Sosok mayat perempuan ditemukan di sebelah kandang kambing.
Saksi mata pertama yang melihatnya pergi menemui kepala desa untuk memberitahukannya.
Kepala desa melaporkan kejadian menghebohkan ini ke kantor polisi.
Serangkaian penyelidikan dilakukan oleh petugas untuk mengetahui identitas mayat perempuan dan siapa pelaku yang membunuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror Hantu Anita
Semenjak peristiwa yang menggegerkan kabupaten Tanah Tandus 10 tahun yang lalu. Ditemukannya mayat seorang perempuan di sebelah kandang kambing di desa Janjiwan kecamatan Tepati.
Kasus itu sudah berhasil dipecahkan dan sudah lama terbuang oleh waktu kisahnya bertahun-tahun yang lalu.
Tapi misteri dari kejadian itu masih belum juga mau pergi seutuhnya. Peristiwa itu menanamkan luka yang menghantui sampai detik ini.
Terutama bagi warga Janjiwan dan orang-orang yang kerap melintas di jalan itu.
*
Pak Dayat pemilik kandang kambing.
Ia sempat takut pada awal peristiwa sepuluh tahun yang lalu jikalau penemuan jenazah perempuan di samping rumah ternaknya akan berimbas buruk.
Dan benar saja setelah kejadian itu penjualan kambingnya menurun. Orang-orang yang sudah pada tahu memilih untuk tidak membeli kambing di tempat Pak Dayat.
Selain merasa seram karena kandangnya menjadi TKP ditemukannya mayat yang mati secara misterius. Masyarakat juga percaya tahayul bahwa itu menjadi sebuah pertanda yang tidak baik.
Dari sebab itu semenjak lima tahun berlalu karena bisnis ternak kambingnya tidak lagi berjalan mulus dan menguntungkan seramai dulu. Pak Dayat mengalih fungsikan kandang kambing miliknya menjadi tempat untuk menanam benih tanaman pertanian. Disebut juga sebagai rumah bibit.
Pada suatu sore. Pak Dayat menjadi orang terakhir untuk pulang dari rumah bibit. Istri dan dua perempuan pekerjanya telah pulang terlebih dahulu.
Pak Dayat menjadi orang yang terakhir pulang sekaligus mengunci pintu dan memastikan keamaan rumah bagi bibit-bibit tanamannya.
Ketika Pak Dayat baru saja menutup pintu, ia kemudian membuka pintu lagi.
Tadi sewaktu menutup pintu sekilas ia melihat ada orang yang masih berada di dalam. Pak Dayat pun memeriksa kembali, siapa tahu masih ada salah satu pekerjanya yang belum pulang.
Pak Dayat kembali masuk ke rumah bibit. Ia memeriksa sekeliling ruangan.
Dan benar saja. Di sudut ujung bangunan masih ada seseorang yang tertinggal.
Siapa itu? Pikir Pak Dayat.
Rasa-rasanya hari ini tidak ada perempuan yang mengenakan baju berwarna kuning.
Pak Dayat mendekati perempuan yang sedang berdiri mematung di pojokan itu. Kepala perempuan itu tertunduk hingga rambut hitamnya menutupi sebagian wajahnya.
“Ayo pulang sudah sore”, kata Pak Dayat.
Ajakan sang majikan untuk pulang dijawab oleh perempuan itu dengan memperlihatkan wajahnya.
Seketika Pak Dayat langsung balik badan meninggalkan sosok itu.
Ia bergegas keluar lalu mengunci pintu. Memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi untuk cepat pulang.
Pak Dayat tahu betul siapa sosok perempuan itu. Meski ia hanya pernah melihatnya sekali dalam seumur hidupnya.
Sosok perempuan mengenakan gaun berwarna kuning dengan motif kupu-kupu berwarna hitam. Mengenakan jaket berwarna cokelat yang tidak dikancingkan dan celana jeans berwarna biru.
Rambut hitam nya yang sebahu. Wajahnya pucat, berparas cantik dan berkulit putih.
Sosok perempuan itu adalah Anita yang ditemukan dalam keadaaan meninggal di samping kandang kambing miliknya beberapa tahun yang lalu.
*
Pada suatu malam di pos ronda desa Janjiwan.
“Jam berapa?”,
“Baru jam 1”,
“Aku tidur dulu ya, nanti kalau ada yang mau tidur bangunkan aku, gantian”,
Malam hari itu yang jaga di pos ronda hanya 3 orang. Seharusnya tiap-tiap tim jaga malam terdiri dari minimal 4 personil.
Satu orang berhalangan hadir karena mendapatkan kompensasi. Karena baru saja melangsungkan pernikahan dua hari yang lalu.
Satu orang tidur. Dua orang lainnya tetap terjaga.
Karena yang bangun tinggal 2 orang. Mereka mengganti permainan dari yang sebelumnya bermain kartu menjadi bermain catur.
“Jam berapa?”,
“Jam 2 lebih 10 menit”,
“Keliling saja yuk”,
Setelah berbabak-babak bermain catur dan suntuk. Kedua orang yang masih terjaga itu memutuskan untuk berkeliling kampung. Patroli.
Mereka berdua meninggalkan satu temannya yang masih tertidur.
Dua orang itu sama sekali tidak mengantuk karena mereka memang niat untuk piket jaga malam di pos ronda. Mata mereka masih segar bugar setelah beberapa jam sebelumnya meminum bergelas-gelas kopi tubruk. Demi keamanan desa Janjiwan.
“Duh”,
“Pada kemana?”,
“Pasti aku ditinggal keliling”,
Satu orang yang tertidur dan ditinggal keliling oleh dua orang temannya itu akhirnya terbangun di jam 3 pagi.
Demi mengusir kesepian, satu orang yang kini tinggal di pos ronda sendirian itu memilih untuk menghisap zat adiktif yang berbahaya.
Sayang, batang-batang yang telah dibuat dari rumah untuk bekal malam ini sudah habis. Jadilah ia mulai membuat kembali. Menyusun kertas, tembakau dan cengkeh kemudian digulung menjadi satu.
Tapi nyala api tak kunjung keluar dari korek gas yang sedari tadi ia coba hidupkan.
Apa yang salah dengan korek api ini? Tadi malam masih berfungsi. Gasnya juga masih penuh.
Tertunda lagi. Baru kali ini mau merokok saja sulitnya minta ampun. Ada saja kendalanya.
Tiba-tiba malah terdengar suara orang menangis.
“Hik… hik… hik… hik….”,
Suara tangis perempuan itu semakin lama semakin jelas terdengar.
Tanpa rasa takut dan curiga sedikitpun, satu-satunya orang yang tersisa di pos ronda itu mencari dari mana sumber suara tangisan sedih itu berasal.
Orang itu menemukan seseorang yang sedang berjongkok tidak jauh dari pos ronda.
Dari dekat terlihat sosok itu adalah seorang perempuan dengan rambut nya yang hitam sebahu, memakai jaket berwarna cokelat dan celana jeans berwarna biru.
Anehnya perempuan itu tidak memakai alas kaki.
“Kamu kenapa?”, tanya orang itu berniat ingin menolong bak pahlawan.
“Kepala ku sakit”, jawab sosok perempuan itu masih sambil menangis.
“Kepala mu kenapa?”, tanya orang itu.
Seketika saja sosok perempuan di hadapan orang itu berhenti menangis.
Tiba-tiba suasananya menjadi sunyi dan membuat bulu kuduk orang itu berdiri.
Sosok perempuan itu kemudian menolehkan wajahnya.
Sosok itu memperlihatkan wajahnya.
“Muka mu kenapa?”, tanya orang itu.
Wajah perempuan itu bengkak seluruhnya. Persis seperti orang yang wajahnya baru saja tersengat lebah berjuta-juta kali.
Orang itu lalu kabur meninggalkan sosok perempuan itu. Ia berlari kencang langsung pulang ke rumah melewati pos ronda yang masih kosong.
Orang itu benar-benar dibuat takut setengah mati.
Wajah sosok perempuan yang bengkak seperti disengat ribuan lebah itu tiba-tiba mengeluarkan darah.
Darah segar yang mengalir keluar dari mata, hidung, dan mulutnya.