Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WHAT IS LOVE?
Laporan Gloria dan hasil hitungan Diana membuat para kepala divisi bermuka pasi.
"Dia salah hitung, Tuan. Anda bisa lihat jika kita memang kehilangan implusf pasar hingga dua puluh persen!'
"Kenapa bisa implusf? Tender kita selalu berurusan dengan kebutuhan masyarakat. Kita nggak mungkin bisa kehilangan sampai sebegitu besarnya!" sahut Luien menolak pernyataan tadi.
"Lagi pula daya beli masyarakat sangat tinggi. Kita nggak mungkin kehilangan pasar. Bahkan kita bisa untung walau tanpa promosi sekalipun!" lanjut Luein.
Victor datang menyerahkan laporan pada Adrian. Pria itu tersenyum miring. Lalu melempar bukti. Kepala divisi baru saja membeli mobil sport seharga satu juta dolar cash.
"Gajimu selama sepuluh tahun, kau baru bisa membeli mobil ini secara cash Tuan Delmore!" sahut Adrian datar.
"Bahkan ada aliran dana gelap masuk dalam rekening pribadi wanita, yang bukan istrimu. Kau memiliki simpanan ternyata," lanjutnya menyindir.
"Kau salah perusahaan jika ingin bermain curang," sahut Alex kini.
Tiba-tiba beberapa orang memakai baju seragam instansi kepolisian datang dan membawa surat perintah penangkapan. Tiga kepala divisi langsung dicopot saat itu juga. Bahkan beberapa staf eksekutif juga di pecat.
Luien dan Diana mendapat bonus berkat Gloria. Victor, merangkul bahu gadis itu, lalu memberinya pujian.
"Good job, girl ... good job!"
"Oh ya, ada tugas lagi setelah ini?" tanya Adrian melonggarkan dasinya.
Semua peserta rapat sudah keluar dari ruangan. Gloria juga diminta kembali ke tempatnya. Ia sedikit kesal. Sebenarnya gadis itu dari tadi melirik Adrian. Sayang, niatnya untuk mendekati atasannya itu sangat tidak mungkin, bahkan jika ada rapat besar sekalipun.
"Sudah satu minggu, Leo tidak menghubungiku. Apa benar-benar dia putus denganku?" tanyanya bermonolog.
"Ah .. tinggalkan Leo. Aku harus mendapatkan Adrian Maxwell Junior!" tekadnya. "Jika pria itu menjadi milikku, aku pastikan Luien sengsara seumur hidupnya!"
"Tuan Adrian. Anda harus menghadiri seminar di hotel internasional "sich ausruhen" di jalan xxx!" ujar Luien melaporkan jadwal berikutnya.
"Hmmm ... seminar ya?" pria beriris amber itu menghela bosan.
"Diana, kau ikut aku. Buat presentasinya. Aku sedang malas bicara," ujar Adrian langsung berjalan dan segera diikuti oleh Diana.
"Vic, kau periksa kembali ruang admin. Cek kinerja Nona Anabeth, jika kurang memuaskan, kita bisa meminta pihak kampus untuk mengambil Gloria sebagai kepala admin di perusahaan kita," ujar Alex memberi perintah.
"Baik Tuan!" sahut Vic lalu ia membungkuk hormat.
Kini, tinggal Luien dan Alex di ruang rapat. Gadis itu masih berdiri menunggu tugas. Hari ini semua pekerjaan selesai. Luien bisa pulang cepat.
Alex pun berdiri dan melangkah lebar menuju lift diikuti oleh Luein. Ketika di lift. Pria itu mengurung gadis yang sudah mulai masuk ke mimpi basahnya. Luein sigap langsung melakukan gerakan menyerang.
Alex cukup terkejut dengan gerakan tangan gadis itu yang sepertinya melakukan teknik melepaskan diri dari gerakan bela diri. Alex menangkap tangan Luein. Kembali Luein melakukan gerakan seperti tadi.
Keduanya kini tengah melakukan adegan bertarung ala film kungfu.
"Hap .. hia ..!"
Akhirnya Alex mampu membuat Luein tak bergerak. Sayang, kaki gadis itu juga melakukan gerakan menendang. Luien menekuk tinggi-tinggi kakinya dan melakukan dorongan. Alex melipat kaki Luien dan memojokkan tubuh ramping gadis itu ke dinding lift.
Tenaga wanita tentu beda dengan tenaga pria. Terlebih Alex yang sepertinya begitu sangat terlatih membentuk ototnya. Pria itu juga ternyata menguasai bela diri.
"Tuan!" sela Luien langsung memalingkan muka ketika Alex hendak menciumnya.
"Jangan membuat saya hilang respect terhadap anda!" serunya memperingati.
Alex menghentikan aksinya untuk mencium gadis itu. Pria itu pun melepaskan tangan Luein tapi masih menghimpit tubuh gadis itu rapat.
"Luien!" panggil Alex penuh ketegasan.
Netra abu-abu gadis itu memandang tajam pada iris hijau Alex. Pria itu tersenyum mendapat tatapan tajam seperti itu. Jarang sekali ia mendapatkan wanita yang menolak pesonanya.
Jantung Luein sebenarnya berdebar sangat cepat. Bahkan jika ia meneruskan untuk menyerang pria itu, Luein akan kalah dalam hitungan menit. Kekuatan Alex benar-benar menguras tenaganya.
Keduanya masih saling adu tatap tak ada yang mau mengalah. Alex yang mahir bagaimana memperlakukan wanita, melembutkan pandangannya. Pesona iris hijau Alex benar-benar membius Luein.
Tangan Alex menjulur, jemarinya merapikan riapan anak rambut gadis yang tingginya hanya sedada pria itu. Jantung Luien ingin melompat saja dari tempatnya, ketika ujung jari pria itu menyentuh kulitnya.
Napas keduanya menerpa wajah masing-masing, bahkan kini saling mendekat. Hingga benar dua bibir itu saling menempel. Luien tersadar dan langsung menjauhkan wajahnya.
"Tuan ...," cicit gadis itu dengan rona merah di pipinya.
Sedangkan dalam perjalanan menuju hotel. Diana sempat tertidur di mobil. Adrian yang ada di sisinya membiarkan gadis itu. Entah, mengapa pria itu terdorong untuk meletakkan kepala Diana pada bahunya karena iba dari tadi, kepala gadis itu terbentur kaca mobil. Bukannya terbangun, Diana malah memposisikan tubuhnya lebih nyaman.
Deg!
Jantung Adrian tiba-tiba berdegup kencang. Darahnya berdesir saat Diana malah menempelkan tubuhnya pada atasannya. Pria itu akhirnya menutup pembatas antara supir dan dirinya.
Adrian mengubah posisinya lebih nyaman. Ada sedikit rengekan manja lolos dari mulut gadis itu. Secara spontan, Adrian mengecup kening Diana.
"Ssshhh ... I'm sorry, go back to sleep" bisiknya di telinga gadis itu.
Diana pun terlelap kembali. Jalanan macet karena hujan deras turun tiba-tiba. Pendingin mobil dan cuaca yang mendukung. Akhirnya Adrian memeluk tubuh Diana dan ikut tertidur setelah memberinya kecupan lagi di kening gadis itu.
Sedangkan di ruang lain. Vic tengah memeriksa ruang administrasi. Keluhan para karyawan tentang sikap bossy dari Anabeth membuat semuanya tertekan. Belum, lagi gadis itu suka sekali memberi perintah di luar pekerjaan mereka. Seperti laporan Gloria tadi itu semestinya kepala administrasi senior lah yang menemukannya.
Pria itu mendapati Gloria dengan kertas menumpuk. Vic langsung mengambil dan memeriksa kertas-kertas itu. Lalu segera bertindak.
"Anabeth!" pekiknya memanggil.
Gadis itu bukannya takut oada Victor yang notabene orang ketiga di perusahaan ini dan sudah menjadi bayangan Adrian. Keputusan Vic adalah keputusan Adrian.
"Apa yang kau kerjakan?" tanya Vic dengan mata nyalang.
"Semua ini bukan tugas anak magang!" serunya melempar semua kertas yang ada tangan Gloria.
"Beatrice, Millea, Joana dan Andrea. Ambil kertas kalian. dan kerjakan pekerjaan yang seharusnya adalah pekerjaan kalian. Atau ....!"
Belum sempat Vic mengeluarkan ancamannya. Wanita-wanita yang dipanggil namanya tadi langsung berlarian dan mengambil kertas yang berhamburan di lantai.
"Dan Kau Anabeth. Saya ingin kau menulis surat pengunduran diri secara baik-baik!'
"Saya menolak. Tuan saya adalah Tuan Adrian ....!"
"Kau lupa siapa aku di sini Anabel!" seru Vic murka.
"Anabeth Tuan. Nama saya Anabeth," cicit gadis itu takut.
"Kau tau aku bisa melakukan apa pada hidupmu jika kau menentang ku?!' Anabeth tertunduk.
"Serahkan surat pengunduran diri mu, sepuluh menit dari sekarang!" titah Victor dengan tatapan membunuh.
"Atau ... kau tau sendiri akibatnya!" ancamnya kemudian.
"Gloria, kau ikut aku!" gadis itu mengikuti langkah Vic.
Ketika sampai pada ruangan serba guna..Pria itu mendadak berhenti, hingga Gloria menabrak punggung keras Victor.
"Aduh!"
Pria itu langsung membalik dan melihat Gloria menggosok keningnya yang memerah. Pria itu langsung mengambil rambut gadis itu dan mengusap pada keningnya.
"Apa masih sakit?" tanya Vic dengan nada khawatir.
"Tidak terlalu, Tuan," jawab Gloria.
Dua netra itu kini saling memandang. Vic yang memang tampan, bahkan jauh lebih tampan dibanding Leo. Gloria mengakui ketampanan pria di depannya. Wajah keduanya pun makin mendekat. Lalu terjadilah ciuman itu. Bahkan kini keduanya saling menikmati bibir mereka masing-masing.
bersambung
next?
Perasaan di awal kuliah mc ganti nama panggilan deh..
suka deh sm perempuan2 tangguh. tq
sat..set..sat..set..
langsung hajar ken..
kwkwkwk
pengen nimpuk luein dah..once nih