KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memang ada apa mas?
Saat Iman sedang larut dalam pikirannya datanglah marni dari arah dapur. Ia mendekati iman kemudian menepuk bahu iman.
“ Kamu kenapa Iman? Apa yang menyebabkan kamu sampai menangis seperti ini?” Tanya marni penasaran.
“ Oh, mba marni! Tidak ada apa-apa mba, mba sudah mandi? Jika belum mandilah dulu mba sebentar lagi magrib." Ujar iman beralasan sembari mengusap air matanya.
“ Jawablah jujur! Hal apa yang menyebabkan kamu menangis? Apa warni ingin berpisah denganmu?” Ujar marni yang semakin penasaran apa yang menyebabkan iman menangis.
“ Mba ini jangan asal dong tanyanya, mana mungkin aku berpisah dengan warni. Aku begitu mencintainya. Tadi saat aku melihat keatas tiba-tiba ada yang masuk kemataku mba. Begini jadinya, mana pedih mba.” Jawab iman sedikit berpura-pura menggosok matanya.
“ Aku tadi sudah mandi, aku kira tadi kenapa. Ya sudah kamu tolong bawa Tisna masuk kekamar." Ujar marni sembari menyeruput secangkir teh hangat.
Iman kemudian membawa tisna masuk kedalam kamar dan meletakkan ditempat tidur. Tak lupa juga ia menyelimuti Tisna karena cuaca terasa dingin. Iman sengaja menutupi kejadian yang dialami oleh Tisna, karena takut jika marni akan menemui orang tua Doni.
Jika Marni yang menemui orang tua Doni, pasti ia tidak bisa menahan emosinya. Semenjak marni dan kusno berpisah kini marni mulai banyak perubahan. Terkadang marni sulit untuk mengendalikan emosinya. Iman berinisiatif untuk menemui orang tua Doni tanpa melibatkan marni.
Iman kemudian keluar dari kamar marni dan duduk termenung dikursi yang berada di ruang tamu. Ibu ning yang melihat iman sedang termenung, segera mendekati iman lalu menepuk bahu iman.
“ Ada apa denganmu nak? Ibu perhatikan sejak tadi kamu melamun terus. Ceritalah pada ibu nak, siapa tau ibu bisa bantu.” Ujar ibu ning mencoba membuka pembicaraan.
“ Aku tidak apa-apa bu, mungkin sedikit lelah saja bu. Karena kita tadi seharian disawah," jawab iman dengan lembut pada ibunya.
Iman juga tidak mau bercerita pada ibu Ning tentang masalah Tisna. Ia tidak mau ibunya bersedih. Selepas ba'da sholat isya Marni sekeluarga bersama dengan keluarga warni merek pergi menonton acara wayang kulit di desa sebelah.
Saat di acara iman membiarkan tisna bersama marni sedangkan ia pergi berdua bersama warni. Warni merasa begitu bahagia akhirnya ia ada waktu untuk berduaan dengan iman. Mereka mengobrol layaknya sepasang kekasih sembari berpegangan tangan.
“ Mas, bagaimana pendapatmu jika kita dua tahun lagi menikah?” Ucap warni yang ingin tahu jawaban dari iman.
“ Kita jalani saja dulu ya dek, aku takut jika keluargamu tidak menyetujui hubungan kita. Mereka saat ini hanya tahu kita masih berteman saja. Belum tahu hubungan kita yang sebenarnya," ujar iman.
“ Jika begitu, nanti akan aku coba menyampaikan kepada orang tuaku tentang hubungan kita mas. Semoga mereka menyetujui hubungan kita,” jawab Warni penuh rasa harap dihatinya tentang hubungannya bersama iman.
“ Semoga sesuai harapan kita ya dek, mungkin sebentar lagi aku akan pergi merantau lagi dek. Aku minta tolong padamu bantulah mba marni menjaga Tisna ya dek. Sungguh aku sangat menyayangi anak itu, aku tidak rela jika ada orang lain menyakiti hatinya. Dia seperti anakku sendiri dek, aku yang membesarkan dia dari dia bayi.” Ujar iman dengan suara yang terdengar begitu sedih bagi warni.
“ Memang ada apa mas, kenapa kamu terlihat begitu sedih?” tanya warni penasaran.
“ Kamu berjanjilah dulu padaku dek, kamu akan membantuku menjaga Tisna dengan baik. Karena dia juga bagian dari hidupku,” Ujar iman menerangkan isi hatinya.
“ Iya mas, aku berjanji padamu akan membantumu dan mba marni menjaga Tisna.Tapi bisakah kamu bercerita padaku kenapa kamu terlihat sedih seperti ini mas?” Ujar warni.
Kemudian perlahan iman mulai menceritakan perihal yang membuatnya sedih. Warni merasa begitu iba pada tisna setelah mendengar cerita dari iman. Ia tak menyangka masalah seperti itu justru membuat iman yang bukan ayah kandungnya merasa hatinya sangat terpukul.
“ Sabar mas, jika masalah ini masih mengganjal dihatimu. Besok coba kamu bicarakan dengan orang tuanya mas. Tapi jujur mas, kamu juga tahu jika rumahku bersebelahan dengan rumah orang tua Doni. Memang pernah aku mendengar orang tua Doni tidak memperbolehkan anaknya bermain dengan Tisna karena tak punya ayah.” Ujar warni sembari meminum air putih dibotol yang ia bawa.
“ Serius dek! Apa lamu tidak salah dengar dek, seharusnya sebagai orang tua tidak baik mengatakan seperti itu pada anaknya.” Jawab iman sembari mengupas kacang tanah yang tadi ia beli.
“ Sudahlah mas, jika kita membahas tentang mereka tidak akan pernah habisnya. Keluarga tersebut memang tidak menyukai keluargamu mas.” Jawab warni sembari menepuk bahu Iman.
Iman semakin penasaran dengan keluarga tersebut, hingga ia menanyakan banyak pertanyaan pada warni. Warni juga terpaksa menjawab dan menjelaskan semua yang ia tahu. Tapi warni meminta agar tidak memberi tahu siapapun jika warni yang memberi tahu iman tentang masalah yang selama ini marni hadapi dikampung.
Kemudian iman bertanya lagi tentang berita rumah tangga marni. Yang sedang simpang siur dan sangat jauh berbeda dengan cerita yang sebenarnya.
“ Jujurlah padaku warni, siapa yang menyebarkan fitnah yang tidak benar ini?” tanya iman penasaran.
” Mereka juga yang menyebarkan perihal rumah tangga mba marni pada orang-orang kampung. Bahkan mba marni sempat difitnah, katanya mba marni mengejar anak sulungnya mas. Sekarang karena kamu dirumah saja mas, jadi orang-orang jarang membicarakan mba marni.” Ujar Warni menjelaskan apa yang ia tahu tentang orang tua doni.
Tentu saja iman menjadi sangat geram setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh Warni. Ia tak habis pikir, ternyata ada orang yang begitu tega memfitnah keluarganya.
Karena malam sudah begitu larut mereka segera mengakhiri obrolan mereka. Kemudian pergi mencari keluarga mereka masing-masing untuk segera pulang.
“ Ayo ibu, mba, kita pulang. Kasihan tisna jika kita pulang terlalu malam” ujar iman.
“ Baiklah, ayo marni kita pulang. Biarkan Iman yang menggendong Tisna” ujar ibu ning.
“ Iya mba, sini biar aku saja yang menggendong tisna. Mba naik sepeda bersama ibu sedangkan aku bersama Tisna” ujar iman.
Marni lalu memberikan tisna pada iman untuk digendong. Kemudian mereka pulang bersama dengan keluarga warni. Sesampainya dirumah mereka segera beristirahat. Keesokan paginya ibu ning dan marni sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk mereka semua.
Selesai sarapan iman meminta izin pada ibu ning untuk keluar sebentar karena ada perlu. Ibu ning mengizinkan iman keluar, tetapi pulangnya tidak boleh kesorean.
Iman segera keluar dari rumah mengendarai sepedanya. Ternyata sesuai dengan janjinya sendiri, ia datang menemui keluarga yang diceritakan oleh Warni. Benar saja apa yang dikatakan warni.
Sebelum iman mengetuk pintu ia mendengar seseorang sedang menjelekkan marni.
“ Asal kamu tahu saja, marni itu bukan perempuan baik-baik. Dia berpisah dengan suaminya karena dia selingkuh. Kalau dia perempuan baik-baik, tidak mungkin kusno akan meninggalkannya ” ujar seseorang dari dalam rumah tersebut.