Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 : Perang tahta
Setelah pertemuan dengan pria misterius di gerbang kota, Spectra dan kelompoknya melanjutkan perjalanan menuju kediaman Lord Armond. Jalanan di ibu kota Valencia penuh dengan hiruk-pikuk, namun Spectra tetap waspada. Pemandangan kota yang megah dengan arsitektur bercorak emas dan perak tidak mengalihkan pikirannya dari tujuan utamanya yaitu menemukan Dale.
Kediaman Lord Armond, penasihat kerajaan, terletak di bagian utara kota. Bangunannya sederhana dibandingkan dengan kemewahan istana, namun tetap memancarkan kewibawaan seorang bangsawan. Pengawal di pintu masuk membiarkan mereka masuk setelah Spectra menyebutkan nama Vizcount Granbell.
Di ruang tamu yang luas, Lord Armond, seorang pria tua dengan rambut putih tipis dan janggut pendek yang terawat, menyambut mereka dengan ramah. Tatapannya cermat, seolah mampu membaca niat orang lain hanya dengan sekali pandang.
"Selamat datang, Tuan Spectra. Aku mendengar banyak tentang jasamu di Vinbelt. Aku senang Vizcount Granbell mempercayakan mu ke sini. Silakan duduk," katanya, suaranya dalam dan penuh wibawa.
Setelah semua duduk, Spectra langsung ke inti pembicaraan. "Lord Armond, aku di sini mencari Dale. Apakah Anda tahu di mana dia berada?"
Armond menarik napas panjang sebelum menjawab. "Aku tahu keberadaan Dale. Dia ada di ibu kota, namun situasinya... rumit. Saat ini, kerajaan sedang dilanda pergolakan besar. Raja Edgard, yang sakit keras, tidak mampu memerintah. Keempat putranya kini bersaing untuk menjadi penguasa berikutnya kerajaan Valtherion ."
Spectra mengernyit. "Dale sama sekali tidak tertarik pada kekuasaan atau tahta. Mengapa dia terlibat dalam perang ini?"
Lord Armond mengangguk kecil. "Itu juga yang kupikirkan. Dale dikenal sebagai pria yang mencintai kebebasan dan jauh dari ambisi politik. Tapi ada satu sosok yang membisikkan rencana besar ke telinganya—seorang wanita bernama Velindra. Dia adalah tangan kanan Dale yang baru, seorang negosiator ulung yang telah mengumpulkan banyak dukungan dari para bangsawan dan rakyat biasa untuk Dale."
Arkane, yang duduk di dekat Spectra, menyela. "Siapa Velindra? Apakah dia bisa dipercaya?"
Armond menggeleng pelan. "Aku tidak tahu banyak tentangnya. Velindra muncul entah dari mana beberapa bulan yang lalu dan segera menjadi orang kepercayaan Dale. Dia sangat cerdas, licik, dan memiliki cara untuk memenangkan hati banyak orang. Namun, aku merasa ada sesuatu yang dia sembunyikan."
Spectra terdiam, pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. "Bagaimana dengan para kandidat lain? Siapa yang bersaing untuk tahta?"
Armond menyesap anggurnya sebelum menjelaskan. "Ada empat pangeran yang kini bersaing:
Pangeran Alaric, putra sulung, seorang pemimpin militer yang tegas dan dihormati oleh para prajurit. Namun, dia dikenal kurang populer di kalangan rakyat karena sikapnya yang keras.
Pangeran Cedric, seorang diplomat yang karismatik, pandai berpolitik, dan memiliki banyak pendukung di kalangan bangsawan. Tetapi, ada rumor bahwa dia tidak segan-segan mengkhianati sekutunya demi keuntungan pribadi.
Pangeran Rowan, anak ketiga, seorang intelektual dan penggemar seni. Dia dianggap terlalu idealis dan lemah untuk memerintah, meskipun mendapat dukungan dari kaum intelektual dan seniman.
Pangeran Elias, si bungsu, terkenal karena pesonanya di kalangan rakyat biasa. Dia memiliki cara untuk memikat hati orang dengan kata-katanya, tetapi tidak banyak yang tahu apa ambisinya sebenarnya."
Armond melanjutkan, "Yang mengejutkan, Dale kini menjadi salah satu kandidat bayangan yang didukung oleh fraksi tertentu. Itu menimbulkan kegelisahan di antara para pangeran."
Spectra menggeleng, mencoba memahami situasinya. "Tapi kenapa Dale? Bukankah para pangeran itu sudah cukup untuk bersaing? Mengapa seseorang seperti dia dilibatkan?"
Armond menjawab dengan suara rendah. "Mungkin karena Dale adalah sosok netral yang bisa diterima oleh banyak pihak. Velindra mungkin melihat potensi itu dan memanfaatkannya untuk keuntungan tertentu."
Sylvie, yang sejak tadi diam, angkat bicara. "Apakah ada kemungkinan si Velindra ini punya tujuan lain? Jika dia begitu memengaruhi Dale, bukankah itu berbahaya?"
Armond mengangguk pelan. "Itu yang menjadi kekhawatiranku juga. Velindra terlalu misterius untuk dipercaya sepenuhnya. Namun, hingga kini, dia belum membuat kesalahan besar yang bisa dijadikan alasan untuk mencurigainya secara terbuka."
Spectra akhirnya berdiri. "Aku harus bertemu Dale. Aku perlu mendengar langsung dari mulutnya apa yang sedang terjadi."
Armond tersenyum tipis. "Itu mungkin bukan tugas yang mudah. Dale kini berada di salah satu kediaman bangsawan yang mendukungnya, dijaga ketat oleh para pengawal. Selain itu, masing-masing pangeran juga memiliki mata-mata yang mengawasi setiap pergerakan kandidat lain."
Armond menjelaskan lebih lanjut tentang situasi politik di ibu kota.
Alaric sedang memperkuat kekuatannya di kalangan militer, berharap untuk mendapatkan dukungan dari para komandan yang berpengaruh. Ia percaya bahwa hanya kekuatan militer yang mampu menjaga kestabilan kerajaan.
Cedric, dengan kelicikannya, sibuk merayu bangsawan-bangsawan berpengaruh, bahkan menggunakan cara-cara kotor untuk memastikan mereka berpihak kepadanya. Ada desas-desus bahwa dia bekerja sama dengan organisasi bayangan untuk menyingkirkan pesaingnya.
Rowan mencoba menarik simpati dengan ide-ide reformasi, tetapi ia sering diabaikan karena dianggap tidak realistis.
Elias, di sisi lain, bermain aman dengan menjadi pahlawan rakyat. Ia sering terlihat di pasar atau membantu penduduk miskin, mendapatkan popularitas yang kuat di kalangan bawah.
Dale, dengan dukungan Velindra, menjadi ancaman tak terduga bagi keempat pangeran.
Armond memperingatkan Spectra, "Jika kau ingin bertemu Dale, lakukan dengan hati-hati. Setiap langkahmu akan diawasi. Pergerakanmu bisa dianggap sebagai dukungan untuk salah satu kandidat, yang bisa memicu masalah besar."
Spectra mengangguk. "Terima kasih atas nasihatmu, Lord Armond. Aku akan berhati-hati."
Malam itu, Spectra dan kelompoknya beristirahat di kediaman Armond. Namun, mereka tetap waspada, mengingat ancaman dari pria misterius sebelumnya.
Di tempat lain, dalam sebuah ruang pertemuan mewah, para pangeran berkumpul secara terpisah dengan pendukung mereka. Alaric mendiskusikan rencana invasi dengan jenderalnya, Cedric merancang intrik dengan para penasihatnya, Rowan berbicara tentang visi masa depan kerajaan, dan Elias berdialog dengan rakyat.
Sementara itu, Velindra duduk di ruang megah bersama Dale, membisikkan kata-kata penuh pengaruh yang terus membentuk pemikirannya. Matanya yang tajam memandang Dale dengan sorot penuh keyakinan, seolah menyuntikkan ambisi yang tak pernah ia miliki sebelumnya.
"Dale," ujar Velindra dengan nada lembut namun mendesak, "kau memiliki kesempatan langka untuk mengubah nasib kerajaan Valtherion. Mereka membutuhkan pemimpin yang tidak tercemar oleh intrik keluarga kerajaan. Kau adalah pilihan terbaik."
Dale, yang biasanya dikenal Ceria dan mandiri, tampak kehilangan keteguhan hatinya. Tatapannya kosong, penuh keraguan. "Aku hanya seorang petualang, Velindra. Politik kerajaan bukanlah duniaku. Mengapa aku harus terlibat dalam hal ini?"
Velindra tersenyum tipis, namun senyumnya membawa kesan mendalam yang sulit ditolak. Ia menyentuh bahu Dale dengan lembut, mempererat cengkeraman emosionalnya. "Dan justru itu yang membuatmu istimewa. Kau tidak dibebani ambisi kotor seperti mereka. Kau bisa menjadi raja yang dicintai, pemimpin yang tidak berpihak pada golongan tertentu. Bayangkan, Dale—kau memiliki kekuatan untuk menyatukan kerajaan Valtherion di bawah panji keadilan."
Dale mencoba menepis keraguannya, tetapi kata-kata Velindra terus bergaung dalam pikirannya. Seolah-olah, suara Velindra adalah satu-satunya hal yang masuk akal di tengah hiruk-pikuk kekacauan politik Valencia.
Sementara itu, Spectra merasa perjalanan ini membawanya ke dalam jaringan intrik politik yang berbahaya. Dari cerita Lord Armond, ia mulai merasakan ada sesuatu yang janggal dengan cara Dale terlibat dalam perang tahta ini. Dale yang dikenalnya tak pernah ambisius—ini bukan sifat aslinya.
Namun, Velindra telah membangun kendali yang kuat. Dengan kata-katanya yang penuh pesona dan keahliannya memanipulasi, ia mengarahkan langkah Dale ke jalur yang ia tentukan. Spectra sadar, jika ia ingin menyelamatkan sahabatnya, ia harus menghadapi Velindra, sosok bayangan yang kini memegang kendali penuh atas Dale.
Pertempuran untuk tahta ini bukan hanya tentang kekuasaan. Ini adalah pertarungan untuk menentukan nasib kerajaan Valencia—dan juga teman yang terjebak dalam permainan licik.