Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Shima jatuh pingsan di pinggir jalan.
Di saat yang sama sebuah mobil berhenti di dekat tubuhnya yang tergeletak di tanah. Pintu mobil terbuka dan Regan keluar dari mobilnya dengan cepat. Pria itu mengangkat tubuh Shima. Jalanan masih basah, membuat baju wanita itu kotor.
Regan merebahkan Shima di jok belakang dengan hati-hati. Setelah itu dia memutar arah mobil dan kembali ke rumah sakit. Dia memang berniat berhenti, karena melihat siluet wanita yang dikenalnya, berdiri di sisi jalan.
Regan baru saja pulang dari rumah sakit, karena sejak semalam, ada operasi mendadak yang harus dilakukan. Dia tidak mengira justru bertemu Shima, yang entah dari mana hingga, bisa berada di sisi jalan itu.
Begitu dia membuka jendela dan hendak menawarkan tumpangan, wanita itu justru jatuh pingsan sebelum sempat menyapa.
Shima bisa membuka matanya setelah beberapa jam kemudian. Dia melihat suasana yang asing dengan aroma yang familiar. Sekelilingnya berwarna putih sedangkan aroma yang tercium adalah bau obat-obatan.
Merasakan ngilu di sekitar perut dan persendian, Shima yakin tidak bisa pergi, sedangkan hari sudah menjelang siang.
“Aku ada di mana ini?” gumamnya dalam hati sambil mengingat kejadian di mana dia melempar cincin ke arah Deril dan pergi.
“Kamu sudah bangun?” Itu suara Regan.
Shima menoleh ke arah pria yang berjalan ke sisi tempat tidur dan duduk di sampingnya.
“Regan ...?”
“Ya, kamu pingsan di jalan tadi,” kata Regan sambil menuangkan air minum dan memberikannya pada Shima.
Sebenarnya Shima sudah siuman, tak lama setelah dilakukan pertolongan pertama, begitu tiba di rumah sakit.
Namun, Regan sengaja memberikan suntikan obat tidur agar Shima beristirahat sejenak, sebelum melakukan aktivitas kembali. Kalau tidak begitu, Shima tidak mau berada di tempat itu untuk merawat kesehatannya.
“Eum ... apa kamu yang membawaku kemari?”
“Ya! Selamat datang di ruang rawat inapmu, Shima! Kelak, kalau kamu memutuskan untuk di rawat, ruangan ini akan jadi kamarmu! Ingat, tubuhmu butuh istirahat dan obat, kamu gak bisa sembarangan pingsan di pinggir jalan seperti tadi,” kata Pria itu dengan senyumnya yang ramah.
“Apa kamu juga yang mengganti pakaianku?” Shima sudah sepenuhnya sadar dengan keadaannya, dia duduk bersandar di ujung tempat tidur.
“Jangan kuatir, ada perawat yang mengurusmu tadi!”
“Oh, terima kasih! Untunglah kamu yang menolongku!”
“Ya, makanya ini kebetulan! Coba kalau orang jahat yang lihat kamu pingsan, kira-kira apa yang bakal terjadi?”
“Maaf, aku merepotkanmu lagi, Regan, tapi aku gak bisa lama-lama di sini, aku sebaiknya pergi!” Shima melihat jam tangan dan itu sudah lewat tengah hari.
Dia khawatir mengganggu jadwal Regan, dia pasti membatalkan beberapa jadwal di rumah sakit karena dirinya.
Ini agak tidak manusiawi bagi para pasien yang menjadi tanggung jawab temannya.
Regan terdiam, hal dia pikirkan terjadi, Shima pasti tidak betah istirahat di tempat seperti ini. Dia tiba-tiba ingin bertanya sesuatu, saat dia menolong Shima dia melihat sebuah rumah mewah dan ada mobil Deril terparkir di halamannya.
“Apa kamu habis bertemu Deril?”
Shima tidak tahu harus menjawab apa, tapi kenyataan memang Regan sudah mengetahui segalanya. Kehidupannya bersama dengan Deril tidak perlu dia tutupi lagi di depan Regan.
Shima mengangguk.
Regan sedikit memaklumi, setiap kali Shina bertemu pria itu, maka keadaan Shima akan memburuk. Beberapa hari yang lalu juga begitu.
Namun, yang Shima ingat sekarang adalah, urusan perceraiannya belum selesai. Dia harus bertemu lagi dengan Deril.
Shima melihat jam tangannya.
Baiklah, ini yang terakhir. Pikirnya.
Tiba-tiba muncul rasa bersalah pada Regan tapi, dia juga khawatir dengan kemarahan Deril. Dia dengan yakin berkata bahwa, akan pergi ke KUA. Namun yang terjadi justru dia berada di rumah sakit.
Shima menyibakkan selimut dan mencabut selang infus hingga tangannya berdarah.
“Regan, maafkan aku harus pergi, kamu jangan berkorban seperti ini untukku lagi dilain hari! Aku gak sepadan dengan pasienmu di rumah sakit!”
“Shima, apa kamu begitu peduli dengan perceraian sampai mengabaikan kesehatan?”
Shima diam sambil melihat pakaian yang melekat di tubuhnya. Dia akan mengembalikannya suatu saat nanti.
“Bukan begitu, aku bukan peduli pada perceraian saja, tapi aku ada urusan lain juga!” Shima tidak mungkin mengatakan kompensasi yang dia inginkan dari perceraiannya.
Namun, Regan tahu apa di pikirkan wanita itu.
“Shima, soal biaya perawatan ibumu, aku bisa membantu! Jangan kuatir kalau kamu gak mau secara gratis, kamu bisa menganggapnya sebagai hutang dan kamu bisa membayarnya kapan-kapan!” katanya.
Dia sangat menjaga harga diri Shima yang enggan meminta bantuan padanya.
“Regan, kamu sudah terlalu baik padaku, tapi semua itu gak perlu!” kata Shima sambil berjalan ke arah pintu. Dia sudah menitipkan ayahnya pada Regan dan perawat yang biasa mengurusnya.
Setelah itu dia bisa pergi mengurus perceraiannya.
Regan tidak bisa memaksa atau mengatur perbuatan Shima, hingga dia membiarkan gadis itu berlalu dari hadapannya.
Namun, karena khawatir, dia menawarkan untuk Shima. Perempuan itu baru saja siuman dan tubuhnya masih lemah.
Shima tidak bisa menolak dan duduk di samping Regan. Pria itu pun mengemudi dengan tenang.
Saat di perjalanan, Shima mengirimkan pesan pada Deril dan menuliskan permohonan maaf, lalu berjanji untuk bertemu sekarang juga di kantor catatan sipil.
Namun, pada saat itu dia baru sadar, ada pesan dan panggilan dari Deril sejak tadi.
Deril menulis pesan kalau Candra akan menjemputnya di rumah sakit agar tidak ada alasan lagi yang, membuat mereka menunda.
Seperti dugaannya, begitu dia menelpon Candra, panggilannya langsung di angkat saat nada dering pertama.
“Nyonya, Tuan Deril sudah menunggu Anda dari tadi,” katanya, “Sekarang, Nyonya di mana? Saya mencari di rumah sakit, siapa tahu Nyonya sedang bersama Pak Wisra, tapi di sana juga Nyonya tidak ada.”
“Maafkan aku, sudah membuat Pak Candra menunggu, aku tadi ada urusan ... sekarang aku mau ke kantor –“
“Nyonya, sekarang Tuan sedang ada rapat di kantor, dan tidak bisa pergi ke mana-mana!” ucap Candra tanpa dibuat-buat. Dia dan Deril memang sedang rapat.
Setelah Shima pergi dari rumah Erin tadi pagi, Deril langsung pergi ke kantor. Dia menolak keinginan Karina yang ingin agar Deril menemaninya berbelanja. Dia berasalan ingin membeli keperluan Freya. Anak perempuan itu tidak berhenti menangis begitu lepas dari gendongan Deril.
Shima memutuskan untuk menunggu Deril menyelesaikan rapat di lobby perusahaan dan meminta Regan untuk pergi.
“Terima kasih Regan, sudah mengantarku ke sini, aku akan mengurusnya di sini saja dengan pengacaraku!”
“Aku gak masalah kalau menungguimu di sini! Jadwalku kosong hari ini!”
“Tidak usah, aku gak mau Deril salah paham nanti!”
Regan mengerutkan alisnya, memikirkan Shima yang masih peduli terhadap Deril yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Namun, dia juga paham betapa posesifnya Deril saat masih menjadi pacar Shima di sekolah mereka. Regan menghargainya karena tidak ingin ada hal buruk terjadi pada Shima.
“Oke! Kabari aku kalau ada apa-apa!”
Shima mengangguk dan Regan segera pergi dari hadapannya.
Saat duduk di lobby perusahaan, Shima melihat ada bunga teratai yang mekar di kolam air mancur halaman gedung. Dia masih ingat, Deril pernah membuatkannya sup bunga teratai saat terserang flu berat dulu.
Sup buatan Deril rasanya enak, entah dari mana pria itu belajar memasak, tapi yang jelas, kemampuannya tidak buruk. Satu hal lagi, pimpinan perusahaan itu hanya masak untuk dirinya seorang saja.
Shima terkadang mengerjainya, meminta dibuatkan ini dan itu. Meskipun Deril lelah sepulang bekerja, tapi dia tetap menuruti keinginan istrinya tanpa mengeluh sedikit pun.
Kira-kira apakah Deril mau membuatkan sup lagi kali ini?
Tidak lama setelah itu, Deril selesai dan dia sudah mendapatkan laporan tentang Shima dari Candra.
Candra turun dari lantai lima ke lobby dan mengajak Shima menemui Deril secara pribadi di ruangannya.
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭