Genre: Petualangan, Misteri, Fantasi
Garis Besar Cerita:
Perjalanan Kael adalah kisah tentang penemuan diri, pengorbanan, dan pertarungan antara memilih untuk berpegang pada prinsip atau membiarkan kekuasaan mengendalikan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengorbanan Yang Terpaksa
Menara Penjaga Dunia
Mereka berdiri di hadapan Menara Penjaga Dunia, sebuah monumen besar yang seakan menembus langit. Cahaya biru gelap yang memancar dari puncaknya menambah ketegangan yang sudah melingkupi tempat itu. Setiap langkah mereka terasa lebih berat, seperti beban tak terlihat menekan di dada mereka.
Penjaga dunia itu berdiri di depan mereka, masih tersembunyi di balik jubah hitamnya. Mata merahnya menyala dengan intensitas yang mengingatkan Alaric pada api yang hampir memusnahkan segala sesuatu di sekitarnya.
"Kami sudah membuat pilihan kami," kata Alaric dengan suara tegas, meskipun ada sedikit keraguan di dalam dirinya. "Kami tidak akan mundur. Kami akan melawan takdir."
Penjaga itu mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, angin kencang berputar di sekitar mereka. "Pilihan kalian akan diuji, Alaric," suara penjaga itu menggema di udara. "Kalian akan menghadapi apa yang paling kalian takuti. Siapakah kalian ketika semuanya yang kalian percayai runtuh?"
Alaric merasa tubuhnya terhuyung oleh gelombang energi yang tiba-tiba melingkupi dirinya. Kiran dan Kael berusaha mendekat, namun kekuatan itu menahan mereka di tempat.
"Jangan khawatir," kata Kael sambil berusaha menguatkan diri. "Kita akan melewatinya, seperti yang selalu kita lakukan."
---
Ujian Dimulai
Saat kabut energi menghilang, mereka mendapati diri mereka berada di sebuah dunia yang tampak berbeda—sebuah dunia yang sangat mirip dengan dunia yang mereka kenal, namun terasa asing. Langit tampak lebih gelap, dan tanah di bawah kaki mereka terasa keras dan pecah.
"Ini bukan tempat yang kita kenal," kata Kiran dengan hati-hati. "Ini... dunia lain?"
"Ini bukan hanya dunia lain," kata Penjaga itu, suaranya kini terdengar lebih dekat. "Ini adalah dunia kalian yang terpecah—sebuah bayangan dari kenyataan yang seharusnya ada. Di sinilah kalian akan diuji."
Tiba-tiba, bayangan hitam muncul dari tanah yang retak, berubah menjadi sosok-sosok yang sangat familiar. Wajah-wajah yang mereka kenal dengan baik—namun bukan wajah yang mereka harapkan untuk bertemu dalam dunia ini.
Alaric melihat sosok ayahnya, berdiri di hadapannya dengan tatapan yang penuh kemarahan. "Kau tidak cukup kuat, Alaric," kata sosok itu dengan suara yang dingin dan penuh penyesalan. "Kau telah gagal. Semua ini adalah kesalahanmu."
"Ayah..." suara Alaric tercekat, namun ia segera mengatupkan giginya. "Tidak! Ini bukan kesalahanku!"
Namun, bayangan itu terus mendekat, seakan ingin menghancurkan segala harapan yang tersisa. "Kau tidak bisa melawan takdirmu," suara itu berkata, semakin mengerikan. "Kau bukan pilihan yang tepat. Tidak pernah ada pilihan yang benar."
Alaric merasa terjebak dalam keraguan, namun saat ia hampir tenggelam dalam rasa kehilangan itu, suara ibunya muncul dalam pikirannya. "Kau bisa melakukannya, Alaric. Percayalah pada dirimu sendiri."
Dengan dorongan itu, Alaric berbalik dan menghadapi bayangan ayahnya. "Aku tidak akan menyerah!" teriaknya, melepaskan kekuatan yang ada dalam dirinya.
Pedang bayangan muncul di tangannya, mengeluarkan cahaya yang kuat dan membelah bayangan ayahnya menjadi serpihan yang menghilang dalam sekejap.
"Satu ujian sudah berlalu," kata Penjaga itu, suaranya penuh penekanan. "Namun itu hanya awal. Kini, ujian yang lebih berat menanti."
---
Ujian yang Lebih Berat
Kael dan Kiran juga menghadapi ujian mereka sendiri. Kiran berhadapan dengan sosok bayangan yang mengenakan pakaian yang hampir identik dengan pakaian keluarganya, namun matanya penuh dengan kebencian.
"Kenapa kau tidak melindungi mereka, Kiran?" suara bayangan itu berbisik. "Kenapa kau membiarkan mereka mati? Semua ini karena kelemahanmu!"
"Jangan coba menipu aku!" Kiran berteriak. "Aku bukan seperti yang kau katakan! Aku melawan untuk mereka!"
Pedang Kiran bersinar dengan cahaya terang saat ia melawan bayangan itu, dan dengan sekali serang, bayangan itu hancur menjadi debu.
Kael menghadapi bayangan yang menyerupai sosok seorang pemimpin yang pernah ia hormati, namun kali ini, sosok itu memandang Kael dengan tatapan penuh amarah. "Kau tidak pantas menjadi pemimpin," kata bayangan itu. "Kau tidak memiliki keberanian untuk membuat pilihan yang sulit."
Kael menarik nafas dalam-dalam, merasakan ketegangan yang membelenggunya. "Aku tidak akan mundur hanya karena kamu mengatakan itu," jawabnya dengan suara penuh keyakinan. Dengan gerakan cepat, ia menebas bayangan itu dan melihatnya menghilang dalam kabut.
---
Kebenaran yang Tersingkap
Saat mereka bertiga akhirnya mengalahkan ujian masing-masing, mereka kembali berkumpul di tengah medan yang penuh dengan bayangan yang hancur.
"Ujian ini hanya permulaan," kata Penjaga itu. "Kalian telah membuktikan ketahanan kalian, namun ada satu hal yang lebih besar yang harus kalian pahami."
"Kami telah menghadapi ketakutan kami," kata Alaric, menatap penjaga itu. "Apa lagi yang kami harus ketahui?"
Penjaga itu mengangguk pelan. "Kekuatan yang kalian cari tidak hanya ada pada prisma-prisma itu. Kekuatan sejati berasal dari pilihan yang kalian buat. Apa yang akan kalian pilih ketika dunia ini terancam?"
Alaric, Kiran, dan Kael saling berpandangan, menyadari bahwa perjalanan mereka bukan hanya tentang kekuatan atau kemenangan. Ini tentang memilih siapa yang mereka inginkan untuk menjadi di hadapan dunia yang penuh dengan ancaman yang tak terhindarkan.
"Saat dunia ini terpecah," lanjut Penjaga itu, "hanya mereka yang memilih untuk melawan ketidakadilan yang dapat menyatukannya kembali."
😄😄😄
Good job...!!!