Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Rumah Sakit
CRAAAAANG!
Kaca besar yang ada di samping pintu restoran es krim pecah.
"AAAAAAAAAAA!" Hani berteriak sambil memegang pipinya.
"Hani, awasssss!" Revaz menarik Hani menghindari hujan pecahan kaca.
Orang-orang yang ada di restoran es krim berlarian keluar.
"Hani, wajahmu terluka," kata Revaz.
"Cuman tergores Kak," Hani menahan sakit.
Revaz membawa Hani keluar dari restoran es krim. Di luar restoran banyak kerumunan orang yang mencari informasi apa yang terjadi bahkan ada yang hanya sekedar foto-foto untuk posting di media sosial mereka.
BRUUUKKK!
Entah dari mana datangnya, dua buah pot bunga dari atas jatuh menimpa kepala Revaz dan Hani. Mereka berdua jatuh pingsan tidak sadarkan diri di depan restoran. Orang-orang di sana panik. Mereka dengan hati-hati menyingkirkan pecahan pot bunga yang terbuat dari tanah liat. Kepala bagian belakang Revaz dan Hani mengeluarkan darah.
Salah satu karyawan restoran es krim yang kebetulan kenal dengan Revaz, segera membawa Revaz ke rumah sakit terdekat. Dan ada seseorang yang berlari menghampiri Hani. Dia terlihat sangat panik melihat Hani tidak sadarkan diri.
"Hani, Hani, maaf ini teman saya. Biar saya bawa dia ke rumah sakit," seorang cowok mengangkat Hani dan memasukkannya ke dalam mobil.
Karyawan yang membawa Revaz mengambil ponsel Revaz dan menghubungi panggilan terakhir yang ada di ponselnya. Karyawan itu memberitahu saat ini yang punya ponsel tidak sadarkan diri dan dibawa ke rumah sakit dekat kota. Mobilnya ada di depan restoran es krim.
Valdi pamit kepada Zaki untuk pergi ke rumah sakit. Sebelumnya Valdi jalan kaki menuju restoran es krim. Karyawan restoran menyerahkan kunci mobil Revaz kepada Valdi. Valdi berdiri di depan restoran. Valdi melihat jendela kaca yang pecah. Valdi melihat ada gumpalan kertas di lantai. Valdi mengambil dan membukanya.
"Gadis Pembawa Sial? Apakah ini ditujukan kepada Hani? Orang gila itu muncul lagi!" Valdi membuang kertas itu ke lantai restoran dan menuju ke rumah sakit kota.
Tibalah Valdi di rumah sakit, Valdi menghubungi karyawan restoran yang membawa Revaz. Valdi juga mencari Hani. Karyawan itu bilang ada seseorang yang mengaku temannya Hani dan membawa pergi Hani.
Valdi mengucapkan terima kasih kepada karyawan es krim itu. Valdi masuk ke dalam ruangan Revaz. Luka Revaz tidak begitu parah, tapi dia harus beristirahat di rumah sakit.
"Hani, bagaimana Hani?" Revaz memegang kepalanya.
"Kak, Hani menghilang. Katanya ada cowok yang mengaku sebagai temannya dan membawanya pergi,"
"Apa? Coba telpon," Revaz memejamkan matanya.
Valdi menghubungi ponsel Hani. Dan ponsel Hani tidak aktif. Valdi mulai cemas, bagaimana cara memberitahukan om Zaki.
"Bagaimana masalah mu dengan Elvira?" tanya Revaz.
"Kak, bukannya yang mau bertunangan itu Kakak?"
"Tapi Elvira memilih mu. Cinta tidak bisa dipaksakan Val."
"Itu Kakak sudah tau, cinta tidak bisa dipaksakan. Harus ya Kak, demi bisnis keluarga, kita tidak bisa menentukan jodoh kita?"
"Valdi, Revaz," orang tua mereka masuk ke dalam ruangan.
"Bagaimana keadaanmu?" Mama Revaz duduk di samping Revaz.
"Cuman kepala az yang agak berat," jawab Revaz.
"Valdi, maafin Papa dan Mama, kami terlalu egois. Apa kamu tidak menyukai pertunangan ini?" Papa Valdi duduk di kursi tamu samping Valdi.
"Maaf Pa, Ma. Izinkan Valdi memilih jodoh Valdi sendiri. Valdi tahu betul bagaimana Evira. Dia juga tidak menyukai Valdi. Elvira sudah mempunyai kekasih. Kak Revaz juga kenal dengan kekasihnya."
"Mengapa Elvira memilih mu dan menolak Revaz?" tanya papanya.
"Karena Kak Revaz bukan tipenya itu yang Valdi dengar. Elvira mendekati Valdi juga karena dia sakit hati diputus kekasihnya. Dia ingin menunjukkan kepada kekasihnya dia mampu mencari pengganti."
"Baiklah, Papa akan bicara dengan orang tua Elvira. Papa tidak ingin gara-gara ini, kalian jauh dari kami," Papa Valdi merangkul Valdi.
Telpon Valdi berbunyi, Valdi mendapatkan telepon dari Zaki. Zaki bilang saat ini dia berada di rumah sakit kota bersama Hani. Valdi bertanya di ruangan mana Hani dirawat. Valdi menutup teleponnya.
Valdi secara singkat cerita kepada orang tuanya tentang Hani yang telah menyelamatkannya di pesawat pada waktu itu. Dan sekarang rumah mereka terbakar dan untuk sementara Hani dan papanya tinggal di rumah Valdi.
Orang tua Valdi yang penasaran tentang Hani, ikut Valdi ke ruangan Hani. Mereka rela meninggalkan Revaz sendirian di ruangannya.
"Hmmm, kayaknya mereka penasaran dengan calon mantu. Aahhhh, kurang apa coba gue. Gue juga tampan, gue yang duluan ketemu Hani. Kita liat siapa yang nanti dipilih Hani," gumam Revaz.
Valdi dan orang tuanya masuk ke dalam ruangan Hani dirawat. Betapa terkejutnya orang tua Valdi, ternyata orang tua Hani adalah orang yang pernah menolong mereka di masa lalu.
Singkat cerita, dulu kantor papanya Valdi mengalami kesulitan finansial. Papa Valdi sangat memerlukan dukungan finansial. Tidak ada satu orang pun yang menolongnya pada saat itu. Teman-teman yang sering meminta bantuannya pun menghilang. Papa Valdi hampir mengalami kebangkrutan.
Papa Valdi dalam kekalutan bertemu dengan papa Hani di sebuah rumah relasi bisnisnya. Papa Valdi dengan lancarnya curhat kepada papa Hani tentang kondisi kantornya pada saat itu. Dan papa Hani menawarkan bantuan pada saat itu. Papa Hani memberikan bantuan tanpa persyaratan apapun. Papa Hani juga tidak meninggalkan jejaknya. Sejak saat itu mereka tidak pernah lagi bertemu.
"Pak Zaki, terima kasih. Berkat bantuan Pak Zaki, kantor kami kembali beroperasi. Saya akan membayar semua pinjaman saya kepada Pak Zaki. Saya putus asa tidak menemukan Pak Zaki."
"Itu semua rezeki Pak Wilan," kata Zaki merendah.
Wilan mengenalkan Zaki kepada istrinya. Mereka bertiga asik mengobrol di kursi tamu. Valdi menghampiri Hani mencari tahu apa yang terjadi. Hani cerita dia diselamatkan oleh cowok yang mengaku sebagai kekasihnya. Dan Hani sama sekali tidak mengingatnya.
"Hani, apa dia benar-benar kekasihmu?" Valdi penuh selidik.
"Entahlah Kak. Aku sama sekali tidak mengingatnya. Aku baru pertama ini melihatnya. Apa aku amnesia?" Hani menatap Valdi.
Valdi berharap itu semua tidak benar. Valdi sudah berjanji akan selalu menjaga Hani. Semoga saja Hani benar-benar lupa pada kekasihnya. Semoga saja Hani akan memilihnya. Saat ini jantung Valdi seperti roller coaster di depan Hani. Valdi tidak sanggup ditatap Hani. Valdi kemudian permisi keluar dengan alasan mau minum kopi.
Valdi menuju kantin rumah sakit yang letaknya tidak begitu jauh dari ruangan Hani. Valdi menikmati kopi dan roti. Valdi teringat pada kak Revaz. Setelah menghabiskan kopi dan rotinya, Valdi kembali ke ruangan Revaz. Dan Valdi melihat seorang perawat pria dengan kasar menekan wajah Revaz dengan bantal.
Revaz berontak karena seseorang membekap wajahnya.
BUGH!
BUGH!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...