kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17. ikhlaskan aku
Aidan langsung terpaku tak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut Shafa,entah perasaan apa yang Aidan rasakan,tak bisa di definisikan. Antara senang,sedih,marah,kecewa. Ahhh entahlah Aidan tak bisa mendeskripsikan perasaan nya saat ini.
"Maksud kamu?"tanya Aidan.
"Ya,aku mencintai kamu mas. Aku cinta sama kamu Aidan Arsyad Rafardhan. Aku pendam rasa ini selama bertahun tahun,aku kira kita akan berjodoh namun ternyata tidak. Semua perlakuan manis kamu, perhatian kamu,itu semua telah menumbuhkan rasa cinta pada hatiku,aku kira selama ini kamupun merasakan hal yang sama namun ternyata tidak." shafa mengatakan semua isi hatinya di depan Aidan langsung.
Setelah bertahun tahun dia memendam perasaan nya sendiri, akhirnya hari ini dia bisa mengungkapkan nya.
Sedangkan Aidan dia masih mematung tak percaya. Jadi selama ini cintanya terbalaskan? Bahagia,namun hanya sesaat saat dirinya sadar jika kini dirinya sudah menjadi orang lain.
"Maaf, semuanya sudah terlambat shaf. Aku sudah menjadi suami dari adikmu sendiri, maafkan aku Shafa."ucap Aidan.
Ingin menyesal namun apa yang harus di sesali karena semuanya sudah terlanjur,andai saja dirinya dan Shafa sedari dulu saling mengungkapkan perasaan. Pasti endingnya tak akan seperti ini.
"Aku tau mas,aku memang sudah terlambat mengatakan isi hatiku padamu. Sudah seharusnya aku ikhlas merelakan kamu bersanding dengan adikku sendiri."
"Tapi itu sudah mas,berulang kali aku mencoba untuk mengikhlaskan mu,tapi semua kenangan yang dulu pernah kita ukir berdua seolah menjadi Boomerang padaku sekarang. Aku harus bagaimana mass, aku cinta sama kamu,rasa yang ingin aku hapus ini malah semakin hari semakin tumbuh mas."tangis Shafa semakin besar, membuat hati Aidan terasa perih.
Melihat pujaan hatinya menangis tepat di hadapannya,dan penyebabnya adalah dia itu sangatlah tak enak.
"Maafkan saya Shafa,namun jika boleh jujur. Saya pun memiliki rasa yang sama seperti kamu,saya mencintai kamu. Kamu adalah cinta pertama saya,aku awalnya datang kesana untuk melamar mu Shafa,namun saat tau dari ayahmu jika kamu sudah memiliki calon aku akhirnya menerima perjodohan dengan adikmu. Saya juga cinta sama kamu Shafa."Aidan pun lebih memilih jujur tentang hatinya.
Shafa pun terdiam mendengar ucapan Aidan.
"Saat itu saya berpikir cinta saya bertepuk sebelah tangan,namun saat tadi kamu mengungkapkan rasa cinta kamu ternyata cinta saya terbalaskan. Namun walaupun cinta kita saling terbalaskan kita tak akan bisa ke pelaminan." Lanjut Aidan.
Kini kedua orang itupun terdiam,dilema dengan rasa yang mereka miliki sekarang. Keduanya sama sama menyesali karena tak sedari dulu saling mengungkapkan rasa cinta. Mungkin persoalan rumit ini tak akan pernah terjadi.
"Aku siap menjadi yang kedua mas."
Sontak perkataan Shafa itu membuat Aidan kaget,apa yang Shafa katakan. Bagaimana bisa Shafa berkata demikian.
"Apa yang kamu katakan Shafa."tegur Aidan.
"Kita berdua saling mencintai mas,sudah seharusnya kita bersama. Namun karena kamu sudah lebih dulu bersama dengan adikku,aku pun tak ingin membuat adik ku tersakiti karena berpisah denganmu maka aku siap jika kamu jadikan yang kedua."ucap Shafa tak ragu, seperti menang sudah yakin dengan ucapan nya.
"Astaghfirullah,sadar Shafa apa yang kamu katakan hei. Dalam agama kita tak di perbolehkan laki laki menikahi dua perempuan bersaudara sekaligus,tidak saya tak akan menikah denganmu."ucap Aidan tegas.
Mendengar ucapan Aidan membuat Shafa semakin terisak.
"Lalu aku harus apa mas,rasa ini menyiksaku. Aku ingin bersama dengan laki laki yang aku cintai namun aku juga tak ingin merusak kebahagiaan adikku. Mass harus apa aku,cinta ini sudah habis di kamu mas."
"Tidak Shafa, semuanya sudah terlanjur. Aku sudah menikah dengan adikmu. Ikhlaskan aku Shafa, biarkan aku bahagia bersama dengannya. Dan hapuslah semua rasa di dalam hatimu untukku. Walaupun sulit aku percaya kamu bisa melupakan ku. Ikhlaskan aku Shafa."setelah mengucapkan itu Aidan pun meninggalkan Shafa yang masih terisak di taman itu.
Untung saja taman itu sedang tak ramai jadi saat Shafa menangis tak ada yang memperhatikan nya.
Aidan tak kuat jika harus berlama lama disana, mendengar Isak tangis Shafa saja sudah membuat nya merasakan sakit.
Ya,tak jauh berbeda dengan Shafa Aidan pun menyesali perbuatannya. Namun apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur,meski di hatinya masih menyimpan nama Shafa namun dia sudah mengikat janji dengan wanita lain.
Aidan tak ingin mempermainkan hati seorang wanita,jadi Aidan harus bisa memilih mana yang harus dia pertahankan,Shafa cinta pertama nya atau Maureen wanita yang dinikahinya.
Dan Aidan lebih memilih Maureen, karena apa? Karena dia sudah berjanji di hadapan tuhan serta keluarganya,mau baik ataupun buruk itu sudah tanggung jawab Aidan.
Mau cinta atau pun tidak,tapi tuhan telah menggariskan dia untuknya. Mungkin memang tuhan tak menggariskan takdir nya dan shafa bersatu.
***
Di lain tempat sedari Maureen masuk ke dalam gedung fakultas nya sampai sekarang dirinya tengah mendengarkan materi dari dosen, Maureen merasa tak nyaman karena sedari tadi orang orang terus menatap ke arahnya.
Tak hanya teman mahasiswa nya,namun dosen,kating,semua selalu menatap ke arahnya, sepertinya dirinya itu memiliki magnet untuk membuat semua mata orang tertuju padanya.
Selepas dosen keluar dari kelas nya Maureen pun membereskan alat tulisnya.
"Gue tau kok gue cantik gak usah terus di liatin gitu dong jadi malu gue."ucap Maureen dengan pedenya.
"Sumpah Maureen lo cantik banget pake hijab,gue gak nyangka kalau ini lo. Kenapa gak dari dulu Lo pake hijab."puji Kanaya yang mengakui jika Maureen lebih cocok memakai hijab.
"Iya gila mau Lo cantik banget kalau pake hijab,btw punya hidayah dari mana Lo jadi mau pake hijab."timpal teman Maureen yang lain.
"Alhamdulillah,gue kira karena gue pake hijab bakal keliatan norak."
"Enggak mau malah Lo tambah keliatan cantiklo kayak lebih bercahaya,ceria,kayak bawaannya tuh positif vibes banget deh pokoknya."
Dalam hati Maureen merasa bersyukur karena banyak orang yang mendukung nya dalam menggunakan hijab ini, walaupun masih ada juga yang mencela nya karena memakai hijab tapi sifat nya masih bar bar, pecicilan dan lain sebagainya.
Namun ya Maureen tak memperdulikannya,buat apa toh memperdulikan mereka, mereka bukan raja juga,bukan tuhan, mereka itu hanya orang asing saja yang langsung menilai seseorang dari cover nya belum liat dalamnya.
Setelah selesai dari kampus Maureen langsung pergi ke restoran dengan di antar oleh Kanaya.
Baru saja mobil Kanaya pergi dari area kampus,dan bertepatan dengan itu pula Aidan telah sampai ke kampus.
Niatnya ingin menjemput istrinya ehh malah udah pulang sama temen nya,tak apa lah Aidan percaya jika Kanaya teman yang baik untuk Maureen.
Jadilah Aidan putar balik,dia akan pulang ke rumah saja dan menunggu Maureen disana.
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.