NovelToon NovelToon
Bintang Hatiku

Bintang Hatiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:984
Nilai: 5
Nama Author: lautt_

Di antara pertemuan yang tidak disengaja dan percakapan yang tampak sepele, terselip rasa yang perlahan tumbuh. Arpani Zahra Ramadhani dan Fathir Alfarizi Mahendra dipertemukan dalam takdir yang rumit. Dalam balutan nilai-nilai Islami, keduanya harus menavigasi perasaan yang muncul tanpa melanggar batasan agama. Bersama konflik batin, rahasia yang tersembunyi, dan perbedaan pandangan hidup, mereka belajar bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang kesabaran, keikhlasan, dan keimanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lautt_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hati yang tak pernah diam

"Ada hati yang bicara tanpa kata, hanya lewat rindu yang terjaga dalam doa."

 

Pagi yang Penuh Tanda Tanya

Hari itu langit tampak cerah, tapi hati Arpani Zahra Ramadhani justru dipenuhi awan abu-abu. Pagi tadi, saat ia membantu ibunya di dapur, pikirannya masih tertinggal di pasar—tepat di momen singkat saat ia dan Fathir Alfarizi Mahendra saling bertemu.

Pertemuan itu sederhana, tanpa banyak kata, tapi cukup membuat jantungnya berdebar lebih dari biasanya. Ada sesuatu di tatapan mata Fathir, sesuatu yang tak bisa diungkapkan lewat pesan singkat.

“Arpa, kamu kenapa dari tadi diem aja?” tanya Siti Rahmawati, ibunya, sambil mengiris bawang.

Arpa tersentak dari lamunannya. “Eh, nggak apa-apa, Bu.”

Bu Rahma tersenyum tipis. “Ibu lihat kamu beda. Masih kepikiran anak itu ya? Fathir?”

Wajah Arpa memanas. “Ih, Bu…”

Bu Rahma terkekeh kecil. “Nggak apa-apa kok, Nak. Ibu ngerti kok. Tapi ingat, ya, hati itu harus dijaga. Jangan biarkan harapanmu lebih besar dari doamu.”

Arpa menunduk. Kata-kata ibunya benar. Ia harus berhati-hati, jangan sampai perasaan ini melangkah terlalu jauh.

 

Sementara Itu, di Pondok Pesantren

Di pondok pesantren Al-Furqan, Fathir duduk di taman kecil yang biasa ia kunjungi untuk menghafal Al-Qur’an. Tapi kali ini, mushaf di tangannya hanya terbuka tanpa satu pun ayat yang benar-benar ia baca. Pikirannya penuh oleh pertemuan singkat dengan Arpa di pasar.

“Astaghfirullah…” gumamnya pelan, mencoba mengusir bayangan itu.

Tak lama kemudian, Irwansyah Pratama muncul dari balik pohon sambil membawa dua gelas teh hangat.

“Bro, nih teh biar pikiranmu adem,” goda Irwansyah sambil menyerahkan segelas teh.

Fathir tersenyum kaku. “Makasih, Yah. Emang gue kelihatan kepikiran banget, ya?”

Irwansyah duduk di sebelahnya, menyeruput teh. “Banget. Lo pikir gue nggak tau? Udah kelihatan dari sorot matamu.”

Fathir tertawa kecil, tapi ada keseriusan di wajahnya. “Gue bingung, Yah. Gue udah coba menjaga jarak, tapi kenapa malah makin susah ngelupain?”

Irwansyah menepuk pundaknya. “Karena hati nggak segampang itu buat dikendalikan. Tapi lo masih bisa ngarahin ke tempat yang benar.”

“Gimana caranya?” tanya Fathir.

Irwansyah tersenyum. “Doa, bro. Kalau lo ngerasa dia bikin lo makin dekat ke Allah, ya doain aja. Tapi kalau malah bikin lo lalai, lebih baik tarik diri.”

Fathir mengangguk, memikirkan kata-kata sahabatnya. Mungkin memang sudah saatnya ia menguatkan hatinya lagi, bukan hanya menunggu jawaban dari perasaan sendiri, tapi dari Allah.

 

Sebuah Pesan yang Mengejutkan

Malam harinya, saat Arpa sedang duduk di balkon rumahnya, ponselnya bergetar. Nama pengirimnya membuat jantungnya berdebar kencang.

Fathir: “Assalamualaikum, Arpa. Maaf kalau aku ganggu. Boleh aku bicara sebentar?”

Arpa menatap layar ponsel cukup lama sebelum akhirnya membalas.

Arpa: “Waalaikumsalam, Fath. Iya, ada apa?”

Fathir: “Aku cuma mau bilang… aku tahu kita jarang ngobrol lagi. Tapi aku tetap doain kamu kok. Aku cuma pengen kita sama-sama saling jaga hati. Karena aku takut kalau perasaan ini malah melanggar batas.”

Arpa membaca pesan itu berkali-kali. Ada perasaan hangat yang mengalir, tapi juga getir. Ia tahu Fathir sedang berjuang sekuat tenaga untuk menjaga semuanya tetap berada dalam koridor syariat.

Arpa: “Makasih udah jujur, Fath. Aku juga ngerasain hal yang sama. Aku takut kalau kita makin deket, malah makin susah menjaga hati. Tapi aku juga nggak mau ngehindar.”

Ada jeda lama sebelum Fathir membalas.

Fathir: “Aku juga nggak mau ngehindar. Aku cuma pengen kita sama-sama kuat. Yuk, kita saling mendoakan aja. Kalau Allah mengizinkan, mungkin suatu hari kita bisa ketemu lagi dalam keadaan yang lebih baik.”

Air mata Arpa mengalir pelan. Ia mengetik balasan sambil tersenyum.

Arpa: “Aamiin, Fath. Terima kasih sudah jadi laki-laki yang bisa menjaga diri dan menjaga aku dari jauh."

 

Malam itu, di dua tempat yang berbeda, dua hati yang saling menjaga kembali bertaut dalam doa. Tidak ada janji, tidak ada kepastian. Tapi ada harapan yang terselip, bahwa cinta yang dijaga akan menemukan jalannya.

"Ya Allah, jagalah hati ini hingga Engkau ridhoi waktu yang tepat untuk mempertemukan kami kembali."

 

“Cinta yang tulus bukan tentang seberapa sering kalian berbicara, tapi seberapa kuat kalian saling menjaga meski jarak memisahkan.”

1
Uryū Ishida
Gemesin banget! 😍
✨♡vane♡✨
Baca cerita ini adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu luangku
Dandelion: Jangan bosan ya bacanya
total 1 replies
KnuckleBreaker
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!