Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Malam pun tiba. Meski bukan yang pertama kali bagi Nadlyn menginap di rumah Nanda, bahkan dulu Nadlyn sering tidur di kamar Cean, namun hari ini membuat Nadlyn canggung dengan status barunya sebagai istri dari Cean.
"Biar aku saja yang tidur di sofa. Ini kamarmu, tidak seharusnya aku yang tidur di tempat tidurmu." Ucap Nadlyn sambil mengambil selimut dari walk in closet.
"Tidak." Kata Cean dengan cepat. "Kamu wanita, aku seorang pria tidak mungkin membiarkan wanita tidur di atas sofa." Jawab Cean.
Ada rasa sesak di hati Nadlyn, ia sangat berharap jika Cean mengeluarkan kata kata 'tidak mungkin membiarkan seorang wanita yang sedang hamil tidur di atas sofa', namun ternyata ekspektasi Nadlyn terlalu tinggi, Cean tidak sama sekali mengkhawatirkan kondisinya yang sedang mengandung anaknya, melainkan hanya karena tidak tega jika seorang wanita mengalah pada pria.
Nadlyn menutupi tubuhnya dengan selimut hingga ke dagu, ia tidur dengan membelakangi sofa tempat dimana Cean tidur. Tanpa Cean sadari, jika Nadlyn tengah menangis sambil menggigit ujung bantalnya agar tidak mengeluarkan suaranya.
Tangan Nadlyn terulur mengusap perutnya sendiri, "Aku harap, kamu tidak merasakan kesedihanku, tumbuhlah jadi anak yang bahagia, karena mulai detik ini kamulah sumber kekuatanku."
Tengah malam, Nadlyn merasakan perutnya sangat lapar. Nadlyn mengambil posisi duduk dan melihat jika Cean sudah tertidur dengan lelap.
Nadlyn memutuskan untuk turun ke dapur dan mencari makanan yang bisa ia makan. Perlahan Nadlyn membuka pintu dan menutupnya dengan pelan. Nadlyn berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas, ia melihat fruity cake dan segera mengeluarkannya, Nadlyn mengambil satu slice dan segera memakannya.
"Ini enak sekali." Gumam Nadlyn sambil terus memakan fruty cakenya. Hingga tanpa sadar Nadlyn menghabiskan dua slice fruity cake.
"Kamu suka?" Tanyanya pada janin yang tengah di kandungnya. "Aku juga suka sekali." Nadlyn tersenyum sambil mengusap perutnya, "Kamu sama seperti dia, menyukai makanan manis, padahal aku tidak begitu menyukainya." Nadlyn terus saja mengajak bicara janinnya itu, mengajak berbicara janinnya membuat mood Nadlyn membaik.
Keesokan harinya, Cean bangun dengan menggeliatkan tubuhnya, ia merasa pegal karena tidur dengan tidak nyaman. Dilihatnya Nadlyn yang masih pulas tertidur.
Cean segera membersihkan tubuhnya dan turun untuk sekedar minum kopi.
"Pagi Mommy." Sapa Cean sambil mencium pipi Nanda.
"Pagi, Sayang.. bagaimana tidurmu?" Tanya Nanda.
Cean hanya tersenyum, tidak mungkin baginya menjawab jika tidur dengan tidak nyaman karena tidur di sofa.
"Dimana Nadlyn?" Tanya Nanda yang tak kunjung mendengar Cean menjawab pertanyaan.
"Masih tidur, Mom."
"Begitulah jika sedang hamil, dulu juga Mommy begitu saat mengandungmu. Mommy susah tidur malam dan lebih suka bangun siang hari. Bahkan Mommy slalu bangun malam hari untuk mencari makanan manis di dapur, itulah sebabnya kamu hingga besar seperti ini suka dengan makanan manis." Nanda tersenyum saat menceritakan masa masa dulu mengandung Cean.
"Ini kopimu, dan ini susu hangat untuk Nadlyn." Kata Nanda sambil memberikan sebuah nampan berisikan satu cangkir kopi dan satu gelas susu hangat.
"Cean akan minum kopi disini, Mom. Biar Mbak saja yang bawa susu ke kamar untuk Nadlyn." jawab Cean.
Nanda menatap sendu pada putranya, sungguh Nanda tidak ingin jika putranya bersikap acuh dan dingin seperti ini pada istrinya, namun Nanda tidak bisa memarahi sang putra, sedari dulu Nanda memang lemah jika menyangkut soal Cean maupun Disya, hanya Pras yang bersikap tegas dan di segani oleh kedua anaknya.
"Biar aku yang kasih untuk Nadlyn, Mom." Sahut Disya tiba tiba.
Disya menurunkan cangkir berisikan kopi Cean, "Selamat menikmati kopimu, anak manja." Cibirnya lalu mengangkat nampan dan pergi ke kamar Cean.
Tanpa mengetuk pintu, Disya masuk begitu saja ke kamar Cean, Disya mengedarkan pandangannya, dilihatnya tempat tidur yang sudah kosong, dan Disya juga melihat sebuah bantal dan juga selimut yang belum di rapihkan di atas sofa. Disya sangat tau, jika salah satu diantara Cean dan Nadlyn pastilah tidur di atas sofa.
Hoekk,, hoeekkkk.
Nadlyn memuntahkan perutnya yang belum terisi apapun. Disya segera menaruh nampan diatas nakas dan berjalan cepat menuju kamar mandi.
"Nadlyn...."
Nadlyn membasuh mulutnya.
"Kamu mual ya, Nad?" Tanya Disya.
Nadlyn hanya mengangguk lemah. Tak lama kemudian Nadlyn memuntahkan kembali isi perutnya yang hanya terlihat cairan bening sedikit kuning.
"Ya Tuhan, Nad.." Tubuhmu juga dingin sekali.
Disya segera membantu Nadlyn untuk tidur di atas tempat tidurnya, kemudian ia turun kembali ke dapur untuk mencari minyak angin.
"Cari apa, Sya?" Tanya Nanda.
"Minyak angin, Mom. Nadlyn muntah muntah." Ucap Disya.
Nanda pun segera menuju kamar Cean, sementara Cean terlihat tidak perduli meski hatinya juga merasa khawatir.
Disya hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat sikap acuh Cean. Disya segera menyusul sang Mommy sambil membawa minyak angin.
Hati Disya terenyuh saat melihat Nadlyn yang tengah menangis di pelukan Nanda. Betapa tangisannya terdengar sangat memilukan, membuat siapa saja yang mendengarnya merasa iba.
Disya mendekat sambil membuka minyak angin, di tuangkannya minyak angin itu ke telapak tangan Disya dan dengan perlahan Disya membalurnya di tengkuk Nadlyn yang kebetulan rambut Nadlyn sudah terikat dengan asal saat muntah tadi.
Nadlyn perlahan melerai pelukan hangat yang di berikan oleh Nanda dan melihat ke arah Disya.
"Terimakasih, Kak." Ucap Nadlyn dengan tulus.
Disya hanya tersenyum, ia merasa prihatin dengan apa yang menimpa Nadlyn, terlebih ini perbuatan dari sang adik.
Menjelang siang, Ayla sudah tiba di rumah Nanda. Ayla akan mengantar Nadlyn untuk memeriksakan kehamilannya yang belum pernah sama sekali di periksa.
"Apa kau tidak akan ikut, Cean?" Tanya Ayla. "Apa kau tidak ingin melihat calon anakmu di perut Nadlyn?" Tanyanya lagi.
Cean hanya diam tidak menjawab, Cean terlihat lebih banyak diam dan tidak menanggapi perkataan orang lain. Harusnya hari ini Cean terbang ke london untuk meneruskan studynya, namun apa di kata? Semuanya harus batal karena Cean harus bertanggung jawab dengan perbuatannya. Bahkan Pras dan Nanda sebagai orang tua Cean belum lagi membahas soal kelanjutan study Cean kedepannya akan bagaiman.
Cean memilih beranjak ke taman belakang, ia tidak ingin melihat Nadlyn yang akan pergi bersama Ayla untuk memeriksakan kandungan Nadlyn.
Cean menatap kolam ikan sambil sesekali memberi makan ikan ikan itu, ia tengah berada dalam rasa tidak nyaman, jangankan melihat kandungan Nadlyn, hingga detik inipun Cean masih belum menerima takdirnya yang akan menjadi seorang ayah dalam waktu beberapa bulan lagi.
"Aku tidak siap? Siapa yang bisa mengerti aku? Siapa yang bisa melepaskanku dari situasi ini?" Gumamnya bermonolog.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .