Fahira harus menelan pil pahit setelah kematian ibu nya, ia harus di jodohkan dengan orang yang telah membuat ibunya meninggal dunia.
Mengandung anak bukan alasan untuk Fahira harus menjalani hubungan pernikahan (rahasia) di sekolah, Sisi lain Fahira tidak mau mengorbankan masa depan yang panjang karena ia masih kelas 3 SMA.
Seiring berjalannya waktu, kebencian Fahira berubah menjadi cinta. Tentunya itu tidak semulus yang mereka harapkan.
Bahkan kedua nya sempat berpisah dengan waktu yang cukup lama dan akhirnya bersatu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Hasil Testpack
Di jam 03.00 dini hari, Fahira terbangun dari tidurnya. Hasil testpack yang di beli Rey semalam menunjuk ke arah strip dua.
Semalam itu, setelah alat testpack dicelupkan di urine nya Fahira. Fahira masih gak percaya kalau ia akan mempunyai seorang anak.
Seolah Fahira merasa tidak senang dengan kehadiran anak di rahim nya. Bukan nya itu kabar bagus? harusnya gadis itu meyambut bahagia dong. Lagi pula kan mereka juga sudah nikah.
Selain masih sekolah, masih banyak yang harus di urus oleh keduanya. sebut saja ujian tingkat nasional, belum lagi ada beragam praktek ujian dari guru mata pelajaran.
"Ya allah, semuda ini kah kau berikan hamba mu anak?" Batin Fahira sambil menatap wajah Rey yang terlalu dekat dengan wajah nya.
Gadis itu hampir saja menjerit, lebih kaget lagi saat melihat kedua tangan Rey yang melingkar di pinggang nya.
Fahira pelan-pelan melepas pelukan Rey, lanjutnya ia turun dari ranjang, gadis itu ingin bergegas mandi, sehabis mandi niatnya akan sholat subuh.
Tak lama, Rey terbangun dari tidur nya. Pandangan mata nya menatap tubuh Fahira yang sudah di lilit handuk sebatas pinggang.
"Neng, apa kamu mau mandi? kan kamu lagi sakit" Sengau Rey.
Fahira mendelik ke belakang "Aku kalau mau sholat subuh ga bisa kalau gak mandi A"
"Tunggu... Tunggu" Cegah Rey langsung duduk. "Pakai dulu baju kamu, Aa siapkan air hangat untuk kamu mandi" Pinta Rey, pria itu bangkit dari ranjang nya.
"Oke" Fahira menuruti nya, Ia kembali ngambil piyama tidur yang dicantolkan ke tembok.
Tak lama air yang di masak Rey sudah mendidih, Air panas itu langsung Rey masuk kan ke dalam ember bersih.
Shower air di rumah nya masih ada trouble, mau gak mau Rey harus effort memasak air panas untuk Fahira mandi.
"Den, untuk air bak nya sudah bibi isi ya" Kata Bik Lastri menghampiri.
Rey menoleh "Makasih ya bik, hm.. Punten bik habis ini bibi siapkan sarapan untuk Fahira ya, aku mau hangatkan air panas ini dulu pakai air bak" Pinta nya, Bik Lastri pun menuruti keinginan Rey.
Setelah semua siap, Rey kembali ke kamar, ia membantu Fahira berjalan penuh kelembutan.
Fahira menoleh ke arah Rey, lama-lama kalau diperlakukan istimewa seperti ini kebencian pada dirinya akan semakin redup.
Apa lagi perlakuan dari Rey yang selama ini terus melindungi Fahira dari perundungan saudara tiri nya.
Sampai di ambang pintu kamar mandi, Rey meninggalkan Fahira untuk membiarkan nya mandi.
Pria itu melangkah ke arah dapur, mengecek Bi Lastri disana. Ia sedikit bernapas lega, sebab bik Lastri sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
Rey pun duduk sambil memainkan ponsel, pria itu sedang mengabarkan orang tua untuk mengadakan doa serta syukuran untuk kehamilan Fahira di hari minggu.
Walau pernikahan ini rahasia, namun Rey ada inisiatif untuk mendoakan yang terbaik untuk calon buah hati nya.
"Pasti Fahira akan menyambut baik niat saya ini" Gumam Rey dengan senyuman, dan senyuman itu langsung berubah menjadi kepanikan.
"AAAAAAA" Pekik Fahira di kamar mandi. Rey pun terhentak berlari ke sumber suara.
"Sayang, ada apa?"
Fahira langsung memeluk Rey ketika pintu kamar mandi sudah dibuka "Itu, ada kecoak Aa. Neng takut"
Selain shower mati, kamar mandi nya pun ada serangga yang suka membuat kaum hawa menjerit, apa mungkin rumah ini sudah tidak lagi terurus?
Rey masuk dengan berani, mengambil kecoak itu pakai tangan terbuka. Dan membuang nya ke luar rumah, membiarkan kecoak itu tetap hidup tanpa membunuhnya.
Tak lama Rey ingin pergi ke kamar nya lagi, niat nya sama dengan Fahira, hanya saja Fahira masih trauma dengan kecoak yang menurutnya menyebalkan.
"Sayang sudah aman gak ada kecoak, lanjut mandinya ya" Kata Rey seraya memastikan kalau semua sudah aman, telapak tangan nya tak pernah berhenti mengelus puncak kepala Fahira.
Entah pria itu memegang nya dengan tangan yang habis pegang kecoak atau tidak.
Fahira masih gak mau melepaskan kedua tangan nya yang masih bergelanyut di lengan Rey. Gadis itu masih menatap sekitar dengan waspada.
"Sayang, itu nanti airnya keburu dingin" Kata Rey. Fahira menggeleng kepala, gadis itu masih speachless, mungkin saking trauma nya dengan kecoak.
Karena sebelum kejadian, kecoak itu naik-naik ke kaki Fahira yang membuat nya menjerit.
"Aa tunggu di depan pintu kamar mandi neng, kalau ada apa-apa di dalam bilang aja" Kata Rey, Fahira pun menurutinya.
Situasi pun sudah kondusif, Fahira menyalimi punggung telapak tangan Rey sehabis sholat subuh berjamaah.
Telapak tangan Fahira panas nya sedikit mereda. "Syukurlah kamu cuma demam lewat"
"Iya Aa, makasih banyak ya atas perlakuan baik nya ke neng" Kata Fahira.
"Iya sama-sama sayang" Jawab Rey dengan senyuman. Kondisi ini seakan terngiang di pikiran Rey, sebab dulu dengan Naysila, pria itu pernah mengimami sholat untuk Naysila dan gadis itu menyalimi tangan Rey.
Rey semakin sulit move on dari Nay.
Notifikasi ponsel dari Rey tiba-tiba berbunyi, lalu Rey melihat nya, selain orang tua sudah menyetujui rencana syukuran dari Rey.
Ada Naysila yang mengirim pesan whatsapp untuk membangunkan Rey tidur, ya wanita kuliahan itu menyuruh Rey untuk sholat subuh.
Walau Naysila sifat nya sedikit frontal. Dari dulu sampai sekarang Naysila tak pernah berhenti mengajak Rey ke arah kebaikan.