dan kalo mau kamar yang lain silahkan, tapi harus dibersihkan soalnya banyak sekali debu." ujar Daniel dengan nada datar.
Ceira mengangguk ragu sambil tersenyum canggung. "I-iya."
"Percuma dong apartemen semewah ini tapi kamarnya ada yang berdebu, ish ish ish tak patut. Atau dia sengaja ya ngejebak gue buat kamarnya bersebelahan biar bisa .... aaaaaaaa omg!!!!!!" jerit Ceira dalam hati.
Daniel menatapnya sekilas lalu berjalan menuju ruang kerja tanpa menoleh. "Aku tidak suka diganggu saat tidur. Jadi jangan coba sekali kali mengangguku atau berteriak di apartemen ini karna kekonyolanmu saat aku sedang tidur," peringat Daniel. Mengingat selama di rumah Ceira suka sekali teriak-teriak tiba-tiba akibat kekonyolannya sendiri.
"Nyenyenye, dasar om om." ejek Ceira begitu tidak melihat keberadaan Daniel yang sudah menghilang ke ruang kerjanya.
Ceira mendengus pelan meratapi nasibnya. Bagaimana bisa pria itu, dia begitu santai sementara Ceira hampir kena serangan jantung karena harus tinggal satu atap dengannya? Ceira harus terus-terusan was-was sebisa mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak dia inginkan. Ceira bahkan sekarang berusaha mengabaikan debaran aneh di dadanya yang entah kenapa tiba-tiba muncul, apakah dia memiliki penyakit jantung? Ah tidak mungkin, semoga saja tidak.
Ceira pun mulai mengelilingi apartemen dan mencoba membiasakan diri sebisa mungkin di sini.
...----------------...
Malamnya, setelah mandi, Ceira keluar dari kamarnya dengan rambut yang masih basah. Ia mengenakan piyama longgar berwarna biru pastel yang terlihat nyaman. Tenggorokan nya kering sejak tadi, ia pun berjalan menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa diminum untuk menyegarkan tenggorokan nya, dan dia tidak sadar bahwa lantai di dekat dapur sedikit licin.
Sehingga.....,
"KYAA!"
Kakinya terpeleset, tubuhnya hampir terjatuh ke belakang, namun dalam sekejap ada sebuah tangan kekar menangkapnya. Ceira menutup mata nya rapat-rapat, mengira dirinya akan jatuh dan sudah siap dengan apapun yang akan terjadi, tetapi malah merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pipinya.
Saat membuka mata, ia mendapati wajah Daniel begitu dekat dengannya. Bibirnya—oh tidak, bibirnya baru saja menyentuh pipi Daniel! Ceira membeku. Daniel juga tampak terkejut, tetapi ekspresinya tetap tenang seperti biasa.
Mungkin orang ini tipe golongan manusia patung hingga tetap tenang dalam situasi apapun, berbeda dengan Ceira.
"Apa kamu baru saja menciumku?" tanya Daniel, alisnya sedikit terangkat.
Ceira langsung menjauh dan memegangi pipinya yang terasa panas dan bisa dipastikan saat ini kedua pipinya sudah memerah seperti tomat. "I-Itu gak sengaja! Aku terpeleset! Bukan maksudku! Ya namanya musibah gak ada yang tau. Maap," elak Ceira.
Daniel menatapnya lama sebelum akhirnya menghela napas. "Dasar ceroboh."
"Heh, bukan salahku. Salahin aja lantainya kenapa licin!"
Daniel hanya menggeleng kemudian tersenyum samar lalu berlalu pergi, meninggalkan Ceira yang masih sibuk menenangkan jantungnya yang berdegup cepat.
"Dia selalu punya banyak alasan untuk membela dirinya," batin Daniel.
...----------------...
Beberapa hari tinggal di apartemen, Ceira perlahan mulai terbiasa, meskipun terkadang setiap kali Daniel ada di dekatnya, ia merasa jantungnya bekerja dua kali lebih keras dari biasanya. Daniel memang jarang pulang karena pekerjaannya yang sibuk, tetapi setiap kali mereka bertemu di apartemen, selalu ada saja kejadian yang membuat Ceira canggung.
"Sepertinya gue harus ke dokter jantung buat ngecek kesehatan jantung gue. Kan gak lucu seorang wanita muda meninggal karna penyakit jantung akibat ulah suaminya," gumam Ceira.
Malam ini Ceira sedang duduk di sofa ruang tamu, asyik menonton film romantis favoritnya sambil makan popcorn. Ia begitu terhanyut dalam cerita sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Daniel yang baru saja keluar dari kamarnya, hanya dengan mengenakan celana panjang dan kaos tipis yang memperlihatkan otot lengannya yang kokoh.
"Lagi nonton apa?" tanya Daniel sambil melirik layar TV.
Ceira tersentak. "A-Ah! Oh ini cu-cuma film biasa. Kamu pasti gak akan tertarik. Ngebosenin hehe."
Daniel berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya. Ceira meneguk ludah. Kenapa dia duduk di sini? Bukankah dia biasanya mengabaikanku?
Di layar TV, adegan romantis sedang berlangsung. Sang pemeran utama pria menatap dalam-dalam ke mata pemeran wanita, lalu perlahan mendekatkan wajahnya untuk mencium sang gadis. Ceira merasa pipinya semakin panas.
"Aduh, kenapa harus adegan ini yang muncul sekarang?! Gak tepat banget."
Ia mencuri pandang ke arah Daniel, dan mendapati pria itu sedang menatapnya. Tatapan itu begitu intens, seolah bisa membaca pikirannya. Jarak mereka terlalu dekat. Bahkan sangat dekat.
"Ke-Kenapa menatapku begitu?" tanya Ceira gugup.
Daniel tidak langsung menjawab. Ia hanya tersenyum tipis. "Gak ada. kamu ternyata lucu juga kalo lagi gugup gitu."
"Ih kata siapa aku gugup! Enggakkk tuh. Biasa aja!!!"
"Oh ya?" Daniel sedikit mendekat, membuat Ceira spontan mundur. Sayangnya, sofa tidak memberinya ruang untuk bergerak lebih jauh.
"D-Daniel! Apa yang kamu lakukan?!"
Daniel terkekeh. "Tenang saja, aku tidak akan mencium gadis yang bahkan tidak bisa menatapku tanpa wajahnya yang memerah."
Ceira mematung, "Bentar-bentar, ini Daniel yang gue kenal? Dia baru aja tertawa di depan gue. OMG ganteng pwooolllll kalo gini!!!"
Biasanya Daniel hanya menampilkan tatapan datar, tanpa sedikit pun senyum ketika berbicara dengan nya. Dan sekarang..... Oh tidak ini sangat langkah.
Dan kalo seperti ini, kegantengannya akan bertambah 100000x lipat.
Ceira langsung menutupi wajahnya dengan bantal. "Dasar om om menyebalkan."
Daniel hanya tertawa kecil. Itu pertama kalinya Ceira mendengar suara tawa pria itu dengan begitu lepas.
Apakah Ceira baru saja meruntuhkan sebuah gunung es?
...----------------...
Hari-hari di apartemen menjadi lebih berwarna. Ceira masih merasa canggung, tetapi perlahan ia mulai bisa menikmati kebersamaan mereka, meskipun sering kali Daniel berhasil membuatnya salah tingkah. Setiap sentuhan kecil, setiap tatapan, selalu membuat jantungnya berpacu lebih cepat.
Namun, di balik semua itu, Ceira tidak sadar bahwa seseorang sedang mengawasinya. Seseorang yang sejak awal tidak setuju dengan pernikahan ini, dan kini tengah menyiapkan rencana untuk mengganggu kebahagiaan mereka.
Bersambung.....
maka nya aku baru baca prolog nya
oh ya kak jangan lupa baca novel aju judul nya Istri kecil tuan mafia