"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.
Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.
Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.
Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Ke mana kamu pergi setelah kabur dari rumah?" tanya Vian dengan rasa ingin tahu.
"Aku menginap di salah satu hotel milik keluarga ku. Lalu di tengah perjalanan, aku menemukan tempat ini. Aku sangat lapar dan ingin sekali makan apa saja, itulah alasanku datang ke sini. Aku tidak akan pernah melirik tempat ini jika aku tidak sedang putus asa," jawab Aletta
Delvan akhirnya mengerti mengapa Leo tidak mempublikasikan hilangnya adiknya
Meskipun Aletta melarikan diri, dia masih aman karena berada di salah satu hotelnya dan tidak ada orang normal yang berani menyakitinya di sana.
"Wow, kakak ipar! Aku tidak pernah membayangkan bahwa kamu pernah menjadi..." Vian berhenti tiba-tiba saat Delvan menatapnya dengan tatapan mematikan. Tatapan yang mengancam akan membunuh nya jika dia menyelesaikan apa yang akan dikatakannya.
"Menjadi anak manja?." Tanya Aletta melengkapi kata-kata Vian. "Kenapa kamu menghentikan perkataan Vian? Lagipula dia tidak akan mengatakan sesuatu yang salah." Katanya pada Delvan saat menyadari tatapan tajamnya yang membuat Vian berhenti bicara. "Dulu aku adalah anak manja, dan tak ada yang bisa mengubah kenyataan itu." Imbuh Aletta
"Apa yang membuatmu berubah?." Tanya Delvan
Ekspresi wajah Aletta langsung berubah dingin saat dia mendengar pertanyaan Delvan
Pertanyaannya itu membuatnya teringat kenangan buruk dan menyakitkan. Kenangan yang sudah ia lupakan dan tak ingin ia bicarakan. "Aku lebih baik tak membicarakannya!" katanya tegas.
Aletta bisa saja memilih untuk berbohong kepada Delvan, tetapi dia tahu lebih baik. Delvan akan langsung tahu kalau Aletta berbohong karena dia pembohong yang buruk.
"Baiklah," kata Delvan singkat dan Aletta merasa bersyukur karena Delvan tidak memaksakan masalah itu.
"Tunggu, jadi apa yang terjadi pada wanita itu yang Kakak mu sukai? Kamu akhirnya kembali ke rumah, jadi apakah itu berarti Kakak mu meninggalkannya untuk menyenangkanmu?" Tanya Vian
"Apa? Tidak! Dia tidak meninggalkannya," jawab Aletta
"Jadi di mana dia sekarang?." Tanya Vian lagi sedikit bingung mendengar jawaban Aletta
"Dia ada di rumah kakak ku sebagai istrinya. Memangnya menurut mu mana lagi dia selain di rumah kakakku?."
Vian tersentak kaget mendengar pengakuan Aletta. "Tunggu! Tunggu dulu! Kamu bilang wanita yang kamu benci adalah Alexia, istrinya Kak Leo?." Tanya nya.
"Tentu saja Alexia. Siapa lagi, bodoh?." Aletta balik bertanya dengan nada bicaranya yang terdengar kesal.
Vian tidak dapat mempercayai hal itu. Aletta dulunya sangat membenci Alexia. Semua orang tahu betapa dekatnya Aletta dengan kakak iparnya.
Alexia bahkan dianggap sebagai satu-satunya teman yang dimiliki Aletta. "Tapi kalian berdua begitu dekat satu sama lain. Sulit dipercaya bahwa kalian pernah membencinya!"
"Ya, aku mengerti mengapa begitu sulit bagimu untuk percaya, tapi itu benar. Kakakku berhasil meyakinkanku untuk kembali ke rumah dan memberinya kesempatan dan aku belum pernah memberinya kesempatan yang akhirnya membuat ku menyesalinya sejak saat itu." Jelas Aletta.
Ponselnya tiba-tiba berdenting yang menandakan bahwa ia telah menerima sebuah pesan. "Tunggu sebentar," kata Aletta sembari mengambil ponselnya untuk membaca pesan tersebut.
Delvan terus memperhatikan raut wajah Aletta yang tiba-tiba berubah saat membaca pesan itu. Tampaknya apa yang dibacanya sama sekali tidak bagus.
'Sial!' Aletta mengumpat dalam hati saat membaca pesan itu. Alexia-lah yang mengirim pesan padanya.
Alexia bertanya-tanya tentang apa yang terjadi antara Aletta dan kakaknya, hingga pria itu pulang dengan keadaan sangat marah.
Aletta benar-benar lupa tentang kakak nya dan fakta bahwa mengapa dia marah padanya. Aletta merasa perlu segera berbicara dengan Alexia tentang apa yang terjadi.
Wanita muda itu mulai mengetik balasan di pesan Alexia, tetapi sebelum Aletta bisa mengirimnya, dia menerima pesan lain dari Alexia yang menyuruhnya pergi ke rumahnya karena Leo sedang menuju ke sana.
"Kita sudah selesai makan. Bisakah kita pergi?" tanya Aletta dengan tidak sabar.
Vian melihat jam tangannya dan melihat mereka sudah menghabiskan lebih dari empat puluh lima menit di restoran itu. Dia ada rapat dan dia akan terlambat jika tidak pergi sekarang. "Ya, kita harus pergi."
Delvan membayar tagihan dan kemudian mereka bertiga meninggalkan restoran.
***
"Hei, kamu baik-baik saja?" tanya Delvan dengan suara lembut saat ia menyadari bahwa Aletta tengah asyik dengan pikirannya.
"Ya, aku baik-baik saja," jawab Aletta. Ia melihat ke luar jendela dan melihat bahwa mereka sudah kembali ke perusahaan Delvan.
Aletta pasti begitu asyik dengan pikirannya sehingga tidak menyadari hal ini.
"Apa yang sedang kamu pikirkan? Apakah ada hubungannya dengan pesan yang kamu terima?" tanya Delvan.
Pria itu dapat memperhatikan bagaimana suasana hati Aletta yang tiba-tiba menjadi suram saat menerima pesan itu. Karena itu, dia menyimpulkan bahwa pesan itu pastilah yang membuat Aletta merasa khawatir.
"Dengar, aku harus pergi sekarang," jawab Aletta, mengabaikan pertanyaan Delvan. "Aku tidak bisa menandatangani kontrak hari ini dan mungkin aku akan menandatanganinya saat kita bertemu lagi. Selamat tinggal Delvan." Tanpa menunggu jawaban Delvan, Aletta membuka pintu dan keluar dari mobil.
Delvan memperhatikan Aletta yang langsung memasuki mobilnya sendiri dan segera melaju pergi. Senyum jahat tiba-tiba muncul di bibir Delvan.
Aletta tidak menyadari bahwa dia baru saja menandatangani hukuman matinya dengan menyetujui untuk menikah dengannya. 'Sebentar lagi, kamu akan membayar semua yang telah kamu lakukan pada Jessica,' janji Delvan.
***
Aletta mendesah pasrah saat memasuki mobilnya. Ia telah melakukan apa yang seharusnya ia lakukan di kantor Delvan, tetapi dengan risiko membuat kakaknya kesal.
Ia bisa merasakan kecemasannya kembali saat ia berkendara pulang. Hal ini disebabkan karena ia harus menghadapi kakaknya yang marah.
Aletta tahu bahwa kakaknya tidak ingin dia menikah dengan Delvan dan itulah sebabnya dia tidak menekan Aletta untuk membuat keputusan.
Aletta tahu kakaknya siap menanggung beban yang akan terjadi jika dirinya menolak perjodohan pernikahan itu, tetapi Aletta tidak bisa melakukan itu pada kakaknya
Leo selalu ada untuknya saat Aletta membutuhkan bantuan kakaknya nya itu dan telah melakukan banyak hal untuknya.
Aletta tidak akan pernah bisa hidup dengan dirinya sendiri jika dia membalasnya dengan mengganggunya dan itulah sebabnya dia membuat keputusan untuk menikahi Delvan.
"Aku harus menenangkan kemarahan kakak." gumam Aletta saat tiba di rumahnya. Gerbang rumah besar itu terbuka dan dia pun masuk.
'Kita mulai.' Batin Aletta dalam hati saat memasuki rumah besar itu.
"Nona." salah seorang pelayan memanggilnya. "Tuan muda ada di sini. Dia sudah menunggu Anda selama lebih dari dua puluh menit dan dia tampak tidak senang." Kata pelayan itu memberitahu Aletta.
"Dimana kakak sekarang?" tanya Aletta
"Dia ada di ruang kerja, Non," jawab pelayan itu.
Aletta menganggukkan kepalanya dan menyuruh pelayan itu pergi. "Kamu boleh pergi, aku akan memanggil mu jika kami butuh sesuatu."
Pelayan itu membungkuk dan kembali ke dapur.
Aletta kemudian menuju ruang kerjanya di mana Leo yang marah sedang menunggunya.
Ia sampai di ruang kerja dan membuka pintunya perlahan. Ia melihat Leo yang tengah duduk di sofa sembari memeriksa berkas-berkas kantornya saat Aletta masuk.
"Akhirnya kamu pulang juga. Kakak pikir kamu akan menghabiskan hari ini bersama Delvan." Kata Leo dengan nada yang sinis tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkasnya.
Aletta berdiri di depan pintu dengan canggung karena tidak tahu harus berkata apa pada kakaknya. Ia segera menunduk seperti anak kecil yang ketahuan melakukan kesalahan ketika Leo akhirnya menatapnya.
"Duduk! Kita punya banyak hal untuk dibicarakan..."