NovelToon NovelToon
Langit Senja Galata

Langit Senja Galata

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Anfi

Lunara Ayzel Devran Zekai seorang mahasiswi S2 jurusan Guidance Psicology and Conseling Universitas Bogazici Istanbul Turki. Selain sibuk kuliah dia juga di sibukkan kerja magang di sebuah perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI.

Ayzel yang tidak pernah merasa di cintai secara ugal-ugalan oleh siapapun, yang selalu mengalami cinta sepihak. Memutuskan untuk memilih Istanbul sebagai tempat pelarian sekaligus melanjutkan pendidikan S2, meninggalkan semua luka, mengunci hatinya dan berfokus mengupgrade dirinya. Hari-hari nya semakin sibuk semenjak bertemu dengan CEO yang membuatnya pusing dengan kelakuannya.

Dia Kaivan Alvaro Jajiero CEO perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI. Kelakuannya yang random tidak hanya membuat Ayzel ketar ketir tapi juga penuh kejutan mengisi hari-harinya.

Bagaimana hari-hari Ayzel berikutnya? apakah dia akan menemukan banyak hal baru selepas pertemuannya dengan atasannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14. Alvaro serius dengan ucapannya

Ayzel akhirnya mengikuti saran Alvaro, mereka tidak ikut Humey dan Malvin untuk naik sampai atas Menara Galata. Ayzel dan Alvaro keluar dari menara galata, Alvaro membawa Ayzel untuk mencari tempat yang lebih teduh untuk mereka bisa istirahat sambil menunggu Humey dan Malvin selesai menjelajah.

Alvaro akhirnya membawa Ayzel ke kedai kopi Karakoy Gulluoglu, yang hanya berjarak beberapa langkah dari menara. Ayzel duduk bersandar pada salah satu kursi pelanggan yang ada di sana, sebenarnya kantuk sudah menyergapnya.

“Minum ini dulu,” Alvaro memberikan es americano pada Ayzel. Sementara dia memesan espresso.

“Terimakasih,” ucap Ayzel yang mulai meminum americanonya.

Alvaro menatap lekat perempuan yang sedang menikmati kopinya untuk menghilangkan kantuk. Lelah di wajahnya tak dapat di tutupi lagi, Alvaro bertanya-tanya sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Ayzel akhir-akhir ini.

“Selelah itukah?” Alvaro akhirnya bertanya juga pada Ayzel.

“Ya?” Ayzel menatap bingung maksud Alvaro.

“Menjadi asistenku,” ucap Alvaro. Pasalnya dari semenjak mereka bertemu kembali, sikap Ayzel terlihat lebih waspada dari sebelumnya.

“Saya hanya kurang tidur. Tidak ada hubungannya dengan menjadi asisten pak Alvaro,” apa yang di katakan Ayzel memang sebuah kenyataan, dia kurag tidur karena praktiknya di pusat konseling. Karena hal itulah yang menjadi alasan dia mengajukan pengunduran diri, namun sepertinya Alvaro salah paham dengan maksud Ayzel.

“Sudah  terlihat. Kantung mata yang sebentar lagi berubah jadi mata panda,” Alvaro mengarahkan kembali kaca ke hadapanAyzel.

“Tidak seperti ini juga pak Alvaro,” Ayzel menyingkirkan cermin yang di pegang Alvaro.

“Ze. Kalau per ...” Ayzel mendapat telepon sebelum Alvaro sempat melanjutkan ucapannya.

Panggilan tersebut dari Naira, dia mengatakan bahwa a32 yang tak lain klien Ayzel datang dengan kondisi yang berantakan. Dia hanya mau bertemu dengan Ayzel, a32 mengalami serangan kecemasan yang sudah mengkhawatirkan.

“Baik Nai. Aku segera ke sana, tolong tetap buat suasana senyaman mungkin. Atau bawa dia ke ruanganku,” Ayzel menutup panggilan dari Naira.

“Pak Alvaro. Saya harus ke pusat konseling, tolong sampaikan pada Humey. Saya akan pulang mungkin sedikit larut,” Ayzel beranjak dari tempat duduknya bergegas untuk segera pergi dari sana.

“Tunggu. Saya antar kamu Ze,” cekal Alvaro saat Ayzel sudah mau pergi.

“Tapi Malvin dan Humey masih diatas.”

“Mereka sudah dewasa Ze, lagi pula ada Malvin. Bukankah dia calon suaminya Humey? Kamu lebih butuh bantuanku dari pada mereka,” Alvaro kekeh ingin mengantar Ayzel.

“Baiklah. Boleh sekarang kita berangkat?” tanya Ayzel pada Alvaro, karena dia harus segera sampai ke klinik dan pusat koseling Istanbul.

Mereka menuju mobi Alvaro yang tadi di parkir di dekat restoran, Ayzel sedikit berlari sambil melihat arlojinya. Alvaro belum sempat bertanya sebenarnya ada apa, karena mimik wajah Ayzel berubuah seketika setelah mendapatkan telepon yang entah dari siapa.

"Pake sabuk pengamanmu," titah Alvaro pada Ayzel yang sedang terengah-engah setelah berlari dari menara Galata menuju mobil Alvaro.

“Iya ... terimakasih,” Ayzel memasang sabuk pengamannya, Alvaro melajukan mobil dengan kecepatan yang lumayang tinggi. Mengingat perempuan yang sedang duduk di samping kemudinya itu beberapa kali melihat arlojinya dengan raut khawatir.

Alvaro tidak bertanya lebih jauh, hanya hening yang terjadi selama perjalanan menuju pusat konseling.

“Malvin. Aku minta tolong antar Humey sampai apartemen, bilang padanya aku harus ke pusat konseling. Ada klien yang tiba-tiba kambuh, aku diantar pak Alvaro” Ayzel lebih memilih mengirimkan pesan pada Malvin agar Humey tidak panik atau khawatir padanya.

"Ok. Tidak perlu khawatir, kuberi tahu Humey setelah ini” balas Malvin.

Mereka sudah sampai di pusat konseling, Alvaro memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Ayzel sebenarnya bisa pulang sendiri nanti, seperti biasa Alvaro kekeh ingin ikut. Baginya tidak ada penolakan, mau tidak mau Ayzel mebiarkannya.

“Nai,” panggil Ayzel saat melihat Naira.

“Akhirnya kamu sampai juga,” Naira segera meminta Ayzel mengikutinya. Kehadiran Alvaro di sana tak ternotice karena Naira yang juga terlihat panik.

“Bagaimana kondisinya?” Ayzel mencari ipadnya di tas. Dia lupa kalau tadi ipadnya sempat dipinjam Alvaro dan belum di kembalikan.

“Sepertinya lebih parah dari kondisi konsul terakhirnya. Menurut rekannya hari ini dia melihat tunangannya bersama rekan kerjanya berpegangan tangan,” jelas Naira pada Ayzel.

“Sebentar Nai,” Ayzel melirik Alvaro.

“Ipad saya masih ada di pak Alvaro?” dia baru ingat kalau tadi pagi ipadnya di pinjam Alvaro.

“Iya ... kenapa?” Alvaro memang sengaja meminta ipad Ayzel, karena dia ingin mengganti ipad itu dengan yang baru.

Ayzel menggelengkan kepala dan kembali bicara dengan Naira.

“Hampir setiap malam dia menghubungiku Nai. Aku tidak bisa abai karena takut dia bisa bertindak nekat,” keluh Ayzel pada salah satu rekannya itu. Alvaro yang mendengarkan akhirnya mengerti penyebab di balik kantung mata Ayzel.

“Dari yang aku lihat dia merasa sangat gelisah Ay. Mondar mandir tidak jelas selama dalam ruang pemantauan,” a32 adalah klien mereka berdua. Baik Ayzel maupun Naira melakukan kerja sama untuk membuatnya lebih baik.

Mereka bertiga sudah ada di depan ruangan dimana a32 menunggu, dari kaca yang mereka mengamati sejenak a32.

“Nai. Aku masuk, kalau ada apa-apa langsung segera cari bantuan. Segera panggil dokter kalau aku beri kode,” Ayzel menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum menemui a32. Biar bagaimanapun Ayzel belum mendapatkan lisensinya, dia masih butuh seniornya. Begitupun dengan Naira, jadi mereka tetap harus melakukan tindakan atas persetujuan pengawas mereka yang sudah berlisensi.

“Ze. Saya boleh ikut masuk?” Alvaro khawatir dengan Ayzel.

“Tidak. Hanya yang berkepentingan yang bisa masuk,” Ayzel tersenyum pada Alvaro.

Seolah enggan membiarkan Ayzel masuk, Alvaro mencekal tangan Ayzel. Dengan tatapan yang tak dapat Ayzel sendiri artikan, Alvaro tidak melepaskan cekalannya dari tangan Ayzel.

“Saya akan baik-baik saja. Ini adalah tugas saya sehari-hari pak Alvaro, tidak perlu khawatir. Saya tidak perlu takut karena ada pak Alvaro di sini,” Ayzel melepaskan diri dari cekalan Alvaro. Dia masuk dengan senyuman indah, dari sorot matanya seolah mengatakan  dia baik-bai saja.

Tatapan Ayzel memang selalu dapat menghipnotis Alvaro, dia melepaskan cekalan tangannya. Membiarkan Ayzel melakukan apa yag harus dia lakukan sebagai calon psikolog.

“Bagaimana kabarmu hari a32?” Ayzel masuk dengan pelan dan tenang agar kliennya menjadi lebih tenang.

“Aku takut dia pergi meninggalkanku. Bagaimana kalau akhirnya dia tidak memilihku?” racau a32 saat dia bertemu dengan Ayzel. Perempuan berusia 30 tahun itu mengeluarkan semua kegelisahannya pada Ayzel.

Kurang lebih selama satu jam Ayzel berada di dalam, mendengarkan semua kegelisahan kliennya. Sementara Naira berada dalam ruang pemantau untuk menganalisa perkembangan kondisi a32, Alvaro juga ada di sana.

“Apa setiap hari kalian menghadapi hal seperti ini?” tiba-tiba Alvaro bertanya pada Naira.

“Kamu siapa? Sejak kapan ada di situ?” Naira yang kaget melihat seorang pria yang tidak di kenalnya.

“Saya datang bersama dia,” Alvaro menunjuk Ayzel yang masih di dalam bersama kliennya.

“Oh ... tidak semua klien kami mengalami hal seperti yang kamu lihat. Setiap klien punya masalah yang berbeda dengan penanganan yang berbeda pula,” jelas Naira pada Alvaro.

Sudah satu jam lebih Ayzel berada di dalam, saat sesi hampir selesai a32 mendadak mengalami serangan panik. Dia menjadi tegang dan merasa dalam bahaya, Ayzel bahkan terdorong sampai jatuh tersungkur saat mendekat untuk menenangkannya.  Pelipisnya sedikit tergores karena terbentur meja, Naira langsung memanggil dokter dan beberapa staff.

Alvaro berlari menuju ruangan tersebut saat melihat Ayzel jatuh tersungkur, dia menerobos masuk tanpa perduli dengan peraturan yang ada di sana.

“Pak Alvaro, kenapa kemari?” tanpa perduli Ayzel bertanya padanya, Alvaro langsung menghampiri dan membantu Ayzel berdiri.

“Kamu tidak apa-apa Ze?” Alvaro memutar ke kanan dan ke kiri tubuh Ayzel, memastikan dia tidak terlukan kecuali pelipisnya yang tergores dan berdarah.

“Saya baik-baik saja. Pak Alvaro keluar dulu,” dengan lembut dia meminta Alvaro keluara. Di sisi lain Ayzel juga tetap memperhatikan kliennya yang duduk meringkuk sambil menutup kedua telinganya.

“Saya tetap di sini,” Alvaro kekeh.

“Masih ingin saya jadi asisten pak Alvaro, kan? Tolog keluar dulu,” Alvaro sebenarnya ragu, tapi dia tetap keluar menuruti permintaan Ayzel. Meskipun Alvaro tahu ucapan Ayzel bukan ancaman untuknya, dia mengalah karena tak mau semakin memperburuk hubungannya dengan Ayzel.

“Good job Alvaro Jaziero,” ucapan Ayzel mempu membuat hati Alvaro berdenyut-denyut seperti ada kupu-kupu yang memutarinya.

Ayzel bukan tidak berterimakasih karena Alvaro menolongnya atau perhatian, namun dia harus tetap menjaga kode etik seorang psikolog. Apapun yang terjadi, dia harus memastikan kerahasiaan biodata kliennya.

Ayzel memutar musik relaksasi, agar kliennya menjadi lebih tenang dan itu berhasil. Klienya mulai lebih tenang, Ayzel hanya memperhatikan dan memastikan kliennya merasa lebih nyaman. Setelah terkondisikan barulah Naira membawa dokter masuk untuk memberikan obat penenang.

“Thanks Nai. Aku pamit dulu,” Ayzel pamit setelah hampir sekitar tiga jam mereka berjuang untuk klien a32. Dia akhirnya bersedia di rawat selama beberapa hari untuk mendapat pantauan dari tim  pusat konseling.

“Istirahat yang cukup Ay. Jangan lupa besok crita,” Naira menunjuk samar kearah Alvaro. Siapapun akan mengira bahwa Alvaro adalah kekasih Ayzel, setelah melihatnya panik karena Ayzel terluka.

“Sampai jumpa,” mereka berdua berpisah pulang ke tempat masing-masing.

Alvaro dengan muka masam berdiri di dekat mobilnya, menanti Ayzel datang menghampirinya.

“Mau di sini terus? Masih ada kamar tu di sana pak,” celetuk Ayzel sambil menunjuk klinik pusat konseling. Dia tahu Alvaro masih ngambek saat tadi di suruh keluar.

“Saya punya rumah Ze,” jawabnya sedikit kesal dan hanya ditanggapi senyum oleh Ayzel.

Kalau itu bukan Ayzel mungkin Alvaro akan langsung memeluknya, karena dia Ayzel maka Alvaro tidak berani pada perempuan yang semakin cantik dengan hijab warna nude.

“Pak Alvaro mau makan malam apa?” tanya Ayzel, dia tahu kalau Alvaro sedikit kesal padanya. Tapi Ayzel berusaha mentralkan dirinya, baginya Alvaro saat ini adalah atasannya. Ayzel mungkin terlalu takut untuk kembali menaruh harap jika itu berhubungan dengan perasaan yang bernama cinta.

“Masakanmu,” celetuk Alvaro dengan mata yang berbinar menatap Ayzel.

“Tidak bisa. Ada Humey di rumah,” tegas Ayzel yang membuat Alvaro mencebik.

Akhirnya mereka hanya membeli kebab dan minuman dingin, Alvaro sudah kehilangan moodnya. Ayzel menahan perasaannya untuk tidak tertawa melihat tingkah random atasannya.

“Ze. Kalau saya serius dengan ucapan saat itu, apa jawabanmu?” Alvaro memecah suasana hening diantara mereka.

“Hmm? Ucapan yang mana?” Ayzel tahu maksud Alvaro. Namun dia benar-benar merasa takut untuk berharap. Tidak ingin lagi jatuh cinta sendiri, tidak ingin berjuang sendiri dan tidak ingin menggebu-gebu yang berakhir dengan luka yang cukup perih.

“Mejadi istriku,” Alvaro mencari tempat untuk menghentikan mobilnya. Ayzel melihat kearah Alvaro, saat ini mereka berdua saling menatap.

“Saya tahu mungkin lukamu belum sembuh. Tapi saya bukan Nathan,” ucapan Alvaro mampu membuat Ayzel hampir meneteskan air mata. Bagaimana Alvaro tahu tentang Nathan, kenapa dia harus menyebut nama itu. Batin Ayzel.

“Saya sudah baca bukumu Ze,” Ayzel terpaku. Alvaro benar-benar di luar bayangannya.

“Mintalah pada keluarga saya, jika mereka menerima pak Alvaro” Ayzel menjeda kalimatnya. Alvaro menatap Ayzel, menanti perkataan selanjutnya.

“Kapanpun itu saya akan bersedia,”  Ayzel menatap jalanan. Dia takut untuk melihat mata Alvaro, pada dasarnya dia takut menemukan ke raguan dari sorot matanya.

Senyum Alvaro mengembang mendengar jawaban Ayzel.

Ayzel tidak ingin terlalu banyak berharap, entah Alvaro serius atau hanya menggodanya, dia tidak pernah tahu masa depannya seperti apa. Satu hal yang dia tahu, jika Alvaro adalah rumah masa depannya. Sejauh apapun Ayzel menjauh, mereka akan tetap bertemu.

“Jangan lupa obati lukamu. Istirahat,” mereka sudah berada di depan apartemen Ayzel.

“Terimakasih pak Alvaro. Hati-hati di jalan,” Ayzel turun dari mobil Alvaro dan masuk menuju apartemennya. Ayzel sudah ingin merebahkan badannya di kasur, karena hari ini sangat melelahkan untuknya.

Sementara Alvaro pulang keapartemennya.

“Hallo. Kim Roan lusa kita berangkat. Misi berhasil,” Alvaro megirimkan pesan pada asisten utamanya.

“Siap bos,” balas Kim Roan.

 

 

 

1
Arsyila Syafina
semangat KK upnya .. karna AQ udah semngt bngt nungguinnya /Drool//Drool/
a yulaela_fa(Ayu Anfi): diushkan kak minimal 1 eps/hr
trimksh sdh membca ayzel x alvaro
total 1 replies
Arsyila Syafina
uuuh .. lebih bnyak donk kak apload nya /Drool/
a yulaela_fa(Ayu Anfi): sdh rilis kak eps 33 + 34.
hr ini up 2 sekaligus
a yulaela_fa(Ayu Anfi): blm lolos review kak, 2 episode sedang menunggu rilis.
sabar ya
total 4 replies
Arsyila Syafina
.
Arsyila Syafina
jangan sampk ada wanita lain./Sob/
Arsyila Syafina
jangan Sampek Alvaro gak jadi sama ayzel ya kk /Sob/
a yulaela_fa(Ayu Anfi): siap kk.
nantika part selanjutnya bsk smg bs up ep br lg.
trimaksih sudah membaca karya saya ☺️☺️🫶🏻
total 1 replies
Arsyila Syafina
jangan lama2 ya kk .. lagi nungguin banget nie 😁,,
a yulaela_fa(Ayu Anfi): besok pg ya kak aq up. br selesai diedit.
trmksh sdh membaca langit senja..
total 1 replies
TRI ALFITO DEANOVA
keren👍
a yulaela_fa(Ayu Anfi): trimkash kak, smg kedpn sy bs lbh baik lg
total 1 replies
Taki
Kebanjiran emosi!
a yulaela_fa(Ayu Anfi): 😁🫣🙏🏻
trimksh kak sdh mmpir & menyempatkan membaca
smg hrnya menyenangkan 🤗
total 1 replies
Nori
Terkesima dengan alur ceritanya, semoga terus berkembang 👏
a yulaela_fa(Ayu Anfi): trimakasih kak, kalau ada saran dan kritik boleh kak dtls dikomen.
trimakasih /Heart//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!