(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. So disgusting!
DEG
DEG
DEG
Jantung Luc berdetak sangat cepat ketika Arion meniup keningnya dengan hati-hati dan penuh kelembutan. Ia melirik ke atas, menatap wajah tampan Arion yang semakin tampan jika dilihat dari dekat.
"Apa-apaan ini!" Luc bermonolog di dalam hati ketika detak jantungnya semakin tidak bisa dikondisikan. Aroma parfum yang sangat harum dan maskulin dari tubuh Arion membuat jantung Luc semakin tak karuan. Ada sebuah getaran dan rasa aneh mulai merasuk dan menuyup ke dalam lubuh hatinya yang paling dalam. Luc memejamkan kedua matanya sejenak, seraya menghirup aroma maskulin dari tubuh Arion, seraya meresapi segala rasa yang sudah merayap ke dalam hatinya.
"Oh ... No!" Luc kembali berkata di dalam hati sambil menggelengkan kepala setelah tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan dan rasakan. "Aku tidak boleh menyukai pria tua ini!" Luc kembali tegas pada dirinya sendiri, kemudian membuka kedua matanya menatap Arion yang masih meniup keningnya.
"Ini hanya luka ringan!" Luc membuang muka, sambil berkata ketus pada Arion. Kembali ke setelan pabrik, ketus, angkuh dan sangat sombong. Ya, karena itu adalah karakter Luc yang sebenarnya, jadi mana mungkin ia bisa bersikap baik dan lembut dalam waktu lama.
"Oke! Tapi aku merasa bersalah kepada Anda, karena rompi anti peluru yang aku kenakan, keningmu jadi terluka." Arion menjawab sembari mengetuk rompi yang ia gunakan dan bersembunyi di balik kemeja dan jas yang ia kenakan itu.
"Pantas saja keningku benjol!" gerutu Luc seraya menatap sebal pada bodyguard-nya itu. "Kembali ke tujuan utama, menggeledah kamar untuk mendapatkan bukti!" lanjut Luc mengingatkan Arion agar segera bergerak cepat.
Arion mengangguk, dan mulai menggeledak kamar tersebut bersama Luc.
Setelah beberapa menit menggeledah setiap sudut kamar tersebut, mereka tidak menemukan suatu yang mencurigakan.
"Tidak menemukan apa-apa di sini, apakah ada kemungkinan dia menyembunyikan buktinya di ruangan lain?" tanya Luc pada Arion yang sedang berdiri di tengah kamar tersebut sambil berkacak pinggang sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari tempat yang belum di periksa.
Tatapan Arion berhenti pada kamar mandi, tanpa menjawab pertanyaan Luc, ia langsung melangkah menuju kamar mandi dengan langkah lebar dan tegap.
Luc mengikuti langkah kaki Arion, ia menatap kesetiap sudut kamar mandi yang menurutnya sangat sempit.
Arion menatap pada tempat sampah yang terletak di dekat closet.
"Hei! Apa yang akan kau lakukan pada tempat sampah itu!" Luc berseru seraya bergidik jijik saat melihat Arion mencari sesuatu di tempat sampah itu dengan tangan telanjang. "Dasar jorok, seharusnya kau pakai sarung tangan terlebih dahulu!" omel Luc pada Arion yang sama sekali tidak mendengarkannya.
"Dapat!" ucap Arion seraya mengambil satu botol bekas obat yang sangat ia yakini adalah racun yang diberikan Vicky pada Vittoria.
"Pegang ini!" Arion menyerahkan botol kecil itu pada Luc.
"So disgusting!" pekik Luc, dengan terpaksa menerima botol kecil itu dengan perasaan jijik luar biasa. Sementara itu, Arion mencuci kedua tangannya sampai bersih lalu menyemprotnya dengan desinfektan yang tersedia di dalam kamar mandi.
Kemudian Arion mengambil selembar tisu dan membungkus botol itu, lalu memasukkan ke dalam jasnya. Kemudian melangkah keluar dari kamar tersebut menuju kamar putrinya, ia meninggalkan Luc yang sedang mencuci tangan di kamar mandi.
Sampai di kamar putrinya, Arion segera mengambil semua jenis obat-obatan untuk putrinya. Sebenarnya Arion merasa dadanya sangat sesak saat memasuki kamar tersebut. Tapi, ia harus segera bergegas pergi dari sana setelah mendapatkan apa yang ia cari. Arion kembali ke kamar, karena Luc sejak tadi tidak keluar dari sana.
Luc sudah selesai mencuci kedua tangannya, tapi pada saat ia ingin menyemprotkan desinfektan ke tangannya, cairan antiseptik itu habis.
"Habis?" Luc menggerutu sambil mengedarkan pandangannya, di sudut kamar mandi itu ada lemari kecil, ia pun segera menuju ke sana untuk mencari desinfektan. "Aku tidak ingin kuman-kuman dari tempat sampah itu menyebar ke seluruh permukaan kulitku yang mulus ini!" kesal Luc secaya membuka lemari kecil itu dengan cepat.
"Oh My God!" Luc terperanjat saat melihat sesuatu benda aneh tergeletak di dalam lemari kecil itu. "Kenapa bentuknya seperti..."
rasakan serangan keimutanku...😆😆😆