Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuntutan Tak Berdasar
Michelle berjalan masuk ruang sidang dengan rasa percaya diri tinggi.
Aleandro telah lebih dulu datang dan Michelle menghampiri.
"Oh, ternyata istri keduamu ikut ya? Tak kusangka, berani sekali ikut datang," sindir Michelle.
"Dengan dia datang semakin memperlihatkan bahwa kau lah yang salah Aleandro," ucap Michelle dengan senyum sinis.
Pria balok es itu hanya diam dan tak ingin menambah kacau suasana.
"Aku semakin punya alasan bahwa aku tak bersalah...ha...ha... Aku melakukannya karena kamu punya istri lagi," seru Michelle terbahak.
Aleandro menggenggam tangannya erat. Ternyata Michelle selicik itu.
Andine mengelus tangan Aleandro untuk menenangkan sang suami.
"Emosi tak menyelesaikan masalah," bisik Andine.
"Hhhmmm," hanya deheman yang terdengar.
Agenda sidang hari ini adalah penambahan bukti yang diberikan oleh kedua belah pihak.
Seperti yang dikatakan oleh Michelle tadi, pihak Aleandro menyuguhkan bukti berupa hasil tes DNA yang memang menunjukkan bahwa janin yang dikandung oleh Michelle bukan darah daging Aleandro.
Saat pihak Michelle diberi kesempatan untuk menyanggah dan dasarnya Michelle ratu drama maka hasil tes DNA itu malah dipakai untuk menjatuhkan Aleandro.
Michelle mengakui jika melakukan semua yang dituduhkan. Tapi punya alasan yang kuat kenapa melakukannya. Michelle mengaku tak ingin dipoligami, tapi Aleandro memaksanya. Bahkan Michelle menuding langsung ke arah Andine dan menuduh Andine adalah seorang pelakor yang merebut suaminya.
Dengan menjual kesedihan, Michelle menangis tersedu di tengah sidang membuat Aleandro jengah.
"Lantas, apa saya salah yang mulia? Jika menuntut gono gini yang banyak untuk mengganti sakit hati saya ini," ucap Michelle tersedu.
"Huuuuuu....," kebanyakan orang yang hadir di sidang menyoraki Michelle karena mencari pembenaran atas kesalahan yang dilakukan.
"Intinya yang mulia, klien saya ini akan menyetujui tergugat jika tergugat membayarkan hak klien saya," kata pengacara Michelle.
"Klien saya menuntut gono gini berupa tiga puluh persen saham milik saudara penggugat," sambung pengacara itu.
"Baiklah, karena masih belum menemukan kata sepakat. Saya ingin mengajukan bukti dan juga saksi tambahan yang mulia," sanggah pengacara dari pihak Aleandro.
"Oke, silahkan dilanjutkan saudara pengacara," sambut ketua sidang.
Martin kali ini maju sebagai saksi.
Michelle mendelik ke arah Martin yang sedang menatapnya.
Martin mengutarakan semua yang dilhat setelah disumpah sebagai saksi oleh pengadilan.
"Saksi telah berbohong yang mulia," ucap Michelle yang geram dengan kesaksian Martin yang membela Aleandro dan memberatkannya.
"Mohon tenang nyonya Michelle," tegur hakim.
Yang terakhir, pengacara Aleandro juga menghadirkan Jerome sebagai saksi dari pihak Aleandro.
Lemaslah Michelle, karena dengan hadirnya Jerome pasti akan memberatkannya.
Semua yang dikatakan Michelle di tengah sidang tadi semua terpatahkan oleh kesaksian Martin dan Jerome.
"Baiklah, setelah mendengarkan saksi dan berdasar bukti yang telah diajukan. Maka keputusan akan disampaikan seminggu lagi," kata hakim sambil menutup agenda sidang.
Di luar, Michelle mengejar Aleandro yang hampir sampai mobil.
"Tunggu Aleandro," seru Michelle.
Aleandro menoleh.
"Aku tak akan menyerah sampai kamu memberikan hak atas saham itu," hadang Michelle.
"Oh, hanya itu yang ingin kamu tanyakan?" tukas Aleandro dingin.
"Hhhmmm tentu saja. Aku hanya menagih janji yang pernah kamu utarakan waktu itu" lanjut Michelle.
"Janji?" balas Aleandro.
"Jangan sok amnesia deh. Kamu sendiri yang bilang, mau kamu tambahi lima persen lagi saham jika aku mau melakukan apa yang kamu mau. Jadi total tiga puluh lima persen saham akan menjadi milikku," ulas Michelle.
"Kamu belum mendengar kelanjutannya Michelle," Aleandro menatap tajam calon mantan istrinya.
"Apa?"
"Tiga puluh ditambah lima persen saham memang akan aku alihkan atas nama kamu. Kalau hasilnya adalah darah dagingku. Tapi berhubung tak cocok, ya menjadi tugas kamu untuk mencari siapa ayah kandungnya. Minta saja saham padanya," ejek Aleandro.
"Iisshhhh, licik kamu Aleandro. Tak akan aku biarkan kamu bahagia di atas penderitaanku," ancam Michelle sambil melirik ke arah Andine yang terpaku di samping Aleandro.
"Aku akan menuntutmu," teriak Michelle.
Sementara mobil yang dinaiki Aleandro dan Andine maju perlahan. Tak memperdulikan Michelle yang terus mengejar.
Martin bersama Jerome barusan keluar. Karena harus berbicara terlebih dahulu dengan Tania pengacara Aleandro.
Martin mendekat ke arah Michelle yang histeris.
"Nyonya, sebaiknya anda berhenti sampai di sini. Sebelum tuan muda bertindak lebih lanjut," bisik Martin.
"Kamu mengancamku?" teriak Michelle.
"Oh tidak nyonya, saya hanya mengingatkan anda," tukas Martin.
"Tapi wajahmu berkata lain tuan Martin. Anda saat ini sedang mengintimidasiku," timpal Michelle.
"Anda sendiri yang mengatakan itu, padahal saya tak ada maksud apapun nyonya," kata Martin beralasan.
"Oh ya, sebelum anda berani menentang tuan muda. Lihat video ini....," Martin memutar video di ponsel supaya bisa dilihat oleh Michelle.
"Kutu kupret... Jadi kau sudah tahu semua?" Michelle menatap Martin.
"Hhmmm, bahkan tuan Aleandro sudah tahu semuanya. Bagaimana? Apa anda ingin melanjutkan semua tuntutan? Yang ada anda akan berakhir di penjara nyonya," Martin pergi meninggalkan Michelle begitu saja.
Jerome pun tersenyum sinis ke arah Michelle, "Makanya, pakai otak sebelum bertindak. Tak akan kubiarkan temanku terjerumus lebih dalam karena ulahmu,"
"Jangan menuntut yang tak berdasar," lanjut Jerome.
"Sialan," desis Michelle.
Michelle menghentakkan kaki karena kesal dengan keadaan. Seharusnya dia bisa menekan pihak Aleandro tapi pada kenyataannya Michelle salah perhitungan.
'Kenapa mereka bisa tahu aku ada kaitan dengan kejadian itu? Harusnya kubuat mati saja jal4ng itu," kesal hati Andine.
Michelle masuk ke mobilnya. Ternyata sudah ada Nicky berada di balik kemudi.
"Kau???" Michelle menetralisir keterkejutannya.
"Masuklah," ajak Nicky.
"Aku ingin sendiri," tukas Michelle.
"Ada aku yang akan menghiburmu. Jangan menolak!" balas Nicky.
Michelle tak membantah lagi, otaknya bleng untuk sesaat.
'Apa aku manfaatkan Nicky saja?' timbul rencana licik melintas di otak Michelle.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Meski capek, tetap berusaha tekan-tekan keyboard. Maka jadilah part ini.
Tak banyak sih, tapi author harap kalian suka.
Like, komen atau apapun itu tetap author tungguin, karena itulah penyemangat yang asli.
Hatur nuhun