Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Nafsu Abi yang tadi nya sudah memuncak, kini malah down kembali. Ia begitu terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Hanin. Entah kenapa Hanin bisa mengatakan hal itu.
Sepolos itu kah istri nya Hanin. Sampai adegan malam pertama pun ia tidak tahu. Apa yang selama ini dilakukan gadis itu di kampung. Abi sama sekali tidak tahu.
Rencana nya, akan ia tanyakan pada Ibu nya saja. Jika bertanya pada Hanin, takut nya istri nya itu akan berbohong.
"Bang Abi tidak jadi makan Hanin? Kan udah Hanin bilang, kalau daging Hanin nggak enak."
"Sudah lah Hanin. Lebih baik kita tidur saja. Abang sudah ngantuk." Ucap Abi dengan wajah yang tampak tidak bersahabat.
Naluri lelaki nya seketika memudar. Walaupun mata nya tetap saja menuju ke satu arah. Dua benda kembar milik Hanin, yang bergoyang karena tidak di pakaikan pengaman.
Bahkan benda itu masih sempurna. Seperti nya, memang belum ada yang menjamah nya selama ini.
"Bang Abi masih mau?" Tunjuk Hanin ke arah dua benda kembar milik nya.
Sontak hal itu membuat Abian melotot. Kenapa Hanin tidak keberatan sama sekali.
"Apa kamu sudah biasa memberikan nya pada orang lain, ketika orang lain melihat ke arah benda itu?"
"Tidak. Kan selama ini, Hanin pakai jilbab panjang. Jadi, nggak ada yang bisa melihat mereka. Dan, mereka ini cuma boleh untuk suami Hanin. Begitu kata pak Ustad."
"Apa Pak Ustad mengatakan terus terang tentang benda ini." Tunjuk Abi sambil sedikit mencolek nya.
"Tidak begitu. Pak Ustad hanya mengatakan tentang aurat yang boleh di lihat dan tidak boleh. Bukan itu aja. Pak Ustad bilang jadi perempuan jangan mau di pegang sana sini. Berdosa. Nanti, Ayah dan Ibu masuk neraka gara-gara anak perempuan nya."
"Kalau tentang pernikahan, apa nggak pernah di bahas?"
"Ada."
"Tentang apa itu?" Abi begitu bersemangat mendengar nya.
Awal berjumpa dengan Hanin, ia biasa aja. Hanya rasa kasihan yang ia rasakan saat melihat wanita itu.
Namun, saat mereka sering bertemu, ada rasa lain yang Abi rasakan pada Hanin. Abu pun tidak tahu rasa apa.
Hanin yang begitu lucu dan polos, membuat nya ingin selalu mendengar kan suara Hanin dan celoteh Hanin yang terdengar lucu.
Baru kali ini juga, ia bertemu dengan wanita suci yang benar-benar masih polos. Biasa nya di luar sana, wanita-wanita yang mengejar Abi, rata-rata sudah tidak pera-Wan lagi.
Namun, Abi tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Bagi nya, kalau sudah cinta, tidak masalah jika tidak pera-Wan.
Akan tetapi saat ini, ia malah mendapatkan istri yang luar biasa suci nya. Bahkan di sentuh oleh lawan jenis pun belum pernah.
"Ya tentang kewajiban istri. Harus nurut ke suami gitu."
"Tentang hal lain, apa tidak di beritahukan?"
"Contoh nya, gimana Bang Abi?"
"Hmm,,, contohnya gimana ya. Hmmm."
"Kalau Bang Abi nggak tahu, nggak apa. Nantinya kita belajar sama-sama ya Bang Abi."
"Eh,, iya. Iya. Oh ya Hanin, Hanin dulu punya pacar?"
"Pacar? Nggak boleh pacaran. Berdosa."
"Ah, Abang nggak percaya. Pasti dulu Hanin punya cowok yang Hanin suka."
"Iya. Dulu ada. Hanin suka sekali dia. Apalagi pas dia mengaji dan adzan di surau. Suara nya merdu. Hanin suka dengar nya. Hanin sempat kabur dari rumah supaya bisa dengar suara nya mengaji."
Entah mengapa, ada perasaan cemburu saat Hanin mengatakan hal itu di depan nya.
" Hanin, berarti Hanin udah berdosa karena suka sama orang lain selain suami Hanin. "
" Kenapa dosa? Hanin kan nggak ngapa-ngapain. Cuma sekedar suka suara nya aja. Bukan orang nya."
"Ah, Hanin bohong. Suka suara nya, nggak mungkin nggak suka orang nya."
"Iya. Orang nya juga Hanin suka. Beliau baik dan suka ngasih Hanin jajan. Istri nya juga begitu. Sering ngasih Hanin makan."
"Hah! Istri?"
"Iya. Istri nya Pak Ustad Hanin. Beliau dua-dua nya orang baik. Tapi sayang, sampai saat ini belum punya anak. Dan mereka pun udah pindah rumah. Hanin sedih. Hanin sedih sekali."
Gubrakkk...
Abian hampir saja jatuh dari tempat tidur. Ia sudah berpikir buruk jika Hanin menyukai seseorang dan punya mantan di masa lalu.
Dan ternyata, orang yang ia kagumi adalah guru nya sendiri. Bukan cinta, hanya sebatas menyukai suara nya yang merdu.
Apalagi beliau sangat menyayangi Hanin yang yatim piatu sejak kecil. Beliau dan Istri nya pun, sering membantu Hanin sejak kecil dulu.
Tapi sayang, beliau sudah pindah sejak dua tahun yang lalu. Sejak saat itu juga, Hanin tidak ada lagi yang mengajari mengaji.
"Ya sudah kalau begitu. Kita tidur aja malam ini. Besok harus bangun cepat dan bertemu keluarga besar Abang. Hanin harus siap, ya."
"Iya."
Mereka berdua pun langsung tidur. Bicara dengan Hanin,, hanya bisa membuat Abian jantungan.
Hanin pintar namun lugu. Ia sangat pintar membuat orang lain punya pikiran yang negatif. Dan setelah itu, ia langsung membuat orang itu malu dengan pikiran nya sendiri.
Hanin langsung tertidur tidak lama setelah itu. Ia benar-benar lelah. Lelah di pelaminan dan lelah di kerjai Abi.
Abi yang memandang wajah Hanin, hanya tersenyum saja. Betapa istri nya ini sangat lah cantik.
"Bang Abi, Hanin dingin." Ucap Hanin sambil memeluk Abi. Namun, mata nya masih terpejam. Abi mengira, Hanin mengigau dan membiarkan nya saja.
Dan akhirnya malam itu, mereka tidur sambil berpelukan.
****
Sebelum subuh seperti biasa, Hanin sudah bangun dan mandi. Tidak lupa ia mengaji sebentar dan membuat Abi bangun.
Abi benar-benar merasa heran, mengapa Hanin bisa bangun, bahkan tanpa suara alarm sekalipun.
Halo, cari baju syar'i cantik dengan ukuran istri ku. Ingat, yang paling cantik. Tapi tidak mencolok. Dan juga, harus mahal." Ucap Abi di ponsel nya.
Ternyata, Abi menghubungi asisten nya. Untuk mencarikan Hanin pakaian yang pantas ia pakai saat sarapan nanti.
Apalagi, ada keluarga besar yang akan hadir di sana. Abi tidak mau mereka menghina Hanin. Abi tahu sekali, bagaimana sikap keluarga besar nya jika sudah ngumpul.
Tidak lama kemudian, matahari sudah memperlihatkan sinar nya. Hanin dan juga Abi, sudah bersiap.
Hanin tampak cantik dengan gamis berwarna salem. Kulit nya yang putih, cocok memakai pakaian apa saja.
"Bang Abi, baju nya bagus. Terima kasih, suami Hanin. Hanin suka." Ucap Hanin sambil tersenyum.
Abi jadi salah tingkah. Ia senang sekali Hanin menerima dan memakai pemberian nya.
"Kalau begitu, ayo kita turun untuk sarapan. Keluarga Abang udah menunggu kita di bawah."
"Ayo."
Abian menggandeng tangan Hanin. Ia sengaja melakukan hal itu karena tidak ingin keluarga besar nya banyak berkomentar.
Kemarin, mereka telat hadir karena cuaca buruk.
"Jadi, ini istri mu Abian?" Ucap salah satu wanita tua yang rambut nya sudah memutih. Beliau memakai kacamata dan keriput udah mulai tampak terlihat.
"Iya Nek. Perkenalkan, ini Hanin istri Abi." Ucap Abi.
Hanin pun tidak menunggu lagi. Ia langsung mendekat ke semua keluarga, dan menyalami mereka satu persatu.
Ada yang mau, dan ada yang pura-pura sibuk makan dan tidak menghargai Hanin. Apa Hanin peduli? Tentu tidak. Hanin tidak pernah memusingkan hal seperti itu.
Ia tetap tersenyum dan duduk kembali di tempat yang telah di sediakan, di samping suami nya.
"Abang mau makan apa? Biar Hanin ambilkan?" Ucap Hanin yang saat itu membuat semua mata melihat ke arah nya.
"Apa yang Hanin ambil, akan Abang makan." Abi pun tersenyum.
"Oke. Karena masih pagi, Abang kan belum makan apapun. Jadi, nggak boleh makan yang berat dulu."
Hanin pun mengambil telur dan juga susu. Dan meletakkan nya di piring Abi. Bu Ambar tersenyum melihat pemandangan itu.
"Abi, kamu serius menikah dengan nya? Dia istri atau pembantu?" Ucap salah satu sepupu Abi.
Abi ingin menjawab ucapan sepupu nya itu tapi di tahan oleh Hanin. Hanin malah mengambil susu dan memberikan nya ke Abi untuk di minum.
"Bang Abi, kalau lagi makan nggak boleh bicara. Nanti, ada setan yang masuk ke dalam tubuh kita. Jadi lah kita kesetanan."
Uhuk...
Semua yang sarapan di pagi itu, langsung tersedak saat mendengar perkataan Hanin. Hanya Abi dan Ibu nya yang sudah tahu dan sudah biasa.