Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Kaget
Amar pun lalu memacu motornya ke arah sekolah adiknya. Karna biasanya Lisa selalu minta di jemput olehnya. Namun tidak untuk hari ini. Lisa bahkan belum mengirim pesan Padahal hari sudah hampir jam magrib.
Disisi lain seorang pria baru saja memarkir mobilnya di depan rumah. Dan bunda Tiar menyambutnya dengan senyum hangat Saat pria itu membawa beberapa barang nya masuk. Pindah ke rumah orang tua kandungnya.
" Masuklah nak, ayah mu belum pulang. Begitu juga Amar dan Lisa," kata bunda Tiar
" Ya bun, kemaren Zain sudah janjian untuk bertemu Amar. Tapi Amar membatalkannya. Karna dia repot katanya. Padahal papi dan mami menanyakannya. Mereka tidak sabar menunggunya pulang ke rumah," kata Zain
" Mungkin Amar memang benar lagi sibuk Zain, biasanya ia juga bekerja di bengkel sepulangnya dari kampus. Memang Amar tinggal menunggu wisuda. Tapi dia juga masih banyak tugas di kampusnya," kata bunda Tiar yang tahu Amar memang selalu saja punya kesibukan sendiri.
" Ya bun, maaf jika Zain salah paham," kata Zain merasa tidak nyaman. Karna bundanya itu masih perduli pada Amar.
" Tidak apa apa nak, Amar tetap putra bunda dan ayah. Begitu juga dengan Zain. Walau pun kalian tidak sedarah. Tapi apa yang sudah melekat dalam diri Amar. Adalah kasih sayang keluarga ini. Sama halnya dengan Zain yang juga masih sayang pada mami dan papi Zain" kata bunda Tiar. Yang tidak mau membeda bedakan Amar dan Zain. Karna itu bukan kesalahan mereka. Tapi karena takdir semata. Yang mereka tidak ketahui sama sekali. Jika anak mereka tertukar sewaktu masih bayi.
" Ya bun, apa itu foto Lisa?" kata Zain. Ketika melihat foto cantik Alisa terpajang di dinding ruang tengah.
" Ya nak, tapi ade mu belum pulang. Mungkin sebentar lagi," kata bunda Tiar
" Dimana Lisa sekolah Bun, Biar Zain yang mengantar dan menjemputnya..Jika dia pulang sekolah. Amar bilang dia selalu mengantar dan menjemput ade setiap hari," kata Zain. Yang teringat perkataan Amar waktu itu dirumah sakit.
" Ya ...biasanya begitu, karna Amar tidak mau melihat adenya naik bis atau angkutan umum," kata bunda Tiar.
" Besok biar Zain yang antar ya bun," kata Zain menatap bunda Tiar.
" Tapi nak, Lisa belum terbiasa dengan mu. Zain harus mengenal Lisa lebih dekat dulu. Lisa cukup sulit dekat dengan orang asing. Apalagi jika orang itu orang baru," kata bunda yang sudah mengenal baik sifat Lisa Karna putrinya itu cukup pendiam jika di rumah.
" Ya Zain tahu, harus ada pendekatan ekstra dulu kan bun" kata Zain tersenyum. Membuat bunda Tiar ikut tersenyum.
Sebenarnya bunda cukup canggung pada Zain yang terlihat sangat ramah dan sopan.
Apalagi Zain sudah bekerja dan punya mobil sendiri. Membuat bunda Tiar tahu diri, jika putranya itu sangat pintar dan mandiri persis dulu seperti dirinya. Dan itu juga, yang ia wariskan bunda Tiar pada Amar dan Lisa. Namun Lisa belum sepenuhnya bisa mandiri. Karena Lisa di manjakan oleh suaminya dan Amar
" Ya nak, maaf rumah bunda dan ayah tidak sebesar rumah orang tua asuh mu," kata bunda.
Zain yang mendengar itu pun terhenyak. Karna benar adanya. Jika selama ini ia di besarkan oleh papi dan maminya Yang punya lebih banyak rezeki. Dari kedua orang tua kandungnya. Membuat Zain tersenyum tipis " Bun...itu bukan masalah uang bagi Zain. Sekarang yang terpenting Zain sudah bertemu ayah dan bunda. Orang tua kandung Zain Bun," kata Zain menatap lekat mata bunda Tiar.
Sehingga bunda Tiar pun sangat terharu mendengarnya. Lalu meraih tangan Zain dan menggenggamnya erat. Karna ia hampir tidak percaya, jika pria di depannya itu adalah putra kandungnya. Bukan yang ia besarkan selama ini.
****************
Sedangkan disisi lain Lisa dan Sani baru saja merapikan buku bukunya. Saat Dean sudah selesai memberikan pelajaran. Sesekali mata Dean mencuri curi untuk menatap Lisa yang terlihat imut dan manis dari Sani . Yang membuatnya penasaran dengan gadis yang tidak banyak suara itu.
" Sudah Lis, ayo kita pulang" kata Sani
" Ya bentar, aku lagi kirim pesan ke bang Amar," kata Lisa pelan.
" Ya sudah, Kak Dean kami pamit ya," kata Sani yang melihat ke meja Dean.
" Ya, kalian hati hati ya," kata Dean. Sembari mata nya melirik Lisa. Yang masih belum beranjak dari tempat duduknya. Sesaat kemudian Lisa pun mulai bangkit dan...
" Kak kami pulang" kata Lisa terdengar pelan dan lembut
" Ya," jawab Dean terpaku. Seraya melihat kedua gadis itu keluar dari kelas.
" Astaga ada apa dengan ku, padahal dia hanya anak ingusan ," guman Dean dalam hati mengelengkan kepalanya. Karna saat melihat Lisa hatinya berdegup kencang.
Sedangkan di jalan. Amar yang baru keluar dengan motornya dari bengkel tempatnya bekerja. Langsung menghentikan motornya ke pinggir jalan. Lalu dengan cepat merogoh saku celananya.
" Pasti dari ade, dia les di mana sih. Kok di sekolah tidak ada" guman Amar yang tadi sempat ke sekolah Lisa. Lalu membaca pesan Lisa yang minta di jemput.
" Astaga , kenapa ade bisa ambil les disana . Apalagi di tempat itu," kata Amar. Dengan cepat menyimpan gawainya di saku celana. Lalu menjalankan motornya ke alamat yang di berikan Lisa.
Motor pun melaju ketempat yang dituju. Ada rasa khawatir di hati Amar. Mengingat tempat les Lisa adalah milik Dean. Apalagi disana banyak teman temannya. Yang ikut menjadi pengajar.
" Aish...itu salahku, kenapa aku kemaren mengerjai ade," batin Amar resah. Sambil memacu laju motornya. Dan hanya 20
menit ia sudah berada di depan rumah besar markas bimbel itu.
" Bang Amar !!" teriak Lisa senang. Saat melihat Amar sudah datang. Ketika Lisa menunggu di pinggir jalan bersama Sani. Yang juga sudah siap pulang. Namun Sani membawa motornya metic nya sendiri.
" Ade kok ngak bilang les disini?" tanya Amar menatap Lisa.
" Maaf Lisa lupa bang. San terimakasih ya sudah menemani ku, menunggu bang Amar datang," kata Lisa.
" Sama sama. Dah bang Amar sampai ketemu lain kali," kata Sani menyapa Amar.
" Ya hati hati ya San," kata Amar tersenyum.
" Ya bang," kata Sani balas tersenyum sangat manis, semanis gula. Hingga Lisa langsung mendelikkan matanya pada Sani. Sani yang melihat itu hanya tersenyum, dan cepat cepat kabur membawa motornya. Sebelum sahabatnya itu mengomelinya. Karna sudah mengoda abang temannya.
" Dasar Sani," guman Lisa pelan.
" Kenapa ?" kata Amar bingung. Yang tidak terlalu memperhatikan Sani. Karna sudah biasa bertemu dengan sahabat adiknya itu.
" Bukan apa apa bang, Ayo pulang," kata Lisa sambil naik ke boncengan Amar.
" Ya ," kata Amar. Sembari mengamati rumah besar tempat les Lisa. Yang masih ramai dengan anak anak les. Tapi ia tidak melihat Dean disana.
Lalu Amar pun menghidupkan motornya, hingga melaju ke jalan raya. Tangan Lisa yang melingkar erat di pinggang Amar. Membuat Amar tersenyum lega. Kini adik kecilnya itu aman pulang bersamanya.
Dan tak lama keduanya pun tiba di depan rumah. Setelah 30 menit berkendara. Alisa pun turun, sedangkan Amar menuntun motornya ke teras rumah.
," Alhamdulilah sampai juga," kata Lisa yang ingin mengetuk pintu. Namun sebelum di ketuk pintu sudah terbuka.
" Assalam.... " kata Lisa kaget. Saat melihat pria tampan berdiri di depannya.
" Zain ....!!" kata Amar ikut kaget. Karna ia belum sempat pulang kerumah mami dan papinya.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar