Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menanti Kelahiran
Keisha sudah memasuki trimester kedua kehamilannya, dan rasa lelah yang semula menghantui kini mulai tergantikan dengan semangat baru. Dia merasa lebih kuat dan lebih berenergi, meskipun perutnya mulai membesar. Setiap hari, dia menyadari bahwa hidupnya tidak hanya tentang dirinya lagi; dia kini bertanggung jawab untuk dua nyawa.
Satu malam, saat mereka berdua duduk di meja makan, Raka dengan ceria berkata, “Keisha, aku sudah memesan sesi foto kehamilan untuk kita. Aku ingin kita memiliki kenangan indah ini!”
Keisha terkejut dan merasa sangat bersemangat. “Serius? Itu ide yang luar biasa! Kapan kita akan melakukannya?”
“Besok sore. Aku sudah menyiapkan beberapa pakaian yang bisa kita pakai,” jawab Raka, sambil tersenyum lebar. “Aku ingin memastikan kita terlihat sempurna.”
“Sempurna? Kamu yang harus memastikan!” Keisha tertawa, senang melihat Raka begitu bersemangat. “Aku hanya berharap bisa berpose dengan baik.”
Malam itu, mereka berdua merencanakan detail sesi foto. Raka memilih lokasi yang indah di taman, dengan latar belakang bunga yang sedang mekar. “Aku ingin kita tampil dengan nuansa alami, supaya terasa lebih hidup,” katanya.
“Setuju! Kita bisa membawa beberapa properti, seperti sepatu bayi dan baju kecil yang sudah kita beli,” saran Keisha, membayangkan momen manis itu.
Hari sesi foto pun tiba. Keisha mengenakan gaun putih yang longgar, membuatnya merasa anggun. Saat mereka sampai di lokasi, fotografer sudah menunggu dengan senyuman lebar. “Selamat datang! Saya sudah tidak sabar untuk memotret momen indah ini!”
Raka menggenggam tangan Keisha, memberi dukungan yang sangat dibutuhkan. “Ayo, sayang. Kita bisa melakukan ini bersama.”
Mereka mulai berpose, dan Raka tidak henti-hentinya membuat Keisha tertawa dengan candaan-candaan konyol. “Posisi ini sepertinya bagus, tapi kita butuh pose yang lebih dramatis,” katanya sambil mengangkat alisnya.
Keisha menepuk dahinya, berpura-pura kesal. “Dramatis? Apa kamu mau kita terlihat seperti model majalah?”
“Kenapa tidak? Kita punya kesempatan sekali seumur hidup ini,” jawab Raka sambil tersenyum nakal.
Akhirnya, mereka selesai berpose, dan fotografer merasa puas dengan hasilnya. Setelah sesi foto, mereka duduk di sebuah bangku taman, menikmati kebersamaan dan berbicara tentang masa depan mereka.
“Keisha, aku tahu kita akan menjadi orang tua yang hebat,” kata Raka, menatap mata Keisha dengan penuh keyakinan. “Aku berjanji akan selalu ada untukmu dan bayi kita.”
“Dan aku berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi ibu yang baik,” balas Keisha, merasakan haru di dadanya.
Saat mereka kembali ke rumah, Keisha merasakan kebahagiaan yang dalam. Dia dan Raka telah melalui banyak hal bersama, dan saat ini, mereka sedang membangun fondasi untuk keluarga mereka.
Beberapa minggu kemudian, saat mereka berada di ruang tamu, Keisha mendapati dirinya tiba-tiba merasakan nyeri di perutnya. “Raka, aku merasa tidak enak badan,” katanya dengan suara cemas.
“Keisha! Apa yang terjadi?” Raka langsung menghampiri, terlihat khawatir.
“Sepertinya aku... aku merasa tidak enak,” jawab Keisha, sambil mencoba menenangkan diri. “Mungkin ini hanya kontraksi, tapi aku rasa kita harus pergi ke dokter.”
Dengan cepat, Raka membawa Keisha ke rumah sakit. Saat tiba di sana, mereka langsung ditangani oleh dokter. Setelah pemeriksaan, dokter memberitahukan mereka bahwa semuanya baik-baik saja, tetapi Keisha harus lebih berhati-hati dan tidak terlalu banyak bergerak.
“Keisha, kamu harus beristirahat lebih banyak. Ini saatnya untuk fokus pada kesehatanmu dan bayi kita,” kata Raka, tampak cemas.
“Ya, aku akan mencoba,” jawab Keisha, merasa lega meskipun masih ada sedikit kekhawatiran di hatinya. “Aku hanya ingin semuanya berjalan lancar.”
Di rumah, Keisha mulai merasakan tanggung jawab yang semakin besar. Dia memutuskan untuk mengurangi aktivitas di rumah dan lebih fokus pada kesehatannya. Raka juga berusaha membantu, membagi tugas di rumah dan membuatkan makanan bergizi untuknya.
Suatu sore, saat Raka sedang memasak, Keisha duduk di sofa sambil mengelus perutnya yang membesar. “Raka, apakah kamu sudah memikirkan tentang bagaimana kita akan membesarkan anak kita?” tanyanya, terdengar serius.
Raka berhenti sejenak, menatap Keisha dengan penuh perhatian. “Tentu saja. Aku ingin kita memberikan yang terbaik. Pendidikan yang baik, kasih sayang, dan lingkungan yang positif.”
“Dan juga kejujuran. Kita harus saling mendukung dan membimbing mereka,” tambah Keisha, bersemangat. “Aku ingin anak kita tumbuh menjadi pribadi yang baik.”
“Setuju. Dan kita harus bersikap sebagai contoh bagi mereka,” kata Raka, tersenyum bangga.
Waktu berlalu, dan Keisha merasa semakin dekat dengan masa kelahiran. Beberapa minggu setelah pemeriksaan terakhir, dia mendapatkan kabar bahagia. Raka kembali dari kantor, wajahnya berseri-seri.
“Keisha! Kamu tidak akan percaya, aku baru saja mendapatkan promosi!” teriak Raka sambil masuk ke rumah dengan semangat.
Keisha melompat dari sofa dan memeluknya erat. “Serius? Itu luar biasa! Aku sangat bangga padamu!”
“Terima kasih, sayang. Ini semua berkat dukunganmu,” kata Raka, meraih tangan Keisha. “Sekarang kita bisa mulai mempersiapkan lebih banyak untuk bayi kita.”
“Aku sudah menyiapkan daftar belanja untuk kebutuhan bayi,” jawab Keisha, merasa bersemangat. “Kita butuh semuanya! Dari baju, perlengkapan mandi, hingga tempat tidur.”
“Baiklah, ayo kita buat rencana,” ujar Raka, sambil menggenggam tangannya lebih erat. “Aku akan membantumu semaksimal mungkin.”
Mereka memutuskan untuk pergi ke toko perlengkapan bayi akhir pekan itu. Selama perjalanan, Keisha terus berbicara tentang berbagai barang yang mereka butuhkan, seperti kereta dorong dan baju bayi yang lucu. Raka mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali memberikan komentar lucu untuk membuat Keisha tertawa.
Sesampainya di toko, Keisha terpesona melihat banyaknya barang untuk bayi. “Lihat, Raka! Ini sangat lucu!” ujarnya sambil menunjuk pakaian bayi yang berwarna cerah.
“Wah, itu bisa jadi outfit favoritnya!” kata Raka, menyeringai. “Tapi kita juga perlu memikirkan warna-warna netral. Kalau anak kita perempuan atau laki-laki, kita tidak tahu.”
“Benar juga. Tapi aku ingin ada sedikit sentuhan pink, ya!” jawab Keisha, mengedipkan mata.
Mereka berdua tertawa, saling menggoda dan menikmati setiap momen bersama. Raka berinisiatif untuk mengambil foto-foto mereka saat berbelanja, dengan Keisha yang berdiri di antara tumpukan perlengkapan bayi.
“Momen ini harus diabadikan!” ucap Raka sambil mengambil gambar. “Kita bisa menunjukkan kepada anak kita suatu saat nanti.”
Setelah selesai berbelanja, mereka kembali ke rumah dengan banyak barang. Keisha merasa sangat bahagia melihat semua perlengkapan baru di ruang tamu. “Rasa-rasanya seperti mimpi!” katanya, terharu.
“Ayo, kita rapikan semua ini di kamar bayi!” seru Raka. Mereka berdua mulai mengatur barang-barang dengan penuh semangat, berusaha menciptakan ruang yang nyaman untuk si kecil.
Tapi, saat Keisha mencoba memindahkan rak kecil, dia merasa nyeri di punggungnya. “Aduh, sepertinya aku terlalu memaksakan diri,” ujarnya sambil merintih.
“Keisha, kamu harus berhati-hati!” kata Raka, mendekat dengan cemas. “Biarkan aku yang mengurus ini. Kamu harus istirahat.”
“Tapi aku ingin membantu!” protes Keisha.
“Cukup duduk di sini. Aku bisa melakukan ini,” tegas Raka. Keisha mengangguk, lalu duduk di kursi, melihat Raka yang sibuk bekerja. Dalam hatinya, dia merasa bangga memiliki suami yang begitu peduli.
Beberapa minggu kemudian, saat Keisha sedang beristirahat di sofa, dia tiba-tiba merasakan kontraksi yang lebih kuat. Dia mencoba mengabaikannya, tetapi semakin lama, rasa sakitnya semakin meningkat.
“Raka!” panggilnya, suaranya bergetar. Raka segera berlari menghampiri. “Ada apa, sayang?”
“Aku merasa tidak enak... ini mungkin tanda-tanda aku akan melahirkan,” kata Keisha, napasnya mulai memburu.
“Jangan panik. Kita harus segera ke rumah sakit,” ujar Raka, wajahnya terlihat serius.
Mereka segera bergegas ke rumah sakit. Raka mengemudikan mobil dengan cepat, tetapi tetap berhati-hati. Dalam perjalanan, Keisha terus mengenggam tangannya.
“Tenang, Keisha. Kita akan baik-baik saja. Ingat, kamu sudah siap untuk ini,” Raka berusaha menenangkan, meskipun dia sendiri merasakan gelisah.
Setibanya di rumah sakit, mereka langsung ditangani oleh perawat dan dokter. Keisha merasa cemas, tetapi Raka selalu berada di sampingnya, memberi dukungan yang sangat dibutuhkan.
Setelah beberapa jam berjuang, dokter akhirnya memberitahukan mereka bahwa saatnya telah tiba. “Keisha, ini saatnya! Kamu sudah sangat dekat. Ayo kita lakukan ini bersama-sama!”
Keisha merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya. “Aku bisa! Aku bisa melakukannya!” serunya, berusaha mengatasi rasa sakit.
Raka menggenggam tangannya erat. “Kamu sangat kuat, Keisha. Aku di sini untukmu. Fokus pada kami dan bayi kita.”
Dengan setiap detakan hati, Keisha berjuang melawan rasa sakit, dibantu oleh Raka yang terus membangkitkan semangatnya. Dia tahu, setelah semua ini, mereka akan menjadi keluarga yang utuh.
Akhirnya, setelah perjuangan yang panjang, suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Keisha merasa lega dan bahagia. “Kami melakukannya, Raka! Kami berhasil!”
Raka tersenyum lebar, air mata bahagia mengalir di pipinya. “Selamat, sayang! Kita punya bayi!”
Ketika mereka melihat bayi mereka, Keisha merasa semua rasa sakit dan perjuangan itu terbayar. Dalam momen indah itu, dia tahu bahwa mereka telah memulai bab baru dalam hidup mereka, sebagai orang tua yang penuh cinta.