Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Bab 5
3 hari selama Aslan pergi, Nadia terus memfokuskan dirinya dalam pekerjaan. Banyak hal yang sudah dia pelajari.
Wanita yang hatinya tengah terluka, maka bisa melakukan apapun untuk membalaskan dendam.
Baru berada 3 hari di perusahaan itu, namun kerja Nadia sudah diakui oleh semua orang.
Penampilannya yang semakin cantik pun sempat membuat Steve melirik.
Ketika di hadapan semua orang, Nadia nampak begitu bersemangat, namun dalam kesendiriannya. Steve selalu bisa bisa melihat kesedihan dari kedua mata itu.
Bahkan Jacob sang asisten yang juga sahabatnya pun selalu menyebut Nadia sebagai wanita aneh, untung cantik dan kerjanya bagus.
Antara Zayn dan kantor kini sudah memenuhi kepala Nadia. Dia tidak sempat memikirkan tentang pria badjingan itu.
Nadia bahkan tidak lagi menunggu, apakah Aslan akan menelpon atau tidak, apakah Aslan akan mengirim pesan atau tidak.
Semuanya sudah jadi terserah. Dia tak sudi mengemis tentang perhatian. Perihal Zayn pun cukup kasih sayang darinya saja.
"Nad, antar berkas ini ke ruangan pak Dirut, kamu belum menghadap beliau kan? nanti sekalian kamu perkenalkan diri sebagai admin baru di perusahaan ini, ya?" ucap pak Hasan, atasannya.
"Baik Pak, nanti saya akan perkenalkan diri."
"Bagus, sana pergilah."
Dengan membawa setumpuk dokumen di tangannya, Nadia menuju lantai 5. Bertemu dengan Jacob lebih dulu.
Nadia tahu siapa pria itu, sang asisten Boss.
"Selamat pagi Tuan, Perkenalkan nama saya adalah Nadia bagian admin baru di perusahaan ini."
" Apa yang kamu lakukan di lantai ini?"
"Pak Hasan meminta saya Untuk mengantarkan semua dokumen ini pada tuan Steve."
Jacob menatap penuh selidik, makin dia tatap Nadia makin tampak cantik saja. Rambutnya yang bergelombang digerai dengan begitu rapi.
Dimana wanita gila itu? kenapa sekarang dia terlihat berbeda. Batin Jacob.
"Masuk lah, tuan Steve sudah menunggu."
"Terima kasih Tuan."
"Jangan panggil Tuan, itu hanya untuk Tuan Steve, panggil aku asisten Jack."
"Baik," jawab Nadia patuh, tersenyum dan menundukkan kepalanya sedikit.
Setelahnya benar-benar masuk ke dalam ruangan sang Direktur Utama.
"Permisi Tuan, perkenalkan nama saya adalah Nadia, bagian Admin baru, pak Hasan meminta saya untuk mengantarkan berkas-berkas ini pada Tuan."
"Letakkan di atas meja," balas Steve dengan suaranya yang berat.
Nadia sebenarnya saat ini merasa takut dan gugup, ini adalah pertemuan pertamanya dengan sang direktur utama, kedua mata Steve yang tajam makin membuatnya tak berkutik.
Sejak tadi Nadia hanya menunduk, tidak berani membalas tatapan itu.
Sementara Steve malah menatap lekat, wanita ini sudah menabrak mobilnya hingga meningalkan bekas yang nyata, butuh uang dan waktu untuk membuatnya kembali sempurna.
Tapi wanita ini seolah tidak pernah melakukan kesalahan itu.
Atau bahkan dia tidak sadar jika mobil yang pernah ditabraknya adalah milik Steve.
"Siapa nama mu?"
"Nadia Tuan."
"Wajahmu terlihat tidak asing, apa sebelumnya kamu pernah menabrak mobil seseorang?"
Deg! jantung Nadia seketika berdenyut. Ingatannya kembali berputar beberapa waktu lalu, saat dia mengalami kecelakaan di jalanan.
Ya, Nadia memang pernah menabrak mobil. Tapi mobil apa, mobil siapa, Nadia tidak mengetahuinya sama sekali.
Semuanya itu seperti mimpi yanh langsung hilang saat dia bangun.
Apa jangan-jangan itu mobil milik tuan Steve? tidak mungkin. Dunia ini terlalu luas untuk jadi sebuah kebetulan.
Tapi bagaimana jika iya?
Nadia sangat bingung.
"Ma-maaf Tuan, sa-saya tidak pernah menabrak mobil," jawab Nadia gagap, entah kenapa pula dia menjawab seperti itu. Padahal niatnya ingin mengaku, tapi entah kenapa yang keluar malah lain.
Steve tersenyum miring.
"Oh, bukan ya? Baiklah, kamu boleh keluar."
Huuh, Nadia bernafas lega, berbalik dan seketika mendelik saat melihat Aslan dan Cindy masuk ke dalam ruangan ini ...
Deg!